Menyelesaikan masalah dalam rumah tangga bersama pasangan harus dilakukan dengan tenang. Jangan sampai melakukan beberapa kesalahan ini!
Ada saat-saat dalam sebuah pernikahan ketika konflik bermunculan dan bikin hubungan antara suami dan istri terasa sepahit empedu. Salah langkah, sama seperti menyelesaikan masalah dengan masalah. Jika tahu triknya menyelesaikan konflik, ini bisa meredam keributan baru yang tak perlu.
Konflik di dalam pernikahan adalah ketidaksepakatan dan perselisihan yang terjadi di antara suami dan istri. Dan itu hal yang biasa. Tapi hal yang umum terjadi ini dapat menjadi calon masalah besar jika tidak segera diselesaikan atau malah diabaikan. Ibarat menyapu tumpukan debu dan kotoran ke bawah karpet, tidak kelihatan bukan berarti debu dan kotoran itu nggak ada kan?
Ada beberapa alasan mengapa Anda harus berusaha segenap daya untuk menyelesaikan konflik. Ini memampukan diri Anda berubah menjadi individu yang lebih baik. Misalnya, jika konflik muncul dan Anda dapat membicarakan masalahnya, ini memungkinkan Anda untuk mengubah cara Anda bertindak untuk menyelesaikan konflik itu.
Alasan lainnya adalah bahwa setiap kali Mommies dan pasangan dapat menyelesaikan konflik yang terjadi, hubungan dengan pasangan akan semakin kuat. Tapi sebaliknya, jika tidak mampu mengubah adu argumen menjadi obrolan dari hati ke hati, masalah yang lebih besar sudah pasti akan menanti.
BACA JUGA: 5 Anggota Kerajaan yang Pernah Diisukan Selingkuh, Ini Faktanya!
Saat sadar konflik muncul, 10 kesalahan konyol ini wajib dihindari agar tidak menimbulkan calon masalah baru yang lebih besar:
Jika terus marah kepada pasangan saat timbul masalah, berhentilah melakukan itu. Sebaliknya, coba bicarakan perasaan dan apa yang dipikirkan dengannya. Ketika mau memberi ruang untuk mendengar sudut pandang pasangan tentang masalah tersebut, hal tersebut mungkin saja dapat membuat perbedaan besar dalam perasaan Mommies.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan individu untuk berdebat, semakin mereka merasa tidak puas dengan hubungan mereka. Inilah sebabnya mengapa sebuah pasangan harus berusaha mencegah bertambahnya lebih banyak konflik saat tidak diperlukan. Caranya adalah dengan menyampaikan dengan lembut tentang apa pun yang mengganggu pikiran, alih-alih marah.
Pernahkah Mommies menyadari bahwa setiap kali konflik muncul, nggak penting masalahnya selesai atau tidak, atau bagaimana mencari solusinya, tapi apa pun yang terjadi, Mommies harus memenangkan ‘pertempuran’ itu? Jika ini adalah sesuatu yang sering dilakukan, maka Mommies harus berhenti melakukan itu. Anggaplah sebuah konflik sebagai musuh bersama, bukan menanggapnya sebagai situasi Aku VS Kamu.
Saran lain yang harus diikuti adalah berhenti menyalahkan pasangan, bahkan ketika dia memang salah. Selain tidak adil, ini bisa membuatnya berbalik menyalahkan ketika suatu saat nanti terjadi masalah, dan kali ini karena kesalahan kita sendiri.
Dengarkan dan perhatikan. Ketika Mommies dan pasangan harus duduk bersama untuk membicarakan ketidaksepakatan kalian atau untuk menyelesaikan berbagai hal, belajarlah saling mendengarkan dan memerhatikan. Perasaan diabaikan dan dianggap tidak penting akan membuat seseorang tertekan.
Sebuah studi yang dilakukan tahun 2021 menyimpulkan bahwa lebih sulit untuk mengatasi konflik dalam sebuah hubungan yang memiliki tingkat stres tinggi.
Hal lain yang harus dipertimbangkan sebagai salah satu tujuan penyelesaian konflik adalah belajar berkompromi. Ketika timbul konflik, bicarakan baik-baik dan amati apakah ada kompromi yang bisa dibuat sehingga keduanya mendapatkan apa yang kalian masing-masing butuhkan.
Misalnya, jika Mommies ingin pasangan lebih banyak membantu menyelesaikan beberapa jenis pekerjaan rumah tangga yang berat untuk Mommies dan dia memang mampu, beritahu ke pasangan tugas apa yang dia bisa bantu.
Bahkan jika Anda punya alasan kuat untuk marah, hindari memberi pasangan Anda silent treatment. Akan lebih membantu untuk membicarakan masalahnya. Saling mendiamkan ketika ada konflik, apalagi jika berkepanjangan, tidak hanya membuat hubungan sulit bertumbuh dengan sehat dan positif, tetapi juga mempersulit untuk berbaikan.
Jangan memendam perasaan, apalagi menimbun kekesalan. Menumpuk rasa kecewa dan amarah tidak akan menyelesaikan masalah. Ini justru bisa bikin semakin stres, frustrasi, dan pada akhirnya meledak dengan kemarahan.
Mommies pasti nggak mau menyakiti perasaan pasangan kan? Jadi lebih baik belajar mengungkapkan perasaan kapan pun itu memungkinkan. Pastikan juga memberi pasangan ruang untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya saat dibutuhkan.
Kunci untuk menyelesaikan konflik biasanya adalah memperhatikan suatu isu. Ketika Mommies mengabaikan perasaan sendiri tentang suatu situasi yang bikin hati nggak nyaman atau justru dengan sengaja tak mau membahasnya untuk menghindari konflik, ini dapat menyebabkan masalah lain muncul. Ketika perlu membicarakan sesuatu atau memiliki pendapat yang berbeda dari pasangan, tidak apa-apa untuk membicarakannya.
Kalaupun terjadi perdebatan, kecil kemungkinan berubah menjadi amukan amarah karena Anda berdua sudah terbiasa membicarakan apa pun.
Jangan mengabaikan hal-hal yang mengganggu pikiran demi menjaga perdamaian. Biasakan untuk saling terbuka, jujur, dan terapkan prinsip tidak harus setuju terhadap SEMUA hal. Pastikan menjaga komunikasi tetap terbuka dan saling menghormati perbedaan pandangan.
Ada beberapa langkah yang dapat Mommies ambil untuk mengelola konflik dalam pernikahan. Ini termasuk: tidak saling mengkritik, biasakan punya waktu untuk membicarakan berbagai hal, menyelesaikan perbedaan pendapat meski tidak harus selalu satu pendapat, mengubah perasaan negatif yang Mommies miliki, dan memastikan keduanya mau saling mendengarkan. Jika Mommies dan pasangan merasa butuh bantuan konselor perkawinan, jangan ragu minta bantuan.
Ini tidak mudah dan mungkin akan butuh waktu, tapi orang bijak bilang, usaha tidak pernah mengkhianati hasil.
BACA JUGA: 10 Tanda Suami yang Layak Diceraikan Menurut Islam
Cover: Photo by Afif Ramdhasuma on Pexels