Dalam membina berumah tangga, sudah pasti ada dua orang yang bekerjasama. Suami dan istri. Untuk itu diperlukan komunikasi, dong, ya?
Yang namanya komunikasi atau hubungan suami istri tentu idealnya 2 arah. Saling memberi, saling menerima, saling mengisi satu sama lain. Dengan begitu, rumah tangga akan semakin kokoh, demikian seyogyanya.
Sayangnya seiring dengan waktu (atau bahkan dari awal pernikahan) beberapa rumah tangga memiliki hubungan yang searah. Salah satu, entah itu suami atau istri tidak memiliki keinginan untuk saling bekerjasama mempertahankan rumah tangga. Hingga akhirnya enggan untuk berhubungan timbal balik. Berikut ini 9 tanda hubungan suami istri hanyalah hubungan searah. Jika Anda merasakan tandanya, ini sudah merupakan lampu kuning.
Ada, kan, ya saat-saat tertentu yang urgent mommies harus menelepon atau meninggalkan pesan pada whatsapp atau messengernya. Ya, sih, terkadang ada waktu-waktu yang pasangan nggak bisa langsung jawab atau membalas pesan. Tapi saat kemudian ia menjawab atau balik meninggalkan pesan terdengar singkat dan mommies punya perasaan nggak enak karena sudah mengganggunya.
Apalagi kalau aktivitasnya hanya sekadar mabar sama teman-temannya. Hei, mommies itu istrinya, seberapa pun nggak pentingnya itu telepon atau message, mommies nggak boleh punya perasaan nggak enak. Bahwa mungkin nggak bisa langsung dijawab atau dibalas, ya, nggak apa-apa.
Kalau Anda adalah satu-satunya manusia yang membuat rencana masa depan, menabung di mana, tahun depan liburan ke mana, minggu depan mau jalan-jalan ke mana, dua tahun lagi anak masuk SD mana, bisa jadi mommies berada dalam hubungan searah. Apalagi kalau ditanya si pasangan hanya mengedikkan bahu dan tak bersemangat untuk ikut berdiskusi. Yang namanya rumah tangga itu milik kalian bersama. Ya jadi tentunya masa depan harus direncanakan bersama, dong.
Bagaimana pun orang terdekat pasangan adalah keluarganya, Anda, dan anak-anak. Seharusnya menjadi prioritas. Ya, bolehlah kalau pasangan punya hobi yang mungkin kita nggak ingin ganggu juga. Sama, deh, kalau kita lagi ingin me time, ya, kan? Tapi kalau sudah menempatkan segalanya, pekerjaan, teman, kehidupan sosial, hobi, di atas orang-orang yang dicintainya, ini sudah salah dan sudah bisa jadi tanda bahwa hubungan Anda dan pasangan hanyalah hubungan searah.
Pasangan nggak pernah ragu untuk meminta bantuan Anda. Ya, meminta waktu, perhatian, atau tenaga. Sebaliknya ketika kemudian mommies membutuhkan bantuannya, tetiba pasangan menjadi ‘terlalu sibuk’ atau ‘tak punya waktu’. Sekali dua kali tentu bisa dimaklumi, tapi kalau sudah terus-terusan? Nggak ada, deh, yang namanya terlalu sibuk. Untuk pasangan sudah seyogyanya kedua tonggak mahligai rumah tangga bisa meluangkan waktu, entah itu untuk memberikan bantuan, atau sesederhana menghabiskan waktu untuk meningkatkan kualitas hubungan.
Ini sedih, sih. Pasangan menemani belanja, ambil rapor anak, atau sekadar ngobrol hanyalah terasa sebagai kewajiban. Hanya untuk membuat Anda senang, sementara kita, kan, inginnya dia juga senang, ya. Antusiasme dan semangat untuk menghabiskan waktu bersama pasangan menguap entah ke mana.
Yang namanya perempuan, kan, ya. Segala-gala yang terjadi dalam hidup bisa jadi topik obrolan. Ya, kalau sekadar bisik-bisik tetangga, lumrah bila pasangan (laki-laki) nggak menunjukkan ketertarikan sama sekali. Tapi ketika ia tak lagi mau tahu soal segala aspek penting dalam hidup kita seperti pekerjaan, keluarga, teman, bahkan kegiatan anak-anak, ini sudah bisa jadi tanda hubungan yang searah.
Ia tidak benar-benar tahu tentang apa pun yang terjadi dalam keseharian kita. Ketika mommies tetap semangat dan antusias bertanya kepada pasangan tentang hal-hal yang terjadi dalam hidupnya dan menunjukkan minat, sebaliknya pasangan nggak menunjukkan antusiasme yang sama.
Ada, sih, di sebelah. Tapi mau sekadar ngobrol aja nggak bisa. Karena pasangan sibuk dengan gadgetnya, atau dengan pekerjannya selalu. Raganya hadir, sih, di acara manggung anak, tapi sepertinya jiwanya entah melayang ke mana. Intinya, raga ada, tapi tak hadir secara emosional. Mommies merasa setiap saat sulit untuk berkomunikasi, padahal fisiknya mampu kita lihat setiap hari. Mommies bahkan merasa masalah yang dihadapi akan menjadi beban bagi pasangan dan akhirnya menyimpan masalah tersebut untuk diri sendiri.
Jika mommies terus-menerus mengkhawatirkan dan cemas tentang hubungan dengan pasangan saat ini, namun tak bisa mengkomunikasikannya pada pasangan ini bisa jadi tanda hubungan searah. Apalagi kalau di dalam pikiran Anda bahwa hubungan ini sedang bermasalah, harus ditangani, tapi mommies nggak tahu gimana cara menyampaikannya, dan seolah pasangan pun tidak peduli. Suatu hubungan harus penuh dengan pikiran bahagia dan kegembiraan, bukan kekhawatiran dan tekanan emosional. Jika hubungan dengan pasangan membuat Anda sangat stres dan kesal, ini bukan hubungan yang sehat.
Adakah tanda-tanda di atas mommies rasakan saat ini? Mungkin sudah saatnya ditangani. Sulit untuk mengkomunikasikannya, coba minta bantuan yang lebih ahli. Bisa psikolog, orang dekat yang sama-sama disegani, atau kepala agama. Yang penting jangan terlalu lama dibiarkan agar tak jadi api dalam sekam.
Baca juga:
Silent Killer dalam Pernikahan