banner-detik
SEX & RELATIONSHIP

10 Bahaya Teknologi Terhadap Pernikahan, Nomor 4 Paling Sering Terjadi!

author

Fannya Gita Alamanda22 Nov 2023

10 Bahaya Teknologi Terhadap Pernikahan, Nomor 4 Paling Sering Terjadi!

Teknologi memang menawarkan banyak kemudahan untuk urusan komunikasi. Namun pernahkah terpikir, apa bahaya yang dapat diakibatkan teknologi terhadap perkawinan?

Belum sempat paham dan akrab dengan satu jenis teknologi, teknologi baru sudah muncul. Begitu setiap hari dan tanpa disadari ini memengaruhi sebagian besar aktivitas, terutama cara kita berinteraksi dengan satu sama lain.

Inovasi seperti email, pengiriman pesan singkat melalui SMS, chat WA, DM, dan media sosial lainnya dihadirkan untuk mempermudah kita berkomunikasi sehari-hari. Teknologi memang banyak menyederhanakan kehidupan manusia sehingga jika memungkinkan, kita tidak perlu buang waktu, dana, dan tenaga, melakukan perjalanan berjam-jam untuk bertemu secara langsung. Sebenarnya ini sesuatu yang bagus, tetapi teknologi juga bisa menimbulkan bahaya untuk perkawinan.

BACA JUGA: 7 Ciri Hubungan Asmara yang Sehat dan Positif Ada di Pernikahan Anda, Bikin Bahagia!

10 Bahaya Teknologi Terhadap Pernikahan Anda

Meskipun teknologi banyak mempermudah hidup kita dan membawa dampak baik, tidak bisa dipungkiri bahwa penyalahgunaan teknologi juga merusak banyak pernikahan.

Berikut adalah sepuluh efek dari teknologi dan dapat membahayakan pernikahan, terlebih jika Anda tidak bijak memanfaatkannya.

1. Menjauhkan yang dekat

Bukan rahasia lagi bahwa banyak pernikahan bermasalah dan ‘berhias’ konflik akibat tidak pandai memanfaatkan teknologi. Sekarang ada pertanyaan yang perlu Mommies jawab, “Bagaimana cara saya menggunakan teknologi?”

Dalam kebanyakan kasus, cara kita menggunakan teknologi dapat memengaruhi hubungan kita: merekatkan atau justru menjauhkan kita dari orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita.

Menurut survei, 25% pasangan mengaku terganggu oleh kehadiran ponsel pintar mereka dan 10%-nya bahkan jadi terlibat dalam pertengkaran. Penelitian yang sama mengungkapkan bahwa pertengkaran dipicu karena kebanyakan dari mereka payah dalam hal menentukan skala prioritas dan tidak paham caranya membatasi pemakaian gawai mereka.

2. Pengalih perhatian

Karena teknologi erat hubungannya dengan inovasi, kemungkinan besar hal inilah yang mengalihkan perhatian kita. Siapa, sih, yang nggak kepingin menjadi yang paling paham? Efeknya, banyak suami atau istri yang merasa tidak dihargai dan tidak diinginkan pasangan mereka ketika sedang bersama, karena pasangannya terlalu asyik dengan gawainya. Tanpa disadari, setiap menit dari jam-jam yang lewat telah menyita waktu kita, yang seharusnya dihabiskan bersama pasangan secara personal.

Hal terbaik yang harus dilakukan adalah batasi penggunaan ponsel, tablet, atau laptop. Jangan berpikir Internet dan media sosial adalah solusi dan obat buat segala masalah. Anda tidak akan tahu berapa besar kerugian yang didapat akibat terlalu asyik dengan teknologi dan mengabaikan pasangan. Ini akan berbahaya buat pernikahan Anda.

3. Komunikasi

Teknologi telah memengaruhi cara dan gaya berkomunikasi banyak orang. Teknologi memungkinkan kita untuk terhubung dan berkomunikasi dengan cara yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Namun tidak jarang, teknologi justru memutus komunikasi dan merusak hubungan yang sebelumnya sangat hangat.

Alih-alih berbicara tatap muka ketika kita mempunyai masalah, kebanyakan pasangan saat ini hanya mengobrol atau saling mengirim pesan. Seolah ini solusi, padahal bicara dengan bertatap muka secara langsung tetaplah berbeda dengan bicara di telepon bahkan video call.

Komunikasi yang efektif sangat penting untuk membangun dan memelihara hubungan yang kuat, dan teknologi dapat memfasilitasi sekaligus menjadi penghambat proses ini.

4. Perselingkuhan

Teknologi telah mempermudah orang untuk bertemu dan jatuh cinta, tetapi salah menggunakan teknologi banyak menyebabkan suami atau istri terlibat dalam perselingkuhan. Saat ini, ada banyak aplikasi yang menyediakan fasilitas atau fitur mengirim pesan yang justru dimanfaatkan sebagai tempat untuk saling berkirim pesan rahasia dengan selingkuhan dan menyembunyikannya dari pasangan resmi masing-masing.

5. Ekspektasi seksual yang tidak realistis

Dampak teknologi terhadap sebuah pernikahan bisa baik atau buruk, serta berpengaruh signifikan terhadap perilaku dan sikap seksual seseorang.

Di satu sisi, teknologi dapat membantu ikatan suami istri menjadi lebih kuat, meskipun mereka berjauhan. Salah satunya membantu suami dan istri tetap menikmati keintiman seksual jarak jauh melalui phone sex, video call, sexting, dan berbagai bentuk komunikasi lain.

Sisi negatifnya, teknologi dapat memperburuk kecanduan seksual karena mudahnya mengakses pornografi di Internet. Kecanduan seksual menumbuhkan ekspektasi seksual yang tidak realistis di dunia nyata dan memicu perselingkuhan. Hal ini menyebabkan suami atau istri kehilangan kepercayaan terhadap satu sama lain, menurunnya keintiman secara fisik, dan hilangnya hasrat seksual.

6. Kecanduan

Cara lain teknologi dapat membahayakan pernikahan adalah ketika suami dan atau istri tidak tahu cara membatasi penggunaan gawai.

Kecanduan game online, misalnya, juga dapat berdampak negatif pada pernikahan. Anda berdua merasakan tiadanya kehadiran, berkurangnya perhatian, dan hilangnya keterikatan bahkan ketika Anda berdua berada di satu ruangan yang sama.

Semakin banyak orang lebih suka browsing dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka bermain dengan ponsel mereka daripada menikmati waktu berkualitas bersama keluarga.

7. F.O.M.O (fear of missing out)

Penggunaan teknologi (media sosial) memungkinkan kita memamerkan apa yang kita miliki kepada orang lain, baik itu penghasilan, keinginan, kehidupan cinta, atau keluarga. Karena itu, lahirlah istilah FOMO, memaksudkan perasaan takut nggak bisa memiliki apa yang orang lain miliki, yang mereka pamerkan di media sosial mereka.

Survei tahun 2021 yang dilakukan oleh Center for Generational Kinetics menemukan bahwa 56% orang Amerika percaya media sosial memungkinkan terjadinya tren FOMO, dan 45% orang dewasa muda mengaku mengalami FOMO.
Banyak orang ditekan untuk menampilkan citra diri dan kehidupan mereka yang menarik di media sosial. Pada akhirnya, ini berpengaruh terhadap cara mereka menghargai diri sendiri dan hubungan di dunia nyata yang mereka jalani.

8. Diskoneksi

Bagaimana teknologi memengaruhi sebuah hubungan? Kita sudah mengetahui dampak negatif teknologi SMS, chat WA, DM, dan sejenisnya terhadap komunikasi. Percakapan dengan berkirim pesan singkat bisa menyebabkan salah tafsir karena kita nggak bisa membaca emosi, nada bicara, dan bahasa tubuh seseorang hanya melalui pesan teks yang mereka kirim.

Selain itu, teknologi dapat menyebabkan diskoneksi dan perasaan kesepian dengan menciptakan rasa keterhubungan palsu di media sosial, komunitas online, dan pengalaman virtual.

Hal yang aneh adalah jika kita bisa ‘ngobrol’ akrab dan hangat dengan orang asing yang kita kenal di media sosial, tapi justru kaku ketika bicara muka ketemu muka dengan pasangan dan keluarga kita. Keakraban di media sosial tetap tidak dapat menggantikan kedalaman dan keintiman komunikasi tatap muka secara offline.

9. Koneksi yang dangkal

Dampak lain dari teknologi terhadap hubungan adalah koneksi yang dangkal. Koneksi yang dangkal tentu tidak cukup untuk menciptakan keintiman yang kuat dan menumbuhkan hubungan emosional yang dalam. Media sosial dan aplikasi kencan dapat menghadirkan sosok impian, yang kelihatannya sophisticated.

Orang-orang itu bisa menunjukkan penampilan yang memukau, mengirimkan kutipan-kutipan manis, pesan cinta, dan banyak lagi gombalan maut yang memabukkan. Namun apakah itu semua asli? Ingat, siapa pun dapat bersembunyi di balik layar. Kenal ala kadarnya tidak bisa membuat Anda punya ikatan yang kuat.

10. Depresi

Ini bukan sekadar isapan jempol. Teknologi juga bisa menyebabkan depresi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Pittsburgh, terdapat kecenderungan depresi yang lebih tinggi pada orang-orang muda karena kurang bijak menggunakan teknologi. Dalam kebanyakan kasus, orang muda adalah orang-orang yang mudah tersinggung, terutama ketika mereka sedang patah hati.

Semua alasan di atas dapat menjadi pengingat pentingnya membatasi diri dalam menggunakan teknologi. Secanggih apa pun sebuah teknologi, ia tidak dapat menggantikan hangatnya senyum dan lembutnya tatapan mata orang-orang yang kita sayangi.

BACA JUGA: 16 Cara Menjaga Pernikahan Tetap Harmonis Setelah Memiliki Anak

Cover: Freepik

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan