Sorry, we couldn't find any article matching ''

Merasa Sendiri dalam Pernikahan? Ini 10 Ciri-ciri Emotional Divorce
Masih tinggal serumah tapi rasanya seperti orang asing? Bisa jadi Mommies sedang mengalami emotional divorce. Cari tahu 10 ciri emotional divorce di sini.
Perceraian tak pernah terjadi begitu saja. Biasanya dimulai dari masalah-masalah kecil yang terus dibiarkan, luka hati yang tidak pernah sembuh, dan komunikasi yang berubah jadi serangan, bukan penghubung.
Lama-lama, rasa cinta dan saling menghargai pun lenyap. Di sinilah emotional divorce mulai mengambil alih—saat pasangan suami istri masih terikat secara hukum, tetapi tak lagi terhubung secara emosional. Hingga akhirnya, pernikahan pun berubah menjadi perceraian.
Apa itu Emotional Divorce?
Emotional divorce atau perceraian emosional muncul pada pasangan yang, meski masih secara legal menikah, merasakan keretakan secara emosional yang signifikan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya intimasi, komunikasi, dan koneksi emosional satu sama lain.
Seorang Marriage Coach bernama Amanda Twiggs pun menyebutkan, “Emotional divorce terjadi ketika pasangan suami istri mulai terpisah dan tak terhubung baik secara emosional maupun fisik. Mereka merasa lebih seperti roommate, tanpa cinta dan gairah. Kondisi ini tentu dapat menyebabkan munculnya rasa kesepian, terisolir, dan rasa tidak puas yang luar biasa.”
BACA JUGA: Heboh Larangan Menikah Sabtu Minggu Mulai 2024, Ini Klarifikasi Kemenag!
Tanda seseorang sedang mengalami emotional divorce
Perubahan sikap bisa menjadi salah satu tanda seseorang mengalami emotional divorce. Dari yang biasanya biasa-biasa saja, berubah menjadi mudah curiga dan tidak percaya. Berikut selengkapnya.
1. Kehilangan keinginan untuk membahagiakan pasangan
Dulu, Mommies dan pasangan tumbuh dan berkembang bersama sebagai suami dan istri. Saling melengkapi, saling menyesuaikan diri, saling ingin membahagiakan. Mommies nggak suka sepak bola, tapi dengan senang hati menemani suami begadang nonton tim sepak bola favoritnya bertanding. Daddies nggak suka drakor, tapi demi istri tersayang, mau belajar suka. Namun, seiring waktu berjalan, semua berubah. Suami dan istri berhenti berkorban untuk saling membahagiakan.
2. Selalu curiga karena hilangnya rasa percaya
Perselingkuhan bukan sekadar kesalahan, ia adalah retakan dalam dinding kepercayaan. Saat pasangan selingkuh, pikiran ingin memaafkan tetapi hati belum tentu bisa. Mommies atau Daddies mungkin bersedia memulai lagi dari awal, tetapi kerusakan emosional tak semudah itu sembuh. Hubungan pun terus diselimuti rasa tidak percaya dan curiga.
3. Jarang inisiasi keintiman fisik dan emosi
Bentuk komunikasi semakin terbatas, bahkan berkurang. Tidak ada lagi saling menanyakan kabar, tidak ada lagi cerita tentang kekonyolan bos atau teman kantor yang bisa bikin Mommies dan Daddies ketawa bareng. Komunikasi terpanjang mungkin pertanyaan seperti, ”Mau makan apa nanti malam?” atau “Aku pulang agak telat hari ini”.
Percakapan sering kali berubah menjadi perdebatan dan konflik. Duduk berpelukan di sofa semakin jarang bahkan menjadi hal yang dihindari. Kalau pun ada di satu ruangan, suami dan istri malah asyik dengan ponsel masing-masing.
4. Tumbuh rasa benci
Bayangkan, orang yang kita cintai justru jadi orang pertama yang meremehkan saat kita mendapat pencapaian baik di tempat kerja. Bukan dukungan yang datang, tapi sindiran dan penolakan. Kebencian dalam hubungan, dari satu atau dua sisi, adalah racun. Itu bukan fondasi untuk pernikahan yang sehat.
Foto: Freepik
5. Pertengkaran yang terus menerus
Siapa sih yang nggak bahagia pulang ke rumah yang hangat dan penuh cinta? Bertemu supporter terbaik kita, yang bisa menjadi sumber kedamaian di dunia yang penuh ketidakpastian. Perasaan kita akan berbeda ketika kita tahu kita akan pulang ke rumah yang bak medan perang karena nggak pernah ada hari lewat tanpa pertengkaran.
Banyak orang salah berpikir. Mereka menganggap pertengkaran seperti ini sebagai ekspresi cinta. Namun pertengkaran yang panjang, panas, terus-menerus, dan tidak pernah terselesaikan bukanlah tanda hubungan yang sehat, bahagia, dan penuh cinta. Pertengkaran terus menerus dapat membuat kita terkuras secara emosional. Dan ini adalah salah satu bentuk emotional divorce.
6. Sakit hati karena sering dibohongi
Ketidakjujuran tidak melulu berkaitan dengan perselingkuhan. Ini terjadi pada beberapa orang yang terjebak menikahi seorang pembohong kompulsif. Pembohong kompulsif tidak bisa merasa bersalah setiap kali membohongi orang lain, termasuk pasangannya.
Jika kita tidak bisa mempercayai pasangan kita bahkan untuk hal sederhana seperti membayar tagihan tepat waktu dan tidak memakai uangnya untuk beli sepatu atau ikat pinggang baru, maka ini salah satu tanda kita mengalami emotional divorce. Pernikahan macam apa yang kita harapkan jika landasannya adalah dusta?
7. Cemburu dan insecure
Kita mungkin pernah dengar pasangan kita bertanya, “Kenapa sih kamu milih aku?” Ketika dia puas dengan jawaban kita dan nggak pernah bertanya lagi, itu melegakan. Tapi beda cerita ketika dia sering banget mengajukan pertanyaan seperti itu. Mommies dan Daddies perlu waspada karena itu adalah tanda seseorang yang menyimpan kecemburuan tidak beralasan, selalu curiga dan insecure.
Ini bentuk kecemburuan yang melelahkan karena pasangan Mommies dan Daddies bukan hanya cemburu tentang waktu yang kalian habiskan bersama teman atau rekan kerja, bahkan bisa meluas kepada anggota keluarga, hewan peliharaan, atau hobi Mommies dan Daddies. Orang yang insecure dan cemburuan akan sulit dipuaskan.
8. Kehilangan jati diri
Demi membahagiakan pasangan, Mommies atau Daddies rela banyak berkorban—sering tanpa pertanyaan, meski hati menolak. Tetapi saat orang terdekat mulai merasa kalian berubah, bahkan kalian sendiri merasa kehilangan diri, itu bukan hal sepele.
Foto: Freepik
9. Kesepian dan kelelahan
Melelahkan karena Mommies atau Daddies merasa menjalankan pernikahan ini sendirian, tanpa partner. Menjadi pencari nafkah tunggal Daddies jalani dengan senang hati, tapi jadi berat karena setiap pulang ke rumah selalu disambut istri yang nggak berhenti mengeluh.
Merawat rumah dan mengasuh anak adalah kebahagiaan buat Mommies. Tapi itu jadi dobel melelahkan karena suami kerap melampiaskan rasa frustrasinya di tempat kerja kepada Mommies di rumah.
Pernikahan yang seharusnya membuat kita punya teman seperjalanan dan sahabat di kala susah dan senang, sehat dan sakit malah membuat kita merasa sendirian, kesepian, dan kelelahan.
10. Tidak lagi mencintai pasangan
Salah satu tanda Mommies atau Daddies mengalami emotional divorce adalah ketika Mommies atau Daddies menyadari telah behenti mencintai pasangan. Meski sekeras apa pun Mommies atau Daddies berusaha untuk belajar kembali menumbuhkan perasaan cinta, upaya itu tidak berhasil. Jika cinta tidak ada dan tidak bisa kembali lagi, pernikahan akan sulit bertahan.
BACA JUGA: Tingkatkan Keintiman, Ini 20 Titik Rangsang pada Tubuh Istri yang Wajib Suami Ketahui
Mengenali tanda-tanda keretakan emosional bukan berarti menyerah. Dengan kejujuran, usaha bersama, dan mungkin bantuan profesional, masih ada harapan untuk kembali membangun hubungan yang lebih sehat dan kuat.
Penulis: Fannya Gita Alamanda
Diperbarui: Retno Raminne Nurhaliza Pitoyo
Editor: Dhevita Wulandari
Cover: Freepik
Share Article


POPULAR ARTICLE


COMMENTS