6 Hal yang Bikin Malas Ngomong Sama Pasangan, Hati-Hati Bikin Koneksi Jadi Hilang

Sex & Relationship

Mommies Daily・06 Oct 2022

detail-thumb

Supaya koneksi dengan pasangan tidak hilang, pastikan hal yang bikin malas ngomong sama pasangan ini tidak kalian alami! Yuk, kenali!

Oleh: Titania Dessy

Pernah nggak, sih, merasa malas ngomong dengan pasangan? Ya, ujung-ujungnya jadi silent treatment. Kondisi kaya gini tentu saja salah satu ‘sinyal’ ada yang nggak beres dalam hubungan.

Ah, saya jadi ingat dengan salah quote film Noktah Merah Perkawinan. Tokoh Kartika, seorang psikolog perkawinan bilang kalau saling diam sama bahayanya dengan saling memaki.

Meski cukup paham kalau mendiamkan pasangan ini bikin pernikahan nggak sehat bahkan bisa merusak koneksi, ya nggak bisa dipungkiri saya pernah merasakan males ngomong.

Sepanjang pernikahan yang sudah saya jalani, saya menyadari kalau ada bebarapa alasan yang bisa memicu malas ngomong sama pasangan.

BACA JUGA: 7 Tanda Pernikahan Memang Harus Berakhir

Alasan Kenapa Malas Bicara dengan Pasangan

Ini dia deretan alasan yang bikin pasangan jadi malas bicara. Cek dan pastikan jangan sampai kamu lakukan, ya!

1. Merasa Tidak Didengarkan

Saya paham betul kalau dalam komunikasi itu nggak cukup mulut yang cuap-cuap. Bahasa tubuh, khususnya mata, juga perlu terlibat. Pernah nggak ngerasa saat ngomong dengan seseorang, terutama pasangan, tapi dianya cuek bebek?

Saat kita bicara, dia masih aja asik dengan kesibukannya. Sampai sampai timbul perasaan, “Eh, saya lagi ngomong, lho. Kok, cuek banget, sih? Denger dan paham apa yang ingin saya utarakan nggak, sih?”.

Padahal, kunci komunikasi itu memang harus berjalan dua arah. Ada saatnya kita berbicara dan ada waktunya juga berperan jadi pendengar. Namun, kalau hanya mau berbicara terus menerus, atau sebaliknya, tentu akan membuat lawan bicara jadi malas berbicara.

2. Merasa Paling Benar

Nah, ini juga jadi alasan kenapa malas ngomong dengan pasangan. Belum apa-apa, belum selesai bicara dan mengutarakan perasaan atau pandangan, eh, sudah langsung dipotong atau dipatahkan. Paling menyebalkan lagi, pasangan justru nggak setuju dan merasa bahwa dia yang benar.

Padahal, adalah wajar kalau pasangan suami istri punya pandangan yang berbeda. Tidak satu kata. Ketika ada konflik, ya, idealnya memang perlu dibicarakan. Toh tujuannya bukan mencari yang benar dan salah tapi mencari jalan keluar yang paling tepat.

Namun, kalau belum apa-apa sudah tidak mau mendengarkan, difensif, dan ujung-ujungnya merasa bahwa tindakan atau ucapannya paling benar, gimana mau menyelesaikan masalah dengan tepat dan sehat?

3. Lelah Bikin Malas Bicara dengan Pasangan

Ada kalanya kita memang merasa akan terlalu lelah untuk merangkai kata. Terlalu lelah untuk berbicara adalah sesuatu yang mungkin dialami pada waktu-waktu tertentu.

Jika ini terjadi, nggak ada salahnya memberitahu pasangan bahwa memang belum waktunya untuk diskusi atau ngobrol panjang lebar. Jangan lupa, perjelas juga kapan waktu yang tepat untuk membicarakannnya.

4. Menuduh

“Kamu telat pulang kantor, pasti sibuk main sama temen-temen. Iya, kan? Jadi sampai lupa pulang.”
“Kenapa, sih, tidak paham dan mendengarkan apa yang saya bilang.”
“Ya, semua ini kan memang terjadi karena kamu!”

Waduh, kalau sering mendengar respon pasangan seperti ini, menyebalkan sekali ya. Boro-boro bisa diskusi panjang lebar, lah wong belum apa-apa jadi merasa sebagai tertuduh. Percayalah, menuduh pasangan atau terlalu curiga merupakan salah satu sikap yang bikin lawan bicara jadi nggak nyaman. Bahkan tidak hanya berisiko membuat malas ngomong dengan pasangan, bahkan mengindikasikan kalau hubungan jadi toxic.

5. Topik yang Sama

Tentu akan jadi terasa sulit dan membosankan kalau membicarakan topik yang sama. Biasanya, nih, saat kita sudah punya anak, bahasan utama ini selalu fokus ke anak. Padahal, masih ada banyak topik yang bisa dibahas, lho. Beberapa pasangan sering kali justru merasa lebih ‘hidup’ karena bisa bercerita dan diskusi terkait dengan minat yang dimiliki. Saling bertukar informasi dan berbagi apa yang telah dipelajari.

6. Asumsi

Ada banyak asumsi di kepala terkait dengan pasangan kita. Menduga apakah dia masih mencintai dengan tulus? Apakah benar kalau pasangan kita setia?

Sayangnya memang tidak sedikit yang beranggapan kalau setelah menikah, punya cinta segunung, berarti pasangan memahami apa yang kita pikirkan dan rasakan tanpa harus diungkapkan.

Padahal, kan, tidak begitu. Sebanyak cinta kita pada pasangan, ataupun sebaliknya, tetap saja nggak bikin kita tahu isi pikiran dan hati tanpa menyampaikannya, termasuk pasangan yang sudah menikah belasan atau puluhan tahun.

BACA JUGA: Menikah Tapi Kesepian? Cari Tahu Penyebab, Tanda-tanda, dan Cara Mengatasinya

Cover: Pexels