Sorry, we couldn't find any article matching ''
Berencana Tubektomi? Pahami dulu Syarat dan Prosedurnya
Tubektomi merupakan salah satu pilihan metode KB, namun ini sifatnya permanen. Nah, makanya sebelum ketuk palu menjalankannya, pelajari dulu seluk beluknya, yuk!
Tubektomi, masyarakat awam lebih mengenalnya dengan istilah “steril,” di dunia medis dikenal dengan Vasektomi untuk laki-laki dan Tubektomi untuk perempuan. Jika pada laki-laki, tindakan Vasektomi dilakukan untuk mencegah transportasi sperma keluar dari testis, memutus jalur sperma tidak dikeluaran, melainkan akan diserap tubuh tapi tidak menimbulkan efek berbahaya.
Sementara Tubektomi, mengintervensi bagian saluran indung telur, agar tidak bisa bertemu dengan sperma. Nah, sahabat saya sudah melakukan Tubektomi ini, lantaran dokter kandungan yang menanganinya menyarankan dirinya tidak bisa lagi menjalankan operasi caesar ke-4. Tentu setelah meneliti dengan saksama keadaan medis sahabat saya.
Bagi mommies yang sedang berpikir untuk melakukan Tubektomi, sebaiknya cari tahu dulu informasi seputar hal ini, yuk. Kali ini saya mewawancarai dr. Dian Burhansah, SpOG, M.Kes, FMAS dari OMNI Hospital Pekayon, Bekasi.
1. Apa yang dimaksud dengan Tubektomi, dok?
Tubektomi adalah pemotongan saluran indung telur (tuba fallopi) sehingga sel telur tidak bisa bertemu dengan sel sperma untuk dibuahi. Tubektomi bersifat permanen. Tubektomi adalah salah satu pilihan KB (Keluarga Berencana).
2. Adakah syarat yang harus dipenuhi calon pasien Tubektomi?
Sebenarnya tidak ada batasan mutlak syarat seorang wanita boleh atau tidak boleh atau belum boleh melakukan tubektomi. Syarat-syarat yang harus diperhatikan adalah kesiapan/kesepakatan seorang wanita dan pasangannya. Tidak ada batasan usia mutlak untuk melakukan tubektomi secara medis, tetapi lebih diperhatiakan pada masalah sosial.
3. Sebelum pasien menjalani Tubektomi, prosedur apa saja yang biasanya dilakukan untuk meminimalkan risiko?
Karena tindakan tubektomi merupakan tindakn operatif maka sama halnya dengan tindakan lainnya yang butuh prosedur persiapan praoperasi yang baik dan lengkap.
Macam metode tubektomi :
1. Metode Madlener
2. Pomeroy
3. Irving
4. Aldridge
5. Uchida
5. Kroener
Tujuan dari semua metode ini adalah sama yaitu mencegah sel telur untuk bisa bertemu dengan sel sperma yang masuk ke rahim
Adapun cara melakukan tindakan Tubektomi bisa secara laparotomi atau laparoskopi
Laparotomi yaitu operasi konvensional biasa dengan membuat sayatan kecil kurang lebih 4-5 cm di dinding perut (2-3 jari diatas tulang kemaluan atau di bawah pusar)
Laparoskopi dengan memakai alat yang terdiri dari kamera dan alat operasi kecil dimasukkan ke dalam perut dengan membuat dua sayatan atau lebih yang masing2 0,5-1 cm.
5. Pasca prosedur Tubektomi dijalankan, pasien biasanya recovery berapa lama?
Baik tubektomi dengan laparotomi maupun lapasroskopi ( minimal invasif) dapat dilakukan perawatan 1 hari saja tanpa menginap di rumah sakit (one day care). Aktifitas sudah bisa dilakukan di hari ke-2 atau ke-3. Prosedur laparoskopi akan memberikan masa recovery yang lebih singkat karena luka sayatan operasi yang lebih kecil.
6. Selama pasca pemulihan, apa saja hal yang sebaiknya tidak dilakukan atau yang harus diingat pasien?
Tidak ada hal khusus yang perlu diperhatikan pasca pemulihan menjalankan prosedur tubektomi.
7. Ada kemungkinan komplikasi setelah Tubektomi kah dok?
Tubektomi sebenarnya adalah prosedur yang aman dengan risiko komplikasi yang jarang terjadi. Meski demikian, apapun jenis prosedur operasi yang dilakukan, tetap ada risikonya. Risiko yang dapat terjadi pada prosedur tubektomi yakni perdarahan, kerusakan organ (misalnya luka pada usus, kandung kemih, atau pembuluh darah) bila terjadi perlengketan pada saat tindakan, efek samping dari obat bius, dan infeksi pasca tindakan.
Selain itu, jika tuba falopi tidak menutup dengan sempurna pada saat tubektomi kehamilan yang berisiko menjadi kehamilan ektopik dapat terjadi. Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang dibuahi tidak menempel di rahim, melainkan di tempat lain seperti pada tuba falopi. Hal ini tergolong berbahaya dan harus segera mendapat penanganan.
Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko komplikasi tubektomi, seperti :
- Pernah menjalani operasi panggul atau perut sebelumnya
- Obesitas
- Diabetes
- Penyakit radang panggul
Share Article
COMMENTS