Ketika di tengah-tengah pernikahan suami mengaku gay (atau istri), perlukah bertahan atau selesai?
Pertama kali saya mengetahui kondisi pernikahan seperti ini adalah dari pernikahan adik sahabat saya. Adik sahabat saya, setelah menikah selama satu tahun baru mengaku ke keluarganya kalau tidak pernah melakukan hubungan suami istri, karena suaminya tidak pernah bersedia. Akhirnya, keluarga pun memutuskan untuk turun tangan. Proses ‘wawancara’ berlangsung cukup a lot, hingga suami mengaku gay dan meminta maaf. Mereka memutuskan bercerai.
Dilansir dari Detik News, setiap tahun dari sedikitnya 500 ribu pasangan suami istri Indonesia yang mengakhiri biduk rumah tangganya, puluhan di antaranya berpisah karena terungkap si suami atau si istri adalah gay. Di Cina, seorang wanita berusia 31 tahun melakukan bunuh diri setelah ia mengetahui bahwa suami barunya homoseksual.
Complicated ya…..
Tidak ada yang berharap ini akan terjadi di dalam pernikahannya, kan. Namun, jika dihadapkan dalam situasi seperti ini, apa yang bisa kita lakukan? Berikut penjelasan dari Nadya Pramesrani, Co Founder sekaligus Psikolog Keluarga & Pernikahan dari Rumah Dandelion.
Kalau berdasarkan riset sih, biasanya karena memang ada cinta, ada keyakinan atau harapan yang akhirnya dapat menurunkan ketertarikan terhadap sesama jenis. Bisa juga yang bersangkutan belum menyadari atau memahami orientasi seksualnya. Bisa juga kenapa gay memutuskan menikah dengan lawan jenis adalah karena tuntutan keluarga atau sosial. Di luar itu, karena ingin memiliki keluarga serta anak dan pemahaman bahwa menikah itu adalah ajaran agama.
Kalau ini biasanya karena seseorang baru menyadari atau memahami lebih baik tentang orientasi seksualnya setelah mereka menikah.
Coba tanya ke diri kita sendiri, do you want to stay in that relationship? Kalau berdasarkan riset di negara-negara lain, bisa saja pasangan tersebut tetap berkomitmen untuk bersama, dan faktor yang memengaruhi komitmen itu adalah strong friendship, love, emotional attachment, and a desire to remain committed to one’s spouse and family.
Untuk menjaga hubungan, idealnya yang dibutuhkan adalah:
Komunikasi terbuka yang diwarnai dengan rasa empati, frequent, dan jujur.
Kemampuan beradaptasi, terutama terkait jalannya pernikahan mereka karena kan nggak bisa konvensional. Non monogamy biasanya menjadi pilihan. Ada yang mengambil jalan sexually open. Pasangan ini harus mendefinisikan ulang mengenai hubungan mereka dan negosiasikan ulang aturan-aturan yang akan diterapkan dalam pernikahan mereka. Kondisi apa yang ingin dicapai ke depannya dari pernikahan yang mereka jalani. Dan, jika kita memang tahu pasangan kita yang gay telah melakukan perilaku seks berisiko, pengecekan kesehatan pun perlu dilakukan.
Kembali lagi ke pertanyaan sebelumnya. Kondisi apa yang ingin dicapai oleh keluarga kalian? Kalau akhirnya memutuskan bercerai, seperti perceraian karena sebab lainnya, pastikan saja anak-anak memahami bahwa ini bukan karena salah mereka, bahwa bapak dan ibunya akan tetap mencintai dan menjaga mereka even not being together. Kalau memutuskan melanjutkan pernikahan, define the relationship first, evaluasi bagaimana hal tersebut berdampak pada anak.
Namun, berdasarkan kasus-kasus yang saya tangani, biasanya pilihannya ada dua: Mereka memutuskan bercerai atau pasangan yang gay committed to monogamy heterosexual relationship, yang biasanya dari sini pengaruhnya ke kualitas pernikahan yang akan dijalani ke depannya.
Baca juga:
Hilang Cinta Dalam Pernikahan, Bertahan atau Selesai?
Saat Pasangan Selingkuh, Apa yang Harus Kita Lakukan?