Saat mencari calon ART, nggak ada salahnya melakukan sesi wawancara ringan biar kita nggak salah pilih. Ibaratnya, jangan sampai seperti membeli kucing dalam karung.
Mencari Asisten Rumah Tangga itu hampir mirip cari cinta sejati. Syuliiitnya bukan main, karena memang cocok-cocokkan. Tapi syukurnya, selama ini saya sering berjodoh dengan ART yang pas. Sesuai dengan kriteria dan kebutuhan keluarga. Nggak heran, begitu ART kesayangan resign, langsung, deh, saya patah hati.
Tapi bukan berarti jalan saya menemukan ART selalu mulus, lho, ya. Tetap saja banyak dramanya. Salah satu yang paling nempel banget ketika ipunya ART yang banyak ngibul . Bohongnya juga nggak tangung-tanggung, di mana ia mengaku kalau suaminya juga kerja di Jakarta, jadi setiap akhir pekan dia izin untuk pulang ke kontrakan suaminya. Ndilalahnya, ternyata itu bukan suaminya melainkan selingkuhannya! Mungkin lain kali saat proses perekrutan, saya perlu minta fotocopy surat nikah aja kali, ya, hahaha.
Drama lainnya ada penyalur ART yang sejak awal minta kalau si Mbak di rumah perlu diberikan waktu tidur siang. Setidaknya dua jam sehari. “Biar nggak kecapean, Bu,” begitu kata si penyalur. Ya, tanpa diminta saya juga paham kalau ART juga butuh istirahat. Lagian, siapa juga yang mau memforsir tenaganya? Lah wong, saya nggak lupa kalau ART itu juga manusia. Sama seperti saya yang butuh istirahat, makan, hiburan dan kebutuhan lainnya.
Wah, kalau saya ceritakan soal drama ART bisa nggak kelar-kelar, nih, hahahaa. Yang jelas, selain perlu melakuan sesi wawancara, saya juga perlu hari-hati memilih penyalur atau Yayasannya.
Baca juga : Tiga Yayasan Babysitter dan Pembantu Rumah Tangga yang Direkomendasikan
Tapi dari kasus tersebut saya jadi lebih hati-hati lagi kalau mencari asisten rumah tangga. Daftar pertanyaan saat merekrut ART pun jadi semakin panjang. Biasanya ada pertanyaan wajib yang saya tanyakan pada calon ART.
Mommies ada yang mau tambahin pertanyaan lainnya, nggak?
Baca juga : Berapa Sih Gaji Asisten Rumah Tangga Tahun 2016?