7 Pertengkaran yang Biasanya Dialami Pasangan Bekerja

#MommiesWorkingIt

Sisca Christina・26 Sep 2022

detail-thumb

Apa saja pertengkaran yang timbul dari pasangan yang sama-sama bekerja, sama-sama sibuk dan sama-sama lelah, dan bagaimana cara mengatasinya?

Pasangan sesama bekerja bertengkar itu lazim terjadi. Hal-hal yang dipertengkarkan pada umumnya berkutat di seputar tugas dan tanggung jawab di luar pekerjaan. Pasangan sama-sama sibuk, lelah dan stres. Akhirnya kurang komunikasi, kurang waktu intim, namun saling menuntut untuk dimengerti, dan saling melempar tanggung jawab di rumah. Kalau nggak ambil waktu untuk duduk bareng, ini bisa jadi kompleks. Padahal, sangat bisa diatasi.

Pertengkaran Pasangan Bekerja yang Sering Terjadi dan Cara Mengatasinya

Apa saja pertengkaran yang sering terjadi dalam rumah tangga pasangan yang sama-sama bekerja? Lalu, apa solusinya?

Pertengkaran tentang “Bukan kamu aja yang capek, aku juga.”

Familiar dengan kalimat itu? Hehehe. Ketika lelah dan stres dari pekerjaan sudah mendera, kalimat ini kadang meluncur begitu saja. Suami dan istri sama-sama butuh dimengerti, dan akhirnya saling menuntut.

Kalau sudah begini, sebaiknya pasangan sama-sama bersedia menurunkan ekspektasi satu sama lain. Kalau kita capek dan nggak ingin melakukan apa-apa selain istirahat, berikan privilege itu juga kepada pasangan. Jadi, keduanya sepakat untuk menunda pekerjaan lain yang sifatnya nggak mendesak.

Pertengkaran tentang “Kamu selalu menunda-nunda pekerjaan di rumah.”

Sesampai di rumah, ada cucian piring dan perabotan yang menunggu buat diberesin. Ada anak-anak yang harus ditemani bermain dan mengerjakan PR. Ketika salah satu sudah melakukan kewajibannya dan pasangan lainnya belum, ini kerap memicu pertengkaran. Sebetulnya, ini seringkali terjadi karena perbedaan gaya suami dan istri aja dalam urusan bebenah. Para suami biasanya butuh istirahat sejenak, setelah capek hilang, baru akan cuci piring. Sementara para istri seringkali nggak sabar, maunya cepat beres, biar bisa sama-sama istirahat. Akibatnya, istri ambil alih pekerjaan, tapi sambil ngedumel.

Solusinya, buatlah pembagian tugas rumah tangga yang jelas, dan komitmen untuk mengerjakannya. Komunikasikan keinginan masing-masing pasangan tentang bagaimana cara melakukannya, sehingga salah satu nggak memaksakan caranya sendiri. Para istri harus bersedia sabar menanti hingga suami mengerjakan, tak perlu langsung mengambil alih setiap saat. Ingat, piring-piring juga nggak akan rewel kalau nggak dicuci segera, hehehe.

Pertengkaran ketika “Kamu terlalu sibuk.”

Walau sama-sama bekerja, nggak selalu kesibukannya sama. Terkadang salah satu pasangan lebih sibuk dari pasangan lainnya. Misalnya, sang istri bisa pulang tenggo, atau bisa disambi WFH sambil jaga anak, sementara suami punya jam kerja yang lebih panjang dan tekanan pekerjaan lebih tinggi. Awalnya istri bisa nge-back up pasangan. Tapi terlalu sering mengambil alih tanggung jawab pasangan ternyata bisa bikin istri jadi kelelahan dan jadi ikutan stres juga. Waktu suami untuk anak-anak pun berkurang.

Situasi semacam ini memang menuntut kelegowoan lebih dari salah satu pasangan untuk menerima kondisi pekerjaan dan waktu pasangan lainnya. Dengan catatan, ketika sudah ada waktu lowong, pasangan yang lebih sibuk langsung gercep menebus keabsenannya dengan anak-anak.

Pertengkaran karena “Kita nggak pernah ada waktu ngobrol.”

Kesibukan di pekerjaan dan mengurus anak dan rumah tangga bisa membuat pasangan lupa bahwa mereka butuh pacaran dan ngobrol santai. Dua-duanya jadi terlalu tegang, sehingga persoalan kecil bisa berpotensi jadi letupan pertengkaran.

Cobalah untuk membuat jadwal wajib untuk couple time, misalnya seminggu sekali atau frekuensi disesuaikan dengan jadwal masing-masing. Obrolan-obrolan ketika santai bisa menciptakan saling pengertian, sehingga pertengkaran-pertengkaran harian juga bisa berkurang. Rumah tanggapun jadi lebih manis, anak-anak lebih sukacita.

Baca juga: Nazyra C Noer: Quality Over Quantity Adalah Cara Saya Untuk Tetap Dekat dengan Suami dan Anak Saat Sibuk Bekerja

Pertengkaran tentang “Gantian dong me-time-nya.”

Me-time memang jitu buat healing sejenak dari kewajiban sehari-hari. Yang menjengkelkan, ketika pasangan di waktu lowong belum menyempatkan diri untuk megang anak atau pekerjaan rumah tangga, lalu sudah pergi buat kopdar, main basket bareng teman-temannya atau sepedaan bareng komunitasnya. Ini kerap membuat para istri mengomel.

Mungkin menurut pasangan, ada kalanya jadwal me-time-nya nggak bisa diubah karena harus ikut jadwal komunitas. Sementara jadwal-jadwal keluarga bisa lebih fleksibel. Cobalah berpikir bahwa, ketika suami happy, kita juga kena vibe-nya. Di waktu lain, sepakati jadwal me-time buat mommies ikut kelas-kelas seru bareng komunitas, atau sekedar nyalon, ngopi santai sambil bikin reels bareng besties.

Pertengkaran ketika salah satu pasangan “Kok, belanja terus?”

Salah satu pasangan jadi khawatir ketika melihat pasangan lainnya belanja terus. Dipikir: nggak mentang-mentang sama-sama bekerja, lalu bebas menghabiskan gaji buat belanja. Soal keuangan keluarga, ada baiknya dibicarakan dan diatur bersama. Dari gaji masing-masing yang didapat, berapa persen yang wajib masuk tabungan, untuk kebutuhan sehari-hari, dan untuk kebutuhan pribadi. Soal pengeluaran pun demikian. Sebaiknya dibuat komitmen siapa menanggung apa. Jadi ketika salah satu terlihat belanja ini itu, masing-masing sudah yakin bahwa pasangan sudah terlebih dahulu melakukan kewajibannya.

Pertengkaran tentang “Semua-muanya aku!”

Ini perasaan yang muncul ketika sudah sama-sama bekerja di luar, tapi di rumah nggak memikul tanggung jawab yang sama. Kata istri: “Urusan rumah tangga aku, anak-anak belajar juga sama aku, ambil rapor anak aku, main sama anak, aku lagi, urusan keluarga besar, aku juga. Terus, kamunya kapan?”

Ketika salah satu pasangan sudah merasa tanggung jawabnya berat sebelah, harus segera dibicarakan dan dicari solusi bersama. Membuat pembagian tugas keluarga dan komitmen untuk mengerjakannya harus kembali digiatkan. Biar bagaimanapun, sama-sama bekerja seharusnya nggak mengurangi peran dan tanggung jawab masing-masing di rumah.

Intinya, komunikasi adalah kunci.

Baca juga: Tips Pernikahan Marsha Timothy: Komunikasi Adalah Kunci

Image: Image by our-team on Freepik