*Gambar dari sini
Saya yakin, semua pasangan yang baru memasuki gerbang pernikahan punya doa yang sama. Bisa menua bersama pasangan hingga maut memisahkan dan bisa melihat anak cucu tumbuh hingga dewasa. Meskipun terdengar begitu drama, tapi saya yakin semua punya harapan seperti ini.
Sayangnya, antara keinginan dan kenyataan sering nggak berbanding lurus. Di tengah jalan, nggak sedikit pasangan yang akhirnya menyerah. Lupa dengan janji dan keinginannya dulu di awal pernikahan. Bahkan bukan tidak mungkin, pasangan yang awalnya selalu terlihat mesra bisa jadi musuh bebuyutan. Boro-boro, deh, bisa berhubungan baik, ibaratnya melihat pasangan saja sudah malas bukan main.
Usia pernikahan saya dan suami memang masih belum seberapa. Ibaratnya masih seumur jagung. Bulan Maret lalu, saya dan suami baru saja merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-5. Masih banyak sekali PR yang harus kami kerjakan untuk memperkuat ikatan rumah tangga kami. Mulai dari terus mengingat kalau soulmate itu sebenarnya bukan ditemukan, tapi diciptakan.
Termasuk belajar hukum alam yang saya ketahui saat mengikuti seminar pernikahan yang diadakan Mommies Daily beberapa waktu lalu. Lewat seminar tersebut, saya jadi belajar untuk memahami kalau konsep pernikahan itu berbeda dengan konsep dagang. Di mana dalam ikatan rumah tangga nggak ada istilah jual dan beli. Intinya, untuk mendapatkan keluarga yang bahagia dan kita nggak perlu menunggu pasangan untuk berubah lebih dulu. Justru yang harus memulai lebih dulu adalah diri sendiri.
Saya jadi paham dengan pendapat orang yang mengatakan kalau usia 5 tahun pernikahan merupakan fase yang tidak mudah. Setidaknya, lewat 5 tahun pernikahan yang belum lama saya lewati, banyak hal yang yang saya pelajari. Sekarang tinggal bagaimana menghadapi hari esok. Karena saya sadar, pernikahan tidak cukup dengan perasaan cinta, thok. Di luar komitmen yang kuat dengan pasangan, tetap saja ada beberapa hal yang dapat merusak perkawinan dengan sukses. Mudah-mudahan saja, menuju usia pernikahan ke-6 tahun, saya bisa menjalankan kehidupan rumah tangga lebih baik lagi.
Saya pribadi, mencatat ada 6 hal yang sering memicu pertengkaran rumah tangga. Apa saja?
Selanjutnya: Seks pemersatu tapi juga bisa jadi pemicu pertengkaran >>
Seks
Banyak yang bilang kalau salah satu kunci rumah tangga harmonis nggak akan lepas dari faktor kehidupan seks yang sehat. Saya sendiri percaya akan hal ini. Coba saja banyangkan betapa nggak enaknya jika kita merasa “dingin” dengan pasangan? Cepat atau lambat, rasa ketidakpuasan, frustrasi dan tidak bahagiaan bisa mengendap dalam kehidupan rumah tangga.
Selain terus me-refresh hubungan biar nggak bosan, ada baiknya kita bisa mewujudkan fantasi bersama pasangan? Tapi, saran saya, sih, jangan yang terlalu ekstrem, ya, hahahaha. Paling nggak, urusan kehidupan seks harus mengutamakan kejujuran, yang intinya terletak pada komunikasi dengan pasangan.
Membandingkan
Dari dulu, saya paling sebal kalau mama saya sedang membandingkan saya dengan kakak-kakak. Rasanya, tuh, benar-benar nggak enak! Makanya sekarang ini saya selalu belajar untuk tidak membandingkan. Membandingkan anak saya dengan anak orang lain, termasuk membandingkan kehidupan pernikahan saya dengan orang lain. Lagi pula saya cukup sadar kalau membandingkan kehidupan saya dengan orang lain nggak akan membantu saya untuk bisa lebih bahagia. Yang ada justru jadi tambah dosa saja, hihihi.
Uang
Sudah ratusan kali saya membaca atau mendengar berita perceraian yang disebabkan lantaran masalah uang. Memang, sih, hidup itu perlu biaya. Kurang uang dan tekanan keuangan mau nggak mau memang sering menimbulkan konflik dalam rumah tangga. Pun dengan saya dan pasangan. Makanya, supaya nggak timbul masalah kami berdua selalu sepakat dan merundingan akan skala prioritas di dalam keluarga. Mana yang harus dikeluarkan dan mana yang. Pasalnya, yang terpenting adalah perencanaan alokasi pendapatan dan pengeluaran, sehingga cashflow rumah tangga bisa berjalan dengan baik. Termasuk memutuskan kalau suami saya yang jadi menteri keuangan.
Selanjutnya: Ego tidak berlaku dalam kehidupan pernikahan! >>
Setiap orang pasti memiliki ego. Namun, kadarnya tentu berbeda. Nah, ketika sebuah pernikahan telah terjadi, itu sama halnya, saya harus siap berbagi dan menahan ego. Ketika ego kita menjadi lebih penting bagi diri sendiri, saya yakin hubungan pasti akan pecah berantakan.
Rahasia
Saya setuju jika dalam rumah tangga, antara suami dan istri, ada hal yang masih perlu dirahasiakan. Namun, harus ditelaah lebih lanjut, apakah rahasia tersebut berkaitan dengan masa depan rumah tangga? Soalnya jika ada rahasia besar dalam suatu hubungan, dan menjadi bagian dari pernikahan, hubungan pasti tidak akan berhasil. Biar bagaimanapun, kejujuran merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah perkawinan.
Interferensi
Tanpa disadari, jika kita masih banyak dan terus menerus mendapat pandangan dari pihak luar akan hubungan pernikahan, bukan nggak mungkin hal ini akan membawa pengaruh buruk. Makanya, buat saya dan pasangan, selalu berusaha menghindari interfensi dari pihak luar. Untuk sekedar menerima masukan atau nasihat, sih, boleh saja, tapi rasanya jalau sampai pihak luar sudak ikut campur tangan, bisa bikin runyam!
Kalau Mommies yang lain bagaimana, ada hal lain nggak sih yang bisa menyulut pertengkaran? Boleh, lho di share ke saya :)