Apa kabar karantina bareng suami, moms? Udah berantem berapa kali? Hahahaha.
Saya dan suami sudah di rumah bersama selama 3 bulan. Bersama-sama terlama sejak menikah 7 tahun lalu. Lalu apakah jadi bosan bertemu suami terus? Apa jadi sering bertengkar? Nggak, tuh hahaha.
Seinget saya, baru bertengkar (alias saya yang ngambek) satu kali aja. Alasannya sepele, karena saya ngomong nggak didengerin... lol. Tapi untuk ukuran saya ngomong terus selama 3 bulan, tanpa me time, tanpa ke mall, nggak didengerin sekali sampai bertengkar rasanya wajar saja.
Dulu kami bertengkar biasanya saat saya PMS, suami jadi ikut sensitif dan berakhir topik apapun bisa jadi adu mulut. Belum lagi karena lelah macet-macetan saat pulang kerja yang bisa bikin emosi jadi memuncak. Pokoknya kalau berantem hampir pasti karena saya PMS atau salah satu di antara kami sedang capek.
Karena itu, saya dan suami sepakat kami berdua lebih suka work from home ahahaha. Sebabnya karena makan jadi lebih bergizi dan yakin bersih, tidur jadi lebih cukup karena tidak perlu terburu-buru pergi ke kantor, mood jadi lebih baik karena tidak ada perjalanan macet, akhirnya keseluruhan emosi jadi lebih stabil dan kami pun hidup lebih tenang.
Teamwork pun berjalan lancar. Tanpa ART, rumah kami tidak berantakan-berantakan amat ahahaha. Cuci piring dan masak, menemani anak bermain sampai belanja mingguan bergantian.
Saya tahu saya beruntung bisa merasa seperti ini karena nyatanya banyak yang bosan bertemu suami sendiri, banyak yang jadinya malah lebih banyak bertengkar, belum lagi KDRT huhu.
Di saat karantina seperti ini saya sadar bahwa keputusan menikah itu memang bukan keputusan yang bisa diambil terburu-buru. Kalau dulu dengan mudah bisa kabur dari rumah saat bertengkar, sekarang kan mau tidak mau ya tetap di rumah.
Saya menikah bukan karena paksaan siapa pun, menikah dalam kondisi sudah diskusi begitu banyak hal, menikah dalam kondisi akur dengan calon mertua, menikah dalam kondisi saya siap kalau harus karantina dengan suami sampai kapan pun.
Karantina mengajarkan kita bahwa pernikahan itu memang menyatukan dua kepala berbeda dalam satu “rumah” selamanya. Bukan sehari dua hari tapi selamanya! Bahwa di tengah-tengah mungkin ada yang ingin menyerah atau kabur, ya boleh saja.
Tapi ketika ingin menikah, yakinkan diri kalau dari awal memang dia yang bisa menghadapi kita dengan sadar dan waras sehingga kalau harus karantina bertahun-tahun, ayo, siapa takut? :)))
Baca:
Realistis di Masa Karantina Itu Penting
8 Aktivitas Favorit para Ibu Selama #dirumahaja Agar Tidak Stress