Sorry, we couldn't find any article matching ''
Agar Hubungan Rumah Tangga Tetap Harmonis, Kenali 5 Jenis Stress Language Ini!
Selain love language, kenali jenis stress language Anda dan pasangan agar hubungan tetap awet dan harmonis. Sudah tahu belum, Mommies?
Dalam membangun hubungan asmara tidak hanya diperlukan saling memahami love language, lho. Mungkin Mommies sudah tidak asing lagi dengan istilah love language atau bahasa cinta yang terbagi menjadi lima jenis, yaitu act of service, words of affirmation, receiving gift, physical touch, dan quality time, bukan? Selain love language, ternyata ada juga istilah stress language atau bahasa stres, lho!
Apa itu bahasa stres? Stress language adalah cara seseorang dalam menggambarkan pikiran atau perasaan mereka ketika menghadapi suatu masalah.
Sama halnya dengan love language, stress language tiap orang tentu berbeda-beda. Dengan mengetahui bahasa stres diri sendiri maka akan memudahkan Mommies dalam berkomunikasi dengan pasangan agar tidak ada kesalahpahaman. Berikut ini beberapa stress language dalam hubungan yang perlu Mommies ketahui.
BACA JUGA: 5 Bahasa Cinta Pasangan yang Perlu Dipahami dan Cara Memenuhinya!
5 Stress Language dalam Hubungan
Setiap orang pasti memiliki responnya masing-masing ketika dihadapkan pada suatu permasalahan yang membuat mereka merasa stres. Kenali 5 jenisnya di bawah ini!
1. The Exploder
Sesuai dengan namanya, bahasa stres ini biasa terjadi secara lahiriah yang menyebabkan seseorang merasa kesal, frustasi, ataupun agresi. Seseorang dengan Bahasa stress The Exploder ini cenderung langsung bereaksi ketika dihadapkan pada suatu hal yang menegangkan. Stress language yang biasa disebut juga sebagai fight-or-flight ini membuat seseorang merasa paranoid dan memiliki dorongan untuk menyerang lawan bicaranya.
2. The Imploder
Jenis bahasa stres berikutnya yang perlu Mommies ketahui adalah The Imploder. Berbanding terbalik dengan The Exploder, seseorang dengan bahasa stres The Imploder justru memilih untuk memendam stres mereka dengan tujuan tidak mau membuat konflik semakin rumit dan besar. Bahasa stres yang satu ini seringkali sulit dalam mengekspresikan emosinya, sehingga seringkali menyebabkan mereka merasa putus asa, tidak berdaya, hingga mati rasa.
3. The Fixer
Pada mulanya, The Fixer memang memiliki dampak yang positif yakni ingin menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi bersama pasangan. Namun, lambat laun hal ini justru seringkali membuat seseorang selalu ingin memperbaiki sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Bukan sebagai pasangan, seseorang dengan bahasa The Fixer justru cenderung bertindak sebagai orang tua yang justru dapat menyebabkan rasa tidak percaya dan rusaknya hubungan.
Jika Mommies penasaran dengan 2 bahasa stres lainnya, bisa baca di artikel Mengenal 5 Stress Language dalam Hubungan yang Wajib Kamu Ketahui! Semoga informasi ini bermanfaat!
BACA JUGA: Selain Love Language, Ternyata Ada Juga Istilah Anger Language
Ditulis oleh: Nariko Christabel
Cover: Freepik
Share Article
COMMENTS