Mengasuh dan mendidik anak tentu saja perlu kerja tim ibu dan ayah. Walaupun begitu, tetap saja ada 'porsi' yang memang sebaiknya diajarkan ayah untuk buah hatinya, khususnya anak lelaki. Apa saja?
Ada pepatah soal fatherhood yang cukup familiar, bunyinya, "Any man can be a father but it takes someone special to a be dad". Saya sendiri setuju dengan kalimat ini, karena untuk menjalankan peran ayah perlu usaha yang cukup keras. Nggak sedikit, kok, para ayah yang cuek bebek dalam pengasuhan anak. Mau diserahkan kita saja, para ibu. Tapi, mungkin kondisi ini banyak ditemui beberapa tahun lalu.
Nggak bisa dipungkiri kalau peran ayah zaman dulu dan sekarang sudah banyak berubah. Kini, para ayah sudah pada hands on, sadar kalau tugas mereka nggak cuma sebagai pencari nafkah dan kepala keluarga saja. Bahkan, sekarang pun sudah banyak para ayah yang bersedia bertukar peran sebagai stay at home dad. Sementara, sang istri menjadi breadwinners.Ya, kalau memang sudah disepakati dan nggak ada yang keberatan, nggak ada salahnya juga kan?
Intinya, peran ayah memang nggak bisa dikesampingkan. Banyak sekali riset yang membuktikan kalau ada sejuta peran ayah. Howard Steele, Direktur Attachment Research Center Unit dari University College London, Inggris, menunjukkan bahwa keterlibatan ayah yang lebih sering dalam pengasuhan anak sangat memengaruhi perkembangan kepribadian positif anak di masa depan. Fakta mengapa anak butuh ayahnya juga sudah sempat ditulis oleh Riska.
Paling nggak, saya sendiri sudah melihat ketika Bumi banyak menghabiskan waktu dengan bapaknya, ia bisa banyak memperlajari nilai-nilai positif dari bapaknya. Apa saja?
Membentuk Identitas
Berhubung anak saya laki-laki, sudah bisa dipastkan kalau ia akan banyak belajar mengenali identitas dari ayahnya. Anak lelaki tentu saja akan memperhatikan karakter ayahnya, kemuduian meniru apa yang mereka lihat. Dengan begitu ayah perlu mncontohkan karakter positif pada anak-anaknya. Nggak heran kalau tidak hanya anak perempuan yang perlu kencan dengan ayahnya, anak laki-laki pun perlu. Dengan begitu mereka punya kesempatan untuk ngobrol dan membahas soal laki-laki. Nggak jarang setelah Bumi jalan berdua bapaknya, dengan bangganya ia akan bilang, "Ibuuu.... aku dong punya rahasia sama bapak yang nggak boleh ibu tahu." Hahahaha.. punya rahasia, kok, pamer. Ujung-ujungnya, sih, pasti saya akan bertanya pada suami soal kegiatan dan obrolan mereka :D
Aktivitas Fisik
Nggak tahu kenapa, Bumi lebih senang melakukan aktivitas fisik seperti olahraga kalau bersama bapaknya. Buatnya, bapaknya adalah teman main yang paling asik. Mungkin karena Bumi mengaggap kalau jiwa bapaknya lebih kompetitifnya dari pada ibunya, ya. Nggak heran, untuk masalah olahraga, peran seorang ayah sangat dibutuhkan, bahkan nggak jarang akhirnya dianggap sebagai pelatih pertama anak. Kelihatannya pelajaran yang satu ini sangat klise, ya? Tapi menurut saya, sih, sangat penting. Ketika seorang anak olahraga bersama ayahnya, hal ini akan jadi momen spesial buatnya. Nggak akan mungkin bisa dilupakan. Saya saja yang sudah dewasa seperti ini masih ingat momen di mana ayah saya mengajarkan naik sepeda. Saat beliau mengajarkan saya bagaimana mengayuh sepeda dan terus berada di samping atau belakang sepeda sambil berlari. Nggak cuma main sepeda, olahraga lain seperti sepakbola, basket, baseball, badminton atau renang juga perlu dilakukan dengan rutin. Tapi mengerti makna sebuah perjuangan, kerja keras, melatih kemampuan strategi, kerjasama tim dan kesetiakawanan. Momen ini bisa digunakan para ayah untuk melatih anak lelakinya untuk kemampuan strategi, kerjasama tim dan kerja keras.
Pemahaman Soal Seks
Suatu kali Bumi pernah bertanya ke saya, "Bu... kok, penis aku begini, ya?" . Punya anak laki-laki yang sedang masuk dalam fase falik memang suka bingung. Soalnya, banyak sekali rentetan pertanyaan yang bakal diajukan dan butuh beberapa menit untuk menemukan jawaban yang pas. Kalau sudah begini, saya pun akan sering kali meminta bantuan pada suami untuk menjelaskan. Biar gimana pasti akan lebih nyambung dan ngena kalau pendidikan seks ini diberikan oleh bapaknya. Perihal mimpi basah, apa saja yang akan terjadi kalau baligh, mandi junub, serta bagaimana perilaku seksual yang sehat. Walaupun begitu, bukan berarti ibu nggak punya peran dalam memberikan seks edukasi, lho! Penting buat kita, para orangtua mengajarkan anak mengenai underwear rules, termasuk soal sentuhan karena tidak semua area tubuh bisa disentuh sembarang orang. Jangan sampai merasa nggak PD ngomongin pendidikan seks.
Belajar dari Kekalahan
Anak seusia Bumi, 5.5 tahun, biasanya sudah mulai senang dengan segala sesuatu yang sifatnya kompetisi. Nggak cuma kompetisi dengan teman, sama orangtuanya pun begitu. Nggak heran, kalau hampir setiap malam anak lanang saya ini akan menunggu kedatangan bapaknya pulang kerja untuk main perang bantal atau adu cepat menyusun lego. Kalau bisa mengalahkan bapaknya, girangnya bukan main. Tapi ketika kalah, jangan sampai lupa untuk mengajarkan bisa menerima keadaan tersebut. Ajak anak untuk menghargai hasil yang sudah diperoleh. Bisa jadi pemenang tentu sangat menyenangkan, tapi lewat kekalahan anak jutsru bisa banyak belajar. Bukankah kegagalan adalah 'guru terbaik' yang akan membuat seseorang berusaha jadi lebih baik?
Menghargai Perempuan
Percaya, deh, anak yang punya kedekatan erat dengan ayahnya akan menjadi pribadi yang penuh kasih. Kuncinya, ayah harus bisa memberi contoh yang baik bagimana bersikap lembut terhadap ibunya. Jangan sampai memperlihatkan kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, kita pun bisa mendorong anak untuk bermain dengan anak perempuan seusianya, dari sini kita pun bisa mengajarkan bagaimana harus memperlakukan teman perempuannya dengan baik. Jangan lupa untuk menyingkirkan perbedaan peran gander. Sekali-kali anak lak-laki main boneka atau diajak untuk main masak-masakan juga perlu, karena sesungguhnya anak laki-laku tidak hanya perlu diajarkan untuk berkompetisi. Cara ini bisa kita lakukan untuk mencegah lahirnya bibit pelaku KDRT.
Menjadi Pendengar yang Baik
Saya termasuk orang yang percaya kalau mendengarkan itu perlu ilmu. Sayangnya, kita para orangtua terlalu terpaku untuk mengajarkan anak berbicara. Padahal, ilmu untuk mendengarkan pun harus dilatih sejak kecil. Latih anak untuk punya kemampuan mendengarkan pendapat orang lain, dan jangan lupa untuk menatap orang lain ketika sedang diajak bicara. Lagi-lagi, kuncinya tentu terletak pada kita para orangtua, jangan sampai mengabaikan anak ketika mereka sedang bercerita. Berbeda dengan ibu yang cenderung banyak ngomong, seorang ayah justru tidak terlalu banyak bicara.
Sejauh ini, 6 pelajaran penting di ataslah yang banyak diajarkan suami saya ke anak lanang kami, Bumi. Kalau pendapat Mommies yang lain seperti apa? Boleh, lho, tolong tambahkan di kolom komentar di bawah ini.