9 Tanda Awal Pernikahan yang Akan Berakhir dengan Perceraian

Marriage

Fannya Gita Alamanda・06 Mar 2023

detail-thumb

Tidak adanya sikap saling menghargai, pola komunikasi yang buruk, serta kurangnya keintiman emosional dan fisik yang berlangsung lama adalah sebagian tanda awal pernikahan yang mulai mengarah pada perceraian. Apa saja tanda-tanda lainnya?

Menyatukan persepsi dua pribadi yang berbeda dan menyamakan harapan demi bisa berkompromi, bahkan dengan orang yang sangat kita cintai, memang tidak selalu mudah. Ketika upaya sudah dilakukan segenap jiwa, namun masalah-masalah tertentu menjadi sumber konflik yang tidak ada akhirnya sehingga berpisah dipilih sebagai solusi oleh salah satu atau keduanya.

Faktanya, seringkali, penyebab perceraian sangatlah kompleks. Artinya, bukan terjadi karena satu sebab saja dan penyebabnya tidak selalu terlihat nyata seperti perselingkuhan dan KDRT. Perselingkuhan dan KDRT adalah alasan besar yang membuat banyak pasangan mengakhiri pernikahan mereka, tapi ada juga beberapa penyebab lain yang kelihatan lebih halus dan terjadi dalam jangka waktu sangat lama yang akhirnya memaksa pasangan suami istri menyerah.

Memang tidak ada pernikahan yang sempurna, namun selama ada cinta dan komitmen dari kedua belah pihak, sebagian besar tantangan dalam pernikahan dapat diatasi. Lalu bagaimana jika masalah-masalah yang dianggap kecil dibiarkan tidak terselesaikan? Pernikahan bakal bubar jalan.

Ini beberapa tanda awal pernikahan yang akan berakhir dengan perceraian.

1. Hilangnya keintiman

Keintiman bukan melulu soal seks. Ini lebih kepada ekspresi, baik secara fisik dan emosional – sebagai bentuk kedekatan dan kepercayaan yang Anda berdua bangun bersama dan perlihatkan. Mengurangi frekuensi dan kualitas seks tentu bisa menjadi pertanda adanya masalah dalam hubungan Anda.

Apa tidak ada cara lain selain seks? Tentu ada. Seperti berpegangan tangan, berpelukan, memberikan sentuhan-sentuhan mesra, atau mewujudkan keinginan pasangan baik dalam kenyamanan fisik maupun dalam bentuk lain. Ada banyak jenis keintiman dan tergantung pasangannya, beberapa mungkin dianggap lebih penting daripada yang lain. Namun, perubahan dalam jenis keintiman apa pun dapat menandakan adanya masalah.

Kurangnya keintiman menunjukkan gejala menghindari, menghentikan keterikatan, atau malah hadirnya orang ketiga.

Elise Leon, pelatih kesehatan mental dan kebugaran bersertifikat dari Montgomery, New York, mengingatkan suami istri terhadap bahayanya “perangkap teman sekamar”, di mana seiring waktu, bentuk relasi berubah, dari pasangan menjadi sekadar roommate.

BACA JUGA: 8 Masalah Lain yang Bisa Mengancam Hubungan Asmara, Selain Perselingkuhan!

2. Berhenti bertengkar

Anda dan pasangan sudah lama berhenti bertengkar? Jangan senang dulu! Sama sekali stop bertengkar justru bisa jadi pertanda buruk, ini berarti Anda berdua berhenti berjuang mencari solusi dari masalah yang hadir dan tetap tidak terselesaikan. Ini juga bisa berarti komunikasi terputus atau salah satu atau kedua pasangan merasa tidak ada gunanya menyuarakan kebutuhan dan pendapat mereka.

Meskipun tidak berkomunikasi pada awalnya dapat menghilangkan stres karena Anda terhindar dari ribut mulut, psikoterapis Cheri Timko, dari Fairmont, Virginia Barat, mengatakan perubahan dalam berkomunikasi merupakan tanda pasangan suami istri sedang menuju perpisahan.

3. Anda tidak saling memprioritaskan

Timko menambahkan bahwa waktu, tenaga, dan pikiran yang Anda habiskan lebih banyak untuk diri Anda atau bersama orang-orang lain bukannya dengan pasangan, menandakan pernikahan Anda sedang dalam masalah.

Seiring waktu, selain untuk perkawinan mereka, semua pasangan akan memperluas fokus mereka untuk karier, teman, dan hobi. Ekspansi ini alami dan sehat-sehat saja untuk sebuah hubungan. Namun, penting untuk diingat bahwa pada akhirnya, masing-masing harus membuat satu sama lain merasa diprioritaskan daripada hal lain.

4. Masing-masing mulai melanggar batasan

Ketika Anda menikah tentu ada banyak batasan yang disepakati bersama. Anda berdua berkomunikasi, melakukan trial and error, dan kompromi. Tapi Timko mengingatkan bahwa terus-menerus melanggar batasan yang telah disepakati bersama merupakan sinyal bahaya.

“Setiap pasangan memiliki aturan tentang cara mereka memecahkan masalah. Ini termasuk hal-hal seperti ‘kami tidak akan saling membentak atau tidak saling memaki. Jika salah satu dari Anda mulai melewati batas itu dan konflik Anda menjadi lebih intens daripada sebelumnya, waspadalah. Ini tanda Anda berdua semakin enggan menyelesaikan masalah penting,” jelas Timko.

5. Ucapan yang dilontarkan mulai disertai kebencian

Setiap pasangan bertengkar. Itu pasti. Semua orang pernah silap lidah, mengatakan hal-hal yang tidak mereka maksudkan saat marah. Tapi, ketika ada ‘racun’ yang disematkan di balik caci maki yang terlontar, itu masalah besar. “Penghinaan benar-benar merendahkan dan tidak menghormati orang lain,” kata Raffi Bilek, seorang konselor pernikahan, dan direktur Pusat Terapi Baltimore. Rasa hormat sangat penting dalam pernikahan, dan itu harus tetap ada bahkan saat suami istri menghadapi ketidaksepakatan atau kemarahan. Nah, ketika melihat pasangan sebagai seseorang yang tidak layak dihormati, maka pernikahan dalam masalah besar.

6. Saling mengkritik

Apakah mengkritik pasangan itu tidak boleh? Tentu boleh. Sedikit kritik konstruktif dapat memerbaiki kepribadian seseorang. Tapi, kritik hanya akan berhasil jika seimbang. “Jika Anda lebih banyak mengkritik satu sama lain daripada saling memuji, itu bahaya besar,” kata Bilek. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa seseorang membutuhkan lima pernyataan positif untuk menangkal setiap pernyataan negatif agar hubungan pernikahan tetap terjaga dengan baik. Sebaliknya, kritik terus-menerus akan melemahkan pernikahan.

 7. Salah satu lebih memilih pornografi daripada pasangannya

Kira-kira setengah dari pernikahan berakhir dengan perceraian ketika salah satu pasangan terobsesi dengan pornografi. Bilek menjelaskan,”Banyak orang sesekali menonton pornografi. Namun, ketika seseorang menjadikan film porno sebagai prioritas di atas pasangannya, itu adalah perselingkuhan dan dapat menghancurkan pernikahan.”

8. Salah satu atau keduanya kehilangan minat terhadap seks

Waktu berlalu, banyak hal terjadi. Tubuh kita semakin tua, kita mulai kehilangan energi, dan gairah seks juga mulai memudar. Bahkan dorongan seks Anda menjadi tidak seiring seirama. Semakin lama usia perkawinan, pasangan semakin jarang berhubungan seks. Itu nyata lho. “Namun dalam hubungan yang sehat, keinginan dari kedua pasangan untuk melakukan keintiman fisik secara teratur tetap ada. Jika keintiman emosional dalam hubungan Anda sangat rendah, Anda bahkan tidak akan tertarik dengan seks dan bentuk keintiman lainnya. Itu buruk,” kata Bilek.

9. Salah satu pihak menolak berpartisipasi ikut konseling

Nah, ini masalah banget ketika hanya satu pihak yang merasa pernikahan mereka bermasalah dan ingin memperbaikinya, tapi yang satu lagi denial. Menurut penelitian oleh American Association of Marriage and Family Therapist, 97% pasangan yang disurvei mengatakan bahwa konseling membuat pernikahan mereka kembali ke jalurnya. Jadi, konseling pernikahan itu penting jika ingin perkawinan Anda berhasil. Syaratnya, kesadaran harus muncul dari dua belah pihak. Ketika salah satu pasangan menolak berpartisipasi, itu tanda bahwa menyelamatkan pernikahannya bukanlah prioritas.

BACA JUGA: 5 Tips Agar Schedulling Sex Tak Kalah Seru dengan Sex Spontan

Cover: Image by rawpixel.com on Freepik