Ada banyak kasus mertua yang menyebalkan tapi menurut psikolog ada deretan cara untuk menghadapi mereka! Intip aneka jalan keluarnya di sini!
Kasus mertua yang menyebalkan bukan hanya dialami satu atau dua orang. Pada kenyataannya ada banyak yang mengalami hal ini dan mengaku kalau sikap tersebut menyebabkan banyak masalah. Mulai dari masalah mental hingga merenggangnya hubungan dengan keluarga lainnya, termasuk dengan suami.
Jadi, kalau punya mertua yang menyebalkan, apa yang sebaiknya dilakukan? Diam saja bisa bikin makan hati tapi kalau dilawan bisa merusak hubungan.
Mommies Daily kemudian bertanya kepada Saskhya Aulia Prima, Psikolog Anak dan Lansia, juga Co-Founder TigaGenerasi, mengenai hal ini.
BACA JUGA: 5 Tindakan Mertua yang Membuat Pernikahan Anda Berantakan (Tanpa disadarinya)
Menurut Saskhya, sebelum masuk ke cara menghadapi mertua yang menyebalkan, kita semua harus mengenali dulu penyebab para mertua atau lebih tepatnya para orang tua memiliki sifat tersebut.
Ternyata, di setiap tahapan usia itu ada tugas perkembangan yang berbeda. Ketika ada yang tidak tercapai di tahapan usia tertentu, maka hal itu bisa berpengaruh di late stage setiap orang, yaitu di usia 65 tahun ke atas.
“Dalam psikologi, ada dua kondisi yang biasanya dialami oleh orang di usia 65 tahun ke atas. Pertama mereka sudah tenang karena semua dalam perjalanan hidupnya sudah dilakukan dan merasa ikhlas dengan apa yang dijalani. Kedua adalah mereka punya rasa penyesalan dan rasa bersalah atas apa yang terjadi dalam kehidupan mereka sebelumnya,” jelas Saskhya.
Misalnya dulu kondisi finansial belum sebaik sekarang jadi apa yang diminta anak tidak bisa dipenuhi dan sekarang mereka melakukan itu ke cucu-cucunya. Jadi ketika Mommies memarahi dan melarang anak untuk beli suatu mainan, mertua malah memarahi Mommies dan dengan mudah membelikan apa yang cucu inginkan.
Setelah puluhan tahun hidup dan menjadi sosok yang paling mengenal anaknya, tiba-tiba ada satu sosok yang hadir dan membuat perhatian anaknya terbagi. Hal ini juga bisa jadi penyebab mertua jadi menyebalkan.
“Karena secara umum orang tua merasa bahwa anaknya adalah bagian dari diri dia, terlebih anak laki-laki. Jadi selama ini perempuan yang didengarkan yg jagain dan segala macem adalah sang ibu, yaitu dirinya sendiri, tiba-tiba ada sosok perempuan baru yang sekarang lebih dituruti,” ujar Saskhya.
Jadi, mertua sering melakukan hal-hal yang memberikan sinyal ‘siapa yang lebih berkuasa atas sang anak’ dan berujung terlihat menyebalkan.
Menurut penelitian, secara biologis di usia 40 tahun ke atas otak manusia sudah sulit untuk menerima pendapat baru. Jadi banyak orang tua seringkali dipandang kurang open minded, apalagi terhadap hal-hal baru.
“Bukannya gak open minded tapi itu sudah jadi bagian dari otaknya, jadi jalan berpikirnya gitu,” ungkap Saskhya. “Untuk jadi open mindedness pun butuh dilatih dan yang open minded aja lumayan susah untuk menerima pendapat baru di usia lanjut itu.”
Tak heran jika Mommies punya teori atau pendapat baru di luar kebiasaan orang tua, termasuk dalam pengasuhan anak, pasti akan sangat sulit mereka terima mertua.
“Di usia muda, saat bangun pagi pasti kebanyakan langsung memikirkan aktivitas dan pekerjaan yang akan dilakukan. Ada harapan baru mau ngapain,” jelas Saskhya.
Namun berbeda dengan orang tua yang lanjut usia, ketika bangun mereka sudah tidak ada lagi aktivitas dan tidak lagi produktif sehingga seringkali mengomentari hal-hal remeh di sekelilingnya.
Setelah memahami penyebab mertua jadi menyebalkan, kini Saskhya punya beberapa cara untuk menghadapi mereka agar kondisi rumah tanggal tetap aman dan nyaman.
Penting sekali untuk tahu dan mengingat fakta-fakta bahwa ada kondisi psikologis yang berbeda yang membuat orang tua atau mertua jadi menyebalkan. “Itu akan membantu kita untuk lebih ‘menerima’ kondisi yang ada. Jadi kita ibaratnya bisa mencari tambahan support secara mental dengan fakta kalo mereka memang kayak gitu,” tambah Saskhya.
Terkadang banyak orang maunya langsung ke solusi supaya bisa klop atau dekat dengan orang tua atau mertua. Namun menurut Saskhya, Mommies juga perlu memperhatikan kebutuhan psikologis mereka.
“Mungkin sebelum kita ingin memperbaiki hubungan, ada bagusnya kalau kita jadwalkan waktu untuk ngomong sama mertua dengan lebih intens, terutama yang tinggal di rumah. Jadi kita bisa lebih kenal hobinya apa, ikutan melakukan hobinya, dan juga ngobrol. Jadi memperhatikan sisi psikologis bukan cuma teknis,” saran psikolog ini.
Sebab menurut Saskhya, seringkali orang tua atau mertua merasa menantu atau anaknya itu hanya omong ketika mereka ada salah. Nah, rasanya mereka jadi disalahin terus karena ditegur melulu.
Ketika ada omongan yang dirasa menyinggung, cobalah untuk take a step back dan jangan langsung dilawan. Pasang batasan dengan cara diam dulu sejenak ketika mertua mengatakan hal yang tidak enak. Sebab manusia tidak bisa langsung berpikir jernih saat pikirannya overwhelmed atau kewalahan.
“Setelah tenang, baru usahakan bangun hubungan lagi. Syukur-syukur masalah itu bisa dibicarakan,” saran Saskhya.
Menurutnya yang penting adalah Mommies perlu mengembangkan kepercayaan sama mertua. “Kalau kita dekat dengan mertua, baik sama dia, kita juga nyaman dengan dia, begitu juga sebaliknya, itu akan lebih mudah. Kalau orang sudah percaya, kita ngapain aja, tuh, biasanya lebih gampang. Kita berikanlah kemauan mereka dengan adjustment yang kita bisa.”
Selain pendekatan di atas, Saskhya juga menyarankan Mommies untuk mencoba menerapkan sandwich communication atau komunikasi sandwich. Awalnya dibuka dengan hal baik dulu, misalnya ucapan terima kasih karena mertua sudah bantu jaga anak.
Di tengahnya, masukkan hal yang mau kita terapkan. Misalnya Mommies ingin membuat mertua mengurangi kebiasaan membiarkan anak main gadget. Setelah ucapkan terima kasih, tambahkan fakta bahwa setelah melakukan pemeriksaan mata, minus anak bertambah dan bahayanya untuk anak di masa depan.
Setelah itu, tutup dengan minta bantuan mertua untuk jaga agar gadget time anak tidak terlalu lama supaya mata cucunya tetap sehat dan belajarnya maksimal. Kadang orang tua atau mertua tidak tahu caranya, jadi Mommies bisa memberitahu cara atau tipsnya ke mereka. Jadi, bisa dibicarakan baik-baik.
“Nah, sandwich communication ini juga dipilih siapa yang lebih gampang ngomong ke mertua. Kalau suami dirasa lebih gampang, ya, suami. Kalau mommies, ya mommies,” saran Saskhya.
Ini yang paling penting sekali. Bagaimana Mommies dan suami ada dalam satu tim yang sama. Jadi jelas suaranya maunya apa, batasannya juga jelas, terlebih jika tinggal serumah dengan mertua. Semua ini harus dikomunikasikan pelan-pelan.
Saskhya juga menyarankan Mommies untuk memilih hal apa yang pantas untuk diperdebatkan dan apa yang tidak. “Kalau hanya komentar angin lalu, lebih baik abaikan,” sarannya. Awal-awal mungkin menyebalkan, tetapi seiring berjalannya waktu Mommies pasti bisa menemukan celah untuk mengatasi itu atau dibiarkan saja, dianggap angin lalu.
Namun, kalo sedikit-sedikit komentar dari mertua membuat Mommies pusing, mungkin Mommies yang perlu konsultasi dengan psikolog. “Berarti komentar yang dibahas isunya kena banget di bagian itu,” jelas Saskhya. “Kalau kita terus-terusan keberatan dengan isunya, berarti di kitanya yang mungkin belum beres. Sebab yang bisa kita kontrol itu diri kita sendiri, bukan mertua.”
Kalau ingin pisah rumah, dengan segala macam kondisi dan semua memenuhi, baiknya pisah. Namun kalau tidak bisa, harus ada beberapa trik batasan serta manajemen keikhlasan yang lebih bisa diatur.
Terakhir, supaya mertua tidak kesepian di rumah, mereka butuh sekali teman atau juga kegiatan baru yang bisa membuat mereka sibuk serta terhibur. Jadi mereka bisa belajar hal baru.
Jadi, sangat disarankan untuk mencarikan mertua kegiatan supaya mereka aktif di luar dan membuat ‘keributan’ di dalam.
BACA JUGA: Agar Rukun dan Bebas Drama, Ini 9 Tips Tinggal Bersama Mertua yang Wajib Dicoba!
Cover: Freepik