banner-detik
ETC

Skandal Video & Perlindungan Anak

author

affi24 Jun 2010

Skandal Video & Perlindungan Anak

Jujur saja, saya tadinya sama sekali tidak berminat menulis tentang kasus video pribadi Ariel dan Luna Maya di Mommies Daily, atau di blog manapun, saking lelahnya saya mendengar pemberitaan yang tidak ada habis-habisnya, dan yang semakin lama semakin out of proportion seputar hal ini.

Tapi, ketika beberapa hari yang lalu saya menyalakan TV, dan melihat beberapa orang bicara tentang kasus ini dengan membawa nama anak-anak Indonesia, saya jadi tergerak juga untuk menyuarakan pendapat saya.

Saya tentu saja bukan ingin bicara mewakili anak-anak Indonesia, tapi saya juga orang tua. Dan sebagai orang tua, saya prihatin dan sedih melihat betapa besarnya perhatian, tenaga dan waktu yang sudah terbuang untuk mengurusi kasus ini.

Di tulisan ini, saya tidak berniat menilai apakah perbuatan Ariel dan Luna Maya salah. Saya tidak punya hak untuk menghakimi mereka. Apalagi membahasnya dari segi agama. Saya bukan orang yang paling suci dan bukan orang yang paling alim. Whatever they do behind closed doors, is not my business. And I'm gonna leave it at that.

Yang membuat saya sampai duduk di depan laptop dan mengetik tulisan ini, adalah rasa gemas saya terhadap orang-orang yang dengan tajam menghujat Ariel dan Luna, menuduh mereka ikut merusak moral anak-anak Indonesia, mencap mereka sebagai penyebab anak-anak usia belasan tahun kecanduan pornografi, bahkan menuntut Ariel dan Luna untuk meminta maaf dan mundur dari dunia hiburan. Dalihnya, Ariel dan Luna adalah tokoh high profile dan menjadi idola anak-anak dan tingkah laku mereka bisa ditiru oleh para penggemarnya.

Lucu juga ya, betapa besarnya dampak dari 'kesalahan' yang mereka buat ini. Padahal kalau dipikir, ada jutaan video seks yang beredar di luar sana yang dengan gampangnya bisa diakses oleh siapapun, termasuk anak-anak. Bedanya, video seks tersebut dengan sengaja direkam dan diedarkan dengan timbal balik uang. Sementara yang dilakukan Ariel dan Luna adalah sesuatu yang privat, yang tidak sengaja tersebar ke masyarakat luas. Mana yang lebih salah?

Para orang tua yang mengaku peduli atas moral anak Indonesia ini terus-terusan melancarkan cercaan, tudingan, penghakiman, dan hal-hal negatif lainnya di media massa. Padahal bisa juga mereka bersama-sama mempelajari bagaimana mengawasi dan mengarahkan aktivitas online anak-anak yang positif, dan menyebarluaskan informasi ini kepada para orang tua lain melalui media massa yang sama. Bahkan mungkin bisa bekerja sama dengan Depkominfo dalam memberikan konten yang edukatif dan menarik supaya anak-anak tersebut mempunyai banyak alternatif daripada sekedar browsing video porno. (Thanks Thomas for the idea :) ) Mana yang lebih berguna?

Saat saya mengetik tulisan ini, hati saya masih saja menangis karena masih ada jutaan anak Indonesia yang kurang gizi, tidak mempunyai tempat tinggal yang layak, tidak bisa sekolah. Masih ada ribuan anak-anak yang mengalami abuse dari orang-orang di sekitarnya tanpa ada yang bisa melindungi mereka. Tidak ada orang yang berdemo di depan DPR/MPR untuk memperjuangkan kesejahteraan mereka saat ini. Tidak ada pengacara yang dengan berapi-api meneriakkan sumpah pocong supaya hak dasar mereka dipenuhi. Tidak ada polisi yang menangkapi orang-orang dewasa yang dengan kejamnya mengeksploitasi badan-badan mungil mereka untuk uang. Mana yang lebih mendesak?

Anak saya memang baru berumur 2,5 tahun dan sama sekali tidak kenal dengan Ariel atau Luna Maya (walaupun dia tau Anang dan Syahrini :D). Tapi jika saya punya anak dengan umur yang lebih besar, kesempatan ini akan saya gunakan untuk memberikan mereka guidance untuk beraktivitas online yang positif, memberikan mereka edukasi seks yang benar, mengajak mereka bicara terbuka tentang apapun, termasuk masalah seks, mengingatkan mereka bahwa idola mereka juga manusia yang bisa berbuat kesalahan. Mengingatkan mereka bahwa mereka boleh menggemari karya-karya artis-artis tersebut, menyukai musik atau film mereka, tapi tidak perlu mengkultuskan mereka secara pribadi. Ini juga kesempatan yang akan saya gunakan untuk mengajarkan privacy, toleransi dan sikap non-judgmental ke anak saya.

Itu tugas kita sebagai orang tua. Ada banyak sekali hal yang bisa membawa dampak negatif untuk anak kita, banyak yang di luar kuasa kita. Apakah kita bisa membendung semua hal tersebut? Jika tidak, yang perlu kita lakukan adalah memberikan mereka bekal pengetahuan, akal sehat dan hati, untuk membantu mereka menentukan langkah yang akan mereka ambil berikutnya.

Saya orang tua. Moral dan tingkah laku anak saya, adalah murni tanggung jawab saya. Saya tidak bisa melimpahkan urusan ini ke guru, Komnas Perlindungan Anak, apalagi artis.

Jadi tolong bapak-bapak, ibu-ibu, jangan bicara atas nama anak saya di media massa. Berikan perlindungan dan perhatian ke anak-anak yang memang membutuhkannya.

Share Article

author

affi

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan