Perselingkuhan itu memang susah dilupakan. Jangan mencoba untuk terburu-buru melupakannya, karena waktu yang akan menyembuhkan luka dengan sendirinya.
Kalimat tentang perselingkuhan susah dilupakan yang diutarakan dr. Santi Yuliani,M.Sc.,Sp.KJ saat melakukan sesi Instagram Live beberapa waktu lalu begitu lekat dalam ingatan. Di waktu yang bersamaan, tanpa diminta memori saya kembali mengulang lagi peristiwa dua tahun lalu. Momen yang sampai saat masih susah payah ingin saya lupakan.
Kejadian yang membuat hidup seakan hancur berantakan. Ketika saya mendapati bahwa suami suami yang begitu saya cintai ternyata melakukan perselingkuhan. Pernikahan yang sudah berjalan dan susah payah saya pelihara selama 7 tahun seketika berada di ujung tandun. Semua angan dan mimpi yang telah dibangun pun luluh lantak tak bersisa. Ingin berpisah, tapi nyatanya tak mudah membuat keputusan. Bertahan pun, luka ini tak kunjung sembuh bahkan terasa terus menganga.
BACA JUGA: 10 Tanda Selingkuh Tanpa Sadar
Perselingkuhan mungkin menjadi salah momok yang menakutkan bagi sebagian pasangan suami istri. Bagaimana tidak, pernikahan yang sejatinya dibangun atas dasar komitmen dan kepercayaan lantas hancur berantakan lantaran salah satu pihak tidak bisa mengendalikan nafsu yang dimilikinya. Untuk pulih dari perselingkuhan tentu bukan perkara yang mudah.
Dalam hal ini dr. Santi Yuliani,M.Sc.,Sp.KJ menjelaskan bahwa saat terjadi perselingkuhan akan ada ada banyak rekaman yang terjadi di dalam otak. Otak akan akan menyimpan memori pada saat perselingkuhan itu terjadi.
“Otak kita mempunyai metode sendiri dalam mengingat sebuah peristiwa. Ada yang memang niat disimpan, ada juga yang tidak sengaja tapi memori tersebut tersimpan dengan sendirinya. Otak akan menyimpan informasi, ada yg eksplisit dan implisit. Dan tempat untuk menyimpan memori di otak juga akan banyak sekali, ibaratnya ada banyak folder di dalam otak kita,” ujarnya dr. Santi.
Hal inilah yang sebenarnya menjadi salah satu alasan mengapa seseorang yang menjadi korban perselingkuhan sulit melupakan apa yang sudah terjadinya.
Menurut dr.Santi, sama seperti saat mengalami kesedihan atau pengalaman yang menimbulkan luka, seseorang yang mengalami perselingkungan akan mengalami fase kesedihan. Mulai dari munculnya perasaan denial, anger, bargaining, depression dan acceptance.
“Kalau mau marah, ya, marahlah. Saat fase marah, biasanya orang di sekitar kita akan ngomong, ‘Sudah jangan marah. Sabar ya’. Padahal ini merupakan tahapan yang memang akan dirasakan. Namun ingat, saat marah, marahlah yang sehat. Perhatikan, apa tujuan saya marah? Marah yang sehat artinya tidak akan menyakiti diri sendiri.”
Dalam hal ini, dr. Santi menekankan bahwa penting untuk mengingat kembali tujuan yang ingin dicapai. Tak ada salahnya untuk mencari tahu dan bertanya pada diri sendiri, ‘Apa yang sebenarnya saya inginkan? Apa saya ingin saya tanyakan pada pasangan? Apakah marah saya bisa mencapai tujuan saya?’
Saat mengetahui pasangan melakukan perselingkuhan, tidak sedikit korban yang bertanya-tanya, mengapa setelah perselingkuhan terjadi sulit sekali untuk melupakan. Apakah ini tandanya memang belum mampu memaafkan dan move on?
Faktanya, adalah wajar jika peristiwa perselingkuhan sulit dilupakan meskipun peristiwa sudah terjadi cukup lama. Menurut dr. Santi, ingatan tersebut memang akan muncul sebagai salah satu bentuk alarm. Mengingatkan agar lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan menentukan langkah terbaik yang perlu dilakukan/
“Semakin di-recall, justru ingatan tersebut memang akan terus diingat. Sebenarnya otak kita sengaja me-recall atau flash back untuk menyelamatkan kita agar kita tidak mengalami hal itu serupa.”
Dalam hal ini, dr, Santi juga menyarankan untuk menjalani proses. Tidak perlu terburu-buru untuk segera memaksakan diri untuk melupakan. Menganggap jika apa yang dirasakan hal sepele.
“Kadang orang sekitar atau diri kita sendiri menganggap pada saat belum mampu melupakan, tandanya tidak bersyukur. Padahal ini sangat bahaya, kalau memang belum sampai tahapan menerima tapi justru memaksakan diri tetapi terus dipaksa untuk menerima justru akan berisiko membuat depresi. Sampai pada tahapan bisa menerima, semuanya tentu saja butuh proses.”
Selain perlu waktu untuk bisa masuk dalam tahapan menerima, korban perselingkuhan juga membutuhkan waktu yang panjang untuk bisa kembali berpikir positif dan rasional.
“Otak korban perselingkuhan programnya memang jadi kacau, Rusak karena memang sudah dikhianati. Semula, pasangan yang dipikir memberikan rasa aman, nyatanya berbohong dan selingkuh. Pasangan yang semula dipikir mencintai dan bisa bisa dipercaya, nyatanya tidak. Nah, semua program di otak ini jadi runtuh. Program otak yang rusak ini juga yang akhirnya memengaruhi kita jadi tidak percaya dengan pasangan dan bisa maju menjalani pernikahan seperti sedia kala.”
Untuk itulah, dokter spesialis kedokteran jiwa di RS Jiwa, Prof. DR. Soerojo Magelang, mengingatkan agar para korban perselingkuhan tidak perlu memaksakan diri. Kalau belum bisa menerima, masih merasa sedih dan kecewa, tidak apa-apa.
“Menangislah… bersedihlah… berikan waktu untuk dirimu. Namun jangan lupa berikan waktu atau batasan.untuk bersedih. Karena sedih tidak boleh lebih dari 2 minggu, jika sudah lebih dari 2 minggu akan berisiko alami depresi. Setelah itu bisa belajar untuk bisa berpikir rasional, ini penting untuk meminimalkan kesalahan dalam pengambilan keputusan, termasuk risiko,” ujar Prof. DR. Soerojo.
Saat sedang mengalami peristiwa menakutkan dan menyedihkan, berpikir secara rasional memang tidak mudah. Hal ini dikarenakan otak sedang menyimpan banyak perasaan yang menyebabkan ketidakmampuan otak dalam berpikir.
Jika hal ini terjadi, tak perlu panik, karena ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Apa saja?
“Jangan lupa untuk bernapas, karena otak kita butuh oksigen. Untuk bisa berpikir rasional, pastikan tubuh kita mendapatkan oksigen yg bagus. Caranya, lakukan aktivitas outdoor, seperti melakukan kegiatan fisik yang sederhana seperti berjalan. Dengan melakukan aktivitas outdoor outdoor, di bawah matahari tidak hanya bisa memberikan oksigen yang baik tapi juga mampu mengembalikan mood kita jadi lebih baik.”
“Otak untuk bisa berpikir juga butuh nutrisi yang baik dan glukosa. Jadi jangan lupa untuk mengonsumsi makanan sehat, Perbaiki apa yang masuk dalam tubuh kita. Nutrisi otak dengan makanan yang tinggi omega seperti telur, probiotik atau konsumsi buah berries. Jangan lupa sebaiknya hindari kopi dan teh, khususnya di malam hari. Kalau nutrisi nggak ada, tenti kita nggak bisa berpikir positif, untuk bisa berpikir dengan baik tubuh kita butuh energi.”
Selanjutnya, cobalah untuk mengetahui dan membuat daftar apa saja risiko dan manfaat keputusan yang akan diambil.
“Jangan lupa buat list. Bukan berarti berpisah lebih berat. jangan juga berpikir kalau bertahan akan berat. Sebenarnya semua keputusan sama-sama beratnya. Dari pada terus bertanya-tanya kenapa ini bisa terjadi, kenapa masalah ini terjadi padaku, cobalah fokus dan ambil solusi.”
Selanjutnya, dr. Santi juga mengingatkan kalau tidak perlu membalas perselingkuhan dengan perselingkuhan. Ia mengibaratkan, keputusan ini justru membuat program di dalam otak semakin kacau.
Menjadi korban perselingkuhan tentu saja tidak akan pernah mudah. Bukan berarti tidak ikhlas, bukan berarti tidak bisa memaafkan, untuk memulihkan luka akibat perselingkuhan tentu saja akan membutuhkan waktu.
BACA JUGA: Kenapa Pria yang Selingkuh Tak Mau Bercerai dengan Istrinya? Ini 5 Alasannya
Cover: Pexels