banner-detik
SELF

Traffic Talk

author

irasistible21 Mar 2013

Traffic Talk

Saya pernah membaca artikel tentang relationship dan pernikahan yang ditulis seorang pakar. Menurutnya, pillow talk itu amat penting karena membuat pasangan bisa berkomunikasi dengan baik. Terutama bagi mereka yang hidup di perkotaan, dan sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing.

Berbeda dengan Adis yang rajin pillow talk dengan suaminya, buat saya dan suami, pillow talk itu sulit sekali dilakukan. Kenapa? Hingga saat ini, anak kami, Nadira (4 tahun), masih tidur dengan saya. Lalu, karena kami sama-sama bekerja dan tiba di rumah sudah malam, amat sulit bagi kami untuk mengobrol berdua sesaat sebelum tidur. Nadira pasti ingin bermanja dan ikutan ngobrol juga dengan kami. Kami juga nggak tega nyuekkin Nadira yang masih haus perhatian orang tuanya.

Jadi, alih-alih bisa ngobrol soal kerjaan atau peristiwa yang terjadi hari ini, waktu kami di malam hari pun lebih banyak didominasi oleh Nadira. Untuk menunggu hingga Nadira tidur lalu mengobrol, wah nggak mungkin deh. Bisa-bisa kami kesiangan bangun di esok harinya.

Untunglah, kami berangkat kerja bersama-sama. Di sinilah celah yang kami ambil untuk berkomunikasi. Kemacetan Jakarta setiap hari pun menjadi semacam blessing in disguise bagi kami berdua. Selama mengarungi jalanan yang macet tiap hari, saya dan suami bisa berbincang-bincang berbagai macam hal. Dari urusan anak, hubungan kami berdua, orang tua, teman hingga isu-isu politik, sosial dan ekonomi. Komplet deh!

*gambar dari sini

Tak sedikit saya mendapatkan ide tulisan untuk di Mommies Daily atau di blog pribadi dari percakapan kami saat terjebak macet. Saya pun merasa lebih bisa memahami suami, begitu pula sebaliknya.

Oleh karena itulah, saya agak kurang sreg saat kami sempat menggunakan jasa supir pribadi. Enak sih, saya dan suami bisa tidur sepanjang jalan. Namun, kami jadi tidak bisa berbincang-bincang dengan bebas. Meski Pak Supir sedang berkonsentrasi menyupir, ia tetap manusia yang punya telinga, kan? Jadi, saat ia minta resign, dengan senang hati kami meluluskannya. Lumayan, jadi ada waktu ngobrol-ngobrol di pagi hari lagi, deh :D

Sayangnya, sebentar lagi kantor suami akan pindah ke lokasi yang membuat kami sulit berangkat kerja bersama-sama seperti sekarang. Alhasil “traffic talk” kami pun terancam bubar jalan. Saya pun jadi bingung, solusi apa ya yang harus dilakukan supaya komunikasi kita lancar terus. Soalnya, sama seperti Lita yang menerapkan tradisi satu kuci, meski teknologi memungkinkan komunikasi lancar dimana pun dan kapan pun, ngobrol face to face dan berhadapan tetaplah cara yang terbaik.

Ternyata, suami juga kurang sreg dengan kepindahannya ini. Meski dia nggak paham dengan pillow talk etc, dia tetap merasa acara ngobrol di mobil pada pagi hari itu penting untuk memelihara hubungan kami berdua. Alhamdulillah ternyata kami sehati, hehehe…

Jadi, saat ini, solusi sementaranya mungkin adalah, seminggu sekali suami akan berangkat kerja lebih siang supaya bisa bersama-sama dengan saya lagi. Selain itu, komunikasi via gadget juga harus dipersering kayaknya, ya. Mudah-mudahan sukses, ah :)

Gimana dengan Mommies? Ada kah yang sering ber-“traffic talk” ria seperti saya atau justru punya pengalaman berkomunikasi lain yang tak kalah menarik?

Share Article

author

irasistible

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan