Ada banyak cara mengeksresikan cinta dalam pernikahan. Kalau Mommies dan Daddies bahasa cinta atau marriage language-nya termasuk yang mana, nih?
Marriage language atau bahasa cinta dalam pernikahan umumnya malah sudah dimulai sejak masa pacaran, terutama di tahun-tahun ketika komitmen keduanya semakin serius. Biasanya love language ini dilakukan dengan memberikan julukan sayang buat pasangan (jangan heran kalau ada istri yang panggilan sayang buat suaminya adalah Pouch alias kantung), hadiah-hadiah kecil tapi bermakna (seperti bunga, jepit rambut, permen favorit di masa kecil), genggaman tangan atau usapan lembut di punggung sebagai ekspresi cinta.
Meskipun sering diabaikan karena pikiran banyak suami dan istri makin ke sini makin dipenuhi dengan problem, marriage language itu sesungguhnya penting. Ya, bahasa cinta dalam pernikahan memiliki fungsi untuk memellihara dan merawat cinta dalam pernikahan.
BACA JUGA: Agar Hubungan Rumah Tangga Tetap Harmonis, Kenali 5 Jenis Stress Language Ini!
Bahasa cinta dalam pernikahan didasarkan pada konsep dari buku klasik Gary Chapman, yang dianggap penting terutama untuk pernikahan yang berjalan sudah cukup lama. Kenapa? Karena pasangan yang sudah menikah agak apalagi sangat lama, justru yang paling butuh menerapkan marriage language. Kunci yang perlu diingat oleh setiap pasangan suami istri adalah kita memiliki bahasa cinta masing-masing dalam pernikahan kita dan biasanya kita berusaha mengekspresikan cinta dalam “bahasa” kita.
Masalahnya adalah bagaimana pasangan bisa memahami maksud kita jika dia bicara bahasa cinta yang berbeda? Ketika kita bicara dalam dua bahasa yang berbeda, yang saling tidak kita pahami, salah paham akan sering terjadi.
Jadi, memiliki dan tahu caranya memahami bahasa cinta yang sama sangatlah penting untuk menciptakan pernikahan yang langgeng dan penuh cinta. Ingat, tak masalah berapa lama Mommies dan Daddies sudah bersama, jangan pernah berharap pasangan bisa baca pikiran Mommies dan Daddies. Pasangan Mommies bukanlah Profesor Xavier dan pasangan Daddies bukanlah Scarlet Witch.
Ada lima bahasa cinta. Cermati dan jangan buru-buru ambil kesimpulan karena sekali lagi, bahasa cinta kalian mungkin aja berbeda. Setelah mencermati lima marriage language di bawah ini dan ternyata memang berbeda, maka ini waktunya duduk Bersama, bicara, dan menyamakan bahasa cinta Mommies dan Daddies.
“Bahasa cinta” yang dimaksud adalah ketika Mommies dan Daddies menggunakan kata-kata untuk menegaskan dan menyampaikan penghargaan terhadap pasangan. Ketika ini menjadi bahasa cinta utama dalam pernikahan Mommies dan Daddies, cobalah sepakati dulu bahwa kata-kata afirmasi yang kalian ingin dengar adalah kata-kata yang menguatkan, memotivasi, dan membuat Mommies dan Daddies benar-benar merasa dicintai dan dihargai.
Jika Mommies dan Daddies bukan tipe orang yang senang dengan ‘kata-kata afirmasi’ yang kasar, sarkas, sinis, sampaikan secara terus terang. Karena percaya atau tidak, ada juga, lho, pasangan suami istri yang justru mengekspresikan rasa cinta mereka dengan mengucapkan kata-kata kasar atau jokes sarkas. Ingat, kata-kata yang keluar dari mulut orang yang kita cintai sangat besar pengaruhnya buat kita.
“Bahasa” yang satu ini adalah lambang dari ungkapan “actions speak louder than words”. Jika ini adalah salah satu bahasa cinta utama dalam pernikahan Mommies dan Daddies kemungkinan besar kalian senang melakukan sesuatu yang manis untuk satu sama lain. Misalnya, tetiba semua peralatan makan kotor di dapur sudah bersih di cuci oleh suami. Atau, Mommies berinisiatif membawa mobil suami ke tempat pencucian mobil, supaya besok pagi suami bisa berangkat ke kantor dengan mobil yang sudah bersih dan kinclong. Tapi jika hanya salah satu yang begitu, maka kalian ‘berbicara’ dengan dua bahasa yang berbeda.
Sekali lagi, perlu diingat bahwa bahasa cinta utama kita bisa saja bukan bahasa cinta utama pasangan kita. Jadi mereka nggak akan paham mengapa Mommies harus ngomel panjang pendek hanya gara-gara dapur penuh dengan peralatan makan yang kotor. Jika ini yang terjadi, cobalah bicara baik-baik dan gunakan kata-kata yang manis agar Mommies dan Daddies pada akhirnya bisa mengekspresikan cinta dengan memakai bahasa yang sama.
Jika ini adalah salah satu bahasa cinta utama dalam pernikahan Mommies dan Daddies, hadiah-hadiah kecil yang kelihatannya remeh, bisa bikin pasangan girang bukan kepalang. Seringkali, pasangan kita nggak butuh hadiah dengan harga fantastis. Daddies ingat tanggal wedding anniversary aja, itu udah luar biasa buat istri. Mommies tahu rumus racikan kopi favorit suami, setiap cangkirnya akan terasa seperti kopi dari nirwana. Hadiah-hadiah sederhana itu adalah pengingat bagi Mommies dan Daddies bahwa kalian saling memikirkan.
Kalian penting bagi satu sama lain. Maka wajar jika Mommies dan Daddies merasa sudah lama tidak menerima hadiah dari pasangan lalu bertanya-tanya, “Apa dia masih sayang saya?” Jika itu yang sedang terjadi, sekalli lagi, bicaralah. Biarkan pasangan tahu, Mommies atau Daddies rindu menerima hadiah-hadiah kecil dari pasangan.
Waktu berkualitas memaksudkan tentang seseorang yang mendapatkan perhatian penuh dari pasangannya. Waktu yang disediakan oleh suami dan istri akan membuat pasangannya merasa seperti orang yang paling penting dan paling dicintai di seluruh alam semesta. Ngopi berdua, sekadar nonton Netflix di ruang keluarga, atau liburan romantis, menghabiskan waktu bersama adalah hal yang menyenangkan.
Beda ceritanya jika Mommies atau Daddies selalu sibuk di depan laptop, lebih rajin ngecek email yang masuk daripada ngecek kondisi pasangan, atau bolak-balik tugas ke luar kota. Ini berarti Mommies dan Daddies tidak ‘hadir’ buat pasangan kalian. Sadarkah Mommies dan Daddies bahwa tindakan ini akan membuat pasangan merasa dikucilkan? Merasa sendirian. Jadi pastikan untuk meminta pasangan untuk 1-2 jam meninggalkan ponsel dan laptopnya di ruangan lain agar kalian bisa ngobrol dari hati ke hati tanpa gangguan.
Pandangan umum memang menilai bahwa sentuhan fisik adalah bahasa cinta utama para suami (dan asumsinya ini adalah seks). Faktanya, nggak begitu juga, sih. Karena ada banyak sentuhan fisik yang nggak melulu bermuara pada seks. Jika sentuhan fisik adalah bahasa cinta utama dalam pernikahan Mommies dan Daddies, maka sentuhan yang dimaksud adalah sentuhan yang pantas, yang belum tentu bersifat seksual (walaupun bisa juga bersifat seksual).
Jadi, jika Mommies dan Daddies merasakan perasaan luar biasa saat pasangan menggandeng tangan, memeluk pinggang, atau membelai punggung, bisa dipastikan itu adalah bahasa cinta kalian. Sebaliknya, Mommies dan Daddies akan merasa hampa dan tak dicintai ketika tidak mendapatkan sentuhan fisik yang kalian butuhkan. Jadi, jangan ragu memberinya kecupan atau minta dipeluk.
BACA JUGA: Selain Love Language, Ternyata Ada Juga Istilah Anger Language
Cover: Freepik