15 Menit Untuk Keluarga

News

adiesty・12 Feb 2014

detail-thumb

Sebagai ibu pekerja saya tau benar betapa berharganya saat kumpul bersama keluarga. Makanya, sampai detik ini kalau sudah sampai di rumah, saya berusaha mati-matian menjawab tantangannya Lita. Kalau sudah pulang kerja, ya, harus berani menjauhkan dari gadget. Apalagi waktu itu saya sempat “kesentil” dengan ucapan suami. “Aku baca artikelnya Lita soal ngeletakin gadget kalau di rumah, bagus banget, ya”. #jleb

Ok, saya mau buat pengakuan dosa. Ketika di rumah bersama Bumi, saya memang masih sering tergoda buka time line twitter, path, ataupun IG. Padahal, kalau dipikir-pikir, dalam sehari waktu saya jauh lebih banyak dihabiskan di depan laptop dan membuka handphone ketimbang main-main bersama Bumi. Saya lupa menambahkan resolusi 2014 dengan melakukan digital detox, seperti yang ditulis Hanzky di artikel ini.

Makanya, saat mengetahui Sariwangi sedang menggalakan kampanye ‘15 menit sehari untuk membangun kebersamaan yang berkualitas’, saya salah satu orang yang mendukung gerakan ini.

Dalam acara jumpa pers, Mario Abdisa selaku Senior Brand Manager SariWangi PT Unilever Indonesia Tbk menjelaskan kalau waktu 15 menit adalah momen yang singkat, namun dapat menjadi sangat bermakna ketika dilakukan komunikasi tatap muka setiap hari secara rutin. Dengan begitu, komunikasi bisa terjalin dengan efektif dan kedekatan emosional menuju kebersamaan yang berkualitas.

Saya jadi ingat curhatan seorang teman yang cerita kalau dia merasa komunikasi dengan suaminya sangat terhambat lantaran jam kerja yang berbeda. Ditambah lagi, suami yang sering tugas ke luar kota. Wah, kalau soal jam kerja yang beda dengan suami, sih, saya pun senasib. Saya juga sering merasa kalau intensitas komunikasi dengan suami semakin berkurang.

Untungnya, kami bisa mengakali dengan cara melakukan ritual pillow talk. Malah seringkali saat berangkat atau di jemput suami, kami berdua kerap melakukan traffic talk. Yah, pintar-pintar cari celah, deh. Saya nggak mau kalau keistimewaan keluarga yang tinggal serumah dilewatkan begitu saja.

Seperti yang dikatakan Mbak Nina Teguh saat jadi pembicara acara ini, psikolog Anak dan Keluarga ini menjelaskan bahwa sekarang banyak keluarga yang tinggal satu atap tapi melewati kesempatan berkomunikasi yang tersedia. Padahal kedekatan emosional perlu dibentuk melalui ekspresi ataupun ungkapan perasaan yang jujur dalam kegiatan berkumpul keluarga.

“Komunikasi 15 menit sehari yang disertai kehadiran fisik dan obrolan mendalam merupakan syarat terjalinnya komunikasi efektif menuju kebersamaan yang berkualitas. Syarat tersebut diperlukan karena sentuhan, gerak tubuh, aroma dan suasana saat komunikasi berlangsung sama pentingnya dengan kata-kata yang diucapkan,” begitu penjelasan Mbak Nina.  Lagi pula katanya lagi, waktu berkualitas yang kita sisihkan selama 15 menit setiap hari ini juga merupakan investasi masa depan. Di mana keharmonisan hubungan dengan anak dan suami menjadi imbalannya.

Ahh.... saya setuju sekali, nih! Yuk, ah, kita sama-sama menjadikan obralan 15 menit dengan keluarga menjadi sebuah ritual keluarga. Tentunya, bukan sekedar obralan basi-basi, ya. Apalagi ngobrol sambil terus scrolling timeline sosmed.  Jangan sampai, anak kita nanti komplen dan bilang, "You're Not Listening with your eyes".