Sorry, we couldn't find any article matching ''
Hilang Cinta dalam Pernikahan, Bertahan atau Selesai?
Pernikahan seorang sahabat yang sudah berjalan 10 tahun harus selesai. Alasannya? Karena sang suami sudah tidak mencintainya lagi.
Pernah membayangkan jika pernikahan yang selama belasan tahun kita jalani, mendadak harus berakhir? Bukan karena kesepakatan kedua belah pihak, namun karena satu pihak memutuskan untuk selesai, dengan alasan, cintanya sudah hilang. Iya, hilang begitu saja.
Dua minggu lalu, di antara obrolan receh di WAG kami, sahabat saya tiba-tiba bertanya mengenai pengacara perceraian, dan menulis “Gue sama suami memutuskan akan berpisah secara baik-baik.” Setelah kami tanya lagi, barulah dia mau terbuka mengatakan bahwa suaminya sudah tidak mencintainya seperti dulu. Perasaan yang dipunya sekarang sebatas sebagai sahabat.
Mungkin tidak masalah, jika komitmen pernikahan tetap dijaga. Menjadi masalah ketika ternyata suaminya ngotot ingin bercerai dan meminta sahabat saya kembali ke orangtuanya.
“He dropped the bomb tanpa ada peringatan apa pun. Padahal gue masih cinta banget sama dia. Gue linglung. Bingung. Nangis. Marah. Nangis lagi. Semua seperti mimpi,” demikian isi omongan wa sahabat saya.
Dan, bagi saya, bom itu tak hanya dirasakan oleh sahabat saya, tapi juga saya. Saya yang juga begitu shock dengan alasannya. Saya yang juga begitu shock karena suami sahabat saya ini benar-benar tak memberi celah untuk mengubah keputusannya. Saya yang shock karena ternyata alasan perceraian seperti itu dialami oleh orang dekat saya.
Kebawa pikiran, kenapa bisa terjadi? Ketika pasangan atau mungkin kita, akhirnya kehilangan cinta di tengah pernikahan. Apa alasannya? Bagaimana selanjutnya?
Saya sampai merasa perlu ngobrol lho sama psikolog pernikahan, karena buat saya, alasan semacam ini rasanya sangat-sangat menyakitkan dan membuat bingung. Berikut rangkuman obrolan saya dengan Nadya Pramesrani, Psikolog Keluarga & Pernikahan sekaligus Co-Founder Rumah Dandelion.
Photo by Karim MANJRA on Unsplash
Biasanya penyebab seseorang kehilangan cinta pada pasangan di tengah pernikahan?
Kalau dilihat dari sudut pandang teori Triangle of Love-nya Sternberg, cinta itu terdiri dari 3 komponen: Passion, Commitment, Intimacy. Di masa awal hubungan biasanya didominasi oleh passion dan commitment (cinta menggebu-gebu dan exclusive relationship). Seiring dengan berjalannya waktu mulai masuk komponen intimacy (kedekatan emosional karena sudah saling mengenal).
Nah banyak orang yang menyalahartikan bahwa kalau tidak ada passion maka sudah tidak cinta lagi. Padahal commitment dan intimacy masih ada. Meskipun memang tentu saja kualitas hubungan yang lebih memuaskan akan lebih tinggi pada pasangan yang memiliki ketiganya.
Yang sering disalah artikan orang, bahwa tiga hal itu akan ada secara alamiah. Padahal butuh untuk terus dibuat ada melalui usaha aktif. Kan, hubungan pernikahan itu constantly evolve and work ya. jadi kalau ada komponen yang tidak dipupuk, ya wajar kalau kemudian hilang.
Ada tanda-tanda yang sebenarnya bisa kita waspadai sebelum cinta itu benar-benar hilang?
Based on my cases, ketika pasangan merasa hidupnya seperti berjalan paralel. Masing-masing jalan sendiri, tidak ada intertwined life di antara keduanya. Menjalani kehidupan pernikahan hanya berdasarkan peran operasional, komunikasi operasional, tapi tidak lagi untuk meningkatkan kedekatan emosional keduanya. Tidak ada tujuan bersama yang ingin dicapai, tidak ada "pacarannya". Merasa sudah sangat mengenal jadi tidak lagi bertanya lebih lanjut tentang kehidupan masing-masing. Padahal people always grow, terlepas usia berapa pun dia. Yang dulu disukai, bisa saja sekarang tidak lagi. We need to always be update with our partner's inner world. What stresses him/her out, what excites him/her, who are their closest friend, etc.
Baca juga:
18 Pertanyaan Untuk Membantu Memiliki Hubungan Suami Istri yang Sehat
Apakah mungkin menjalani pernikahan tanpa cinta?
Bukan tanpa cinta, tapi seringkali komponen passion hilang, karena lelah atau ditelantarkan akibat tanggung jawab dan peran lainnya.
Jika masing-masing masih mau usaha untuk mempertahankan, apa yang perlu dilakukan?
Simply said, ignite the fire. Remember what makes you attracted to him or her in the 1st place, what makes you want to marry him or her. Apakah hal-hal itu masih ada? Kalau tidak ada, bisakah dihadirkan kembali. Jawabannya sih bisa, tapi butuh usaha luar biasa. Kenalan lagi, pacaran lagi, pahami pasangan lagi, ciptakan kembali kedekatan dan kenyamanan emosional tersebut, sehingga bisa dicapai shared meaning of life.
Jika ternyata pihak yang sudah hilang cinta tidak mau mempertahankan, harus bagaimana si pihak yang masih cinta?
Tough question. Mungkin bisa diajak dulu ikut couples counseling untuk bantu meluruskan pemahaman-pemahaman yang salah.
Baca juga:
Manfaat Terapi Pasangan dengan Psikolog
Apa yang bisa dilakukan keluarga untuk menguatkan yang menjadi 'korban'?
Give time for them to grief. Segala kehilangan yang terjadi, pihak yang kehilangan pasti mengalami grief. Be there, support them to make them feel they are not alone, give them time process this events and adapt with the new situation, without rushing them to move on or shutting down their negative feeling.
Mengutip kalimat dari Anthony Robins: Do what you did in the beginning of a relationship, and there won’t be and end.
Benarkah?
Baca juga:
Share Article
COMMENTS