Jika Anda dan pasangan kepikiran menjalani pernikahan open relationship, mungkin Anda harus baca dulu artikel ini sampai habis.
Sebenarnya konsep open relationship dalam pernikahan, terutama di Indonesia bukanlah sesuatu yang sesuai dengan norma dan agama. Hanya saja, semakin ke sini, konsep ini, kok, ya, eksis juga di sini. Ya, sudahlah, mari kita bahas kalau begitu.
Open relationship dalam pernikahan mengacu pada sebuah kesepakatan di mana pasangan memiliki kebebasan untuk menjalin hubungan seksual dengan orang lain di luar hubungan pernikahan. Konsep ini tentu saja memicu banyak perdebatan dan kontroversi, terutama dalam konteks nilai-nilai sosial dan budaya yang umumnya menjunjung tinggi monogami dalam pernikahan.
Oke, tak usahlah kita bahas dulu dampaknya terhadap society. Bagaimana pengaruhnya terhadap pasangan, utamanya pada anak?
Dampak Open Relationship pada Pernikahan
- Pengaruh terhadap kepercayaan: Salah satu dampak paling signifikan dari open relationship adalah tantangan besar dalam membangun dan mempertahankan kepercayaan di antara pasangan. Kejujuran, keterbukaan, dan komunikasi yang intens sebenarnya menjadi kunci utama dalam konteks hubungan ini. Namun, belum tentu semua orang bisa melakukannya.
- Emosi yang kompleks: Emosi yang timbul dalam open relationship sangat kompleks dan beragam. Pasangan mungkin mengalami kecemburuan, ketidakamanan, atau bahkan perasaan bersalah. Bisa jadi, akan sampai pada masanya kemampuan untuk mengelola emosi ini teruji.
- Risiko penularan penyakit: Open relationship meningkatkan risiko penularan penyakit menular seksual. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan menggunakan perlindungan yang adekuat.
- Tekanan sosial: Pasangan yang memilih open relationship seringkali menghadapi tekanan sosial dan stigma negatif dari lingkungan sekitar. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan emosional mereka.
Dampak Open Relationship pada Anak
- Kebingungan dan ketidakpastian: Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dengan konsep open relationship mungkin mengalami kebingungan dan ketidakpastian tentang norma-norma sosial dan hubungan interpersonal.
- Perkembangan emosi: Konsep open relationship dapat memengaruhi perkembangan emosi anak, terutama dalam hal memahami cinta, komitmen, dan kesetiaan.
- Tekanan psikologis: Anak-anak mungkin mengalami tekanan psikologis akibat pertanyaan-pertanyaan dari teman sebaya atau lingkungan sekitar tentang hubungan orang tua mereka.
Faktor yang Perlu Dipertimbangkan
Mommies dan pasangan mempertimbangkan untuk memilih konsep hubungan ini? Sebelum memutuskan untuk menjalani open relationship, Anda perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting, antara lain:
- Komunikasi yang terbuka dan jujur: Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam menjaga hubungan open relationship.
- Batas yang jelas: Pasangan perlu menetapkan batas-batas yang jelas untuk menghindari konflik dan rasa sakit hati.
- Kesehatan mental: Keduanya harus memiliki kesehatan mental yang baik dan siap menghadapi tantangan emosional yang mungkin timbul.
- Dukungan sosial: Adanya dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat membantu pasangan mengatasi tekanan sosial.
Open relationship adalah pilihan hidup yang sangat pribadi dan kompleks. Betul, bahwa konsep ini tidak sesuai dengan nilai agama dan norma sosial. Namun setiap pasangan memiliki situasi dan nilai-nilai yang berbeda.
Yang harus disadari, konsep ini membawa konsekuensi yang signifikan, baik bagi pasangan maupun anak-anak.
Berkonsultasilah terlebih dahulu pada terapis, konselor pernikahan atau psikolog sebelum memutuskan untuk menjalani konsep pernikahan open relationship.
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan tidak dimaksudkan sebagai nasihat profesional. Setiap keputusan yang berkaitan dengan hubungan Anda harus didiskusikan dengan pasangan dan profesional yang kompeten.