Perseteruan antara menantu dan mertua sering kali saya dengar lewat cerita beberapa teman. Biasanya, sih, koflik ini muncul lantaran perbedaan pendapat. Padahal, dari pada dicap jadi menantu durhaka, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, lho.
"Aaaa... loe mah, enak, Dis. Nggak ada ibu mertua, jadi minim konflik. Beda banget sama gue, dikit-dikit mertua gue banyak ngatur. Setiap ketemu ada aja komplain yang keluar dari mulutnya. Lama-lama kan nggak tahan juga dengernya."
Suatu kali, ada salah satu teman saya yang melontarkan kalimat di atas ke saya. Iya, apa yang dibilang teman saya ini memang benar. Pengalaman saya dengan ibu mertua memang bisa dibilang nol besar lantaran saya memang punya kesempatan untuk mengenal perempuan hebat yang melahirkan dan membesarkan pria yang kini menjadi ayah dari anak saya, Bumi. Ibu mertua saya sudah berpulang sejak suami saya duduk di bangku SMA. Beruntung, saya masih diberikan kesempatan mengenal dengan bapak mertua saya. Syukurnya, hubungan kami terbilang dekat.
Lucu rasanya kalau mendengar keluh kesah beberapa teman yang berkaitan dengan ibu mertuanya. Jujur saja, jauh di dalam lubuk hati, terselip rasa penasaran bagaimana rasanya punya ibu mertua. Apalagi kalau dengar cerita teman yang mampu membangun hubungan harmonis dengan mertua. Meskipun mertua saya memang nggak lengkap, tapi saya cukup paham bahwa ada banyak alasan mengapa kita harus berdamai dengan mertua.
Tapi, saya pun juga paham kalau sebagai individu bisa merasa teragnggu saat nggak seiya sekata saat menghadapi sebuah masalah. Jangan sama mertua, lah wong kalau sedag tidak sependapat dengan suami saja juga bisa gondok dan memicu perselisihan. Saya pun lantas penasaran, sebenarnya apa sih yang baiknya dilakukan saat sedang berselisih paham dengan mertua?
Jawab iya saja dulu...
Saya sempat bertanya pada Sansi Siera, Managing Editor Female Daily, ketika tidak sependapat dengan mertua, biasanya apa sih yang dilakukan? “Duuh... bagaimana, ya? Susah, sih, kalau melawan mertua. Ibu mertua itu kan sama saja dengan ibu kita. Jadi selama ini saya selalu mengiyakan saja apa yang mertua bilang. Walaupun setelah itu kita nggak mengikuti apa yang ia katakan. Mungkin kalau dengan ibu sendiri, bisa lebih enak mengatakan ketidak setujuan kita. Tapi kalau dengan mertua agak lebih berisiko”.
Minta bantuan suami
Nah, cara ini sepertinya paling aman, yah! Ketika sedang berkonflik dan tidak sependapat dengan mertua bisa langsung minta bantuan suami. Paling nggak, suami bisa mewakili kita untuk mengutarakan ketidak setujuan dengan mertua. Hal ini lah yang sering dilakukan Anita ‘Thatha’, Editor Mommies Daily, ia mengatakana “Kalau saya memilih menyampaikan terlebih dahulu sama suami, akan ketidak setujuan saya terhadap pendapat atau sikap ibu mertua. Saya harap, dengan bantuan suami mengutarakan perbedaan pendapat bisa mencegah terjadinya konflik”.
Speak Up!
Siapa di antara Mommies yang termasuk tipe menantu yang lebih senang mengutarakan perbedaan pendapatan saat itu juga? Ternyata cara ini juga banyak ditempuh beberapa teman saya, Niya, Account Executive Female Daily Network, misalnya. Ia bilang, “Sekarang gue sudah lebih memberanikan diri buat speak up. Tapi saat ngomong, jelaskan juga mengapa kita tidak sependapat, jadi tetap ada penjelasannya. Ternyata hidup gue lebih tenang dibanding gue ngomong iya-iya aja dihadapan mertua, hahahaa”. Hal senada juga disampaikan Thatha, “Kalau sudah tahan, dan ingin mengutarakan langsung saat kejadian, saya sampaikan dengan bahasa yang sopan dan diimbangi dengan alasan logis kenapa tidak setuju”. Dalam hal ini memang kalimat yang dipilih perlu diperhatikan, jangan sampai melukai perasaan seperti mengatakan, "Saya nggak minta pendapat ibu, kok”.
Menghindar untuk sementara
Semua pasti sudah tahu kalau menghindar tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Tapi, dalam beberapa situasi, termasuk ketika tidak sependapat dengan mertua, nggak ada salahnya kok untuk mengindar untuk sementara. Langkah ini sesekali juga dipilih oleh Thatha. “Kalau dirasakan tidak bisa mengontrol emosi, lebih baik “menghilang” sebentar dari tempat kejadian perkara, hahaha. Bisa ke toilet atau alasan mau bermain sama anak. Supaya kata-kata yang keluar juga nggak penuh amarah, kan, jadi lebih baik menenangkan diri dulu”.
Bagaimana dengan Mommies yang lain? Punya kiat berbeda?