Sorry, we couldn't find any article matching ''
4 Tips untuk Tinggal Bersama Mertua
Ditulis oleh: Saskia Elizabeth
Kalau hubungan Anda dengan mertua semanis madu, silakan lewatkan tulisan saya. Tapi bagi Anda yang hubungannya kadang manis kadang pahit, mari dibaca dulu tips tinggal bersama mertua dari saya.
*Image dari www.irishtimes.com
Sebelum saya menikah, saya selalu diwanti-wanti oleh teman-teman saya yang sudah menikah, agar baiknya saya tinggal di rumah sendiri . Alasannya singka, kita akan jauh dari masalah dan juga jadi lebih bebas. Berhubung saya maupun suami bukan keturunan raja minyak, maka waktu awal-awal menikah kami belum mampu membeli rumah sendiri, pilihan pun jatuh kepada Pondok Mertua Indah.
Setelah tinggal bersama mertua, saya mulai paham tuh apa yang dimaksud oleh teman-teman saya. Namun, apakah seburuk drama di sinetron-sinetron Indonesia? Ternyata nggak kok. Ada di beberapa kunci yang saya mau share di sini tentang pengalaman saya tinggal bersama mertua, karena bagaimanapun ada banyak alasan mengapa penting untuk berdamai dengan mertua.
1. Status kita “numpang”. Berlakulah seperti orang yang memang menumpang
Hargai prinsip mereka mengenai rumah mereka, bantu beres-beres dan bersih-bersih tanpa disuruh, tidak pernah lupa mengucapkan terima kasih dan memuji rumah yang indah dan rapih. Dan, walaupun mertua mampu membiayai seluruh pengeluaran rumah bukan berarti kita tidak memberi kontribusi.
Kita bisa membelikan bahan sarapan/makan malam, membelikan kebutuhan dapur atau menawarkan membayar listrik/pbb rumah. Sekecil apapun kontribusi Anda, mereka akan melihat usaha dan niat yang Anda lakukan. Jangan merasa terbeban dengan energi yang Anda keluarkan untuk bersih-bersih dan bayar-bayaran, toh Anda juga tinggal dalam rumah tersebut, hitung-hitung latihan sebelum tinggal di rumah sendiri.
2. Pahami bahwa sindiran adalah bentuk lain dari nasihat
Kenapa harus menyindir sih? Memang nggak bisa ngomong langsung aja. Oke, mari kita ambil contoh:
• “Masa kamu nggak bisa masak nasi?” “Itu suamimu nggak dikasih makan kok kurusan?” Mungkin beliau sudah beberapa kali menasehati Anda untuk belajar masak dan memang sebagai mommies, kita bertanggung jawab dalam manajamen makanan, kan! Dan, mungkin kita tidak menanggapi sehingga akhirnya keluarnya dalam bentuk sindiran?
Atau, kalau memang mereka tiba-tiba menyindir tanpa ada aba-aba memberi nasehat terlebih dahulu, nggak perlu langsung emosi, tetap senyum dan bisa memberi respon seperti, “Aku memang payah nih nggak bisa masak, ajari masak dong mam.” Sesekali mengalah. Mereka juga pasti senang dapat memberi kontribusi dalam hidup Anda.
• “Kamu nggak ada baju lain?” Ini salah satu nasehat almarhum mertua yang akan saya terus ingat. Jadi ada dress yang super nyaman, sudah usang dan robek di beberapa area, tapi masih suka saya pakai kalau di rumah. Akhirnya saya merelakan dress tersebut di-recycle jadi lap (-___-).
• Belum lagi nasehat mengenai parenting style kita. “Anak harus dibedong, harus minum susu yang banyak ASImu gak cukup, jangan nidurin anak seperti itu....” Ya saya kebayang peningnya kepala Anda. Again, semua nasehat ada positifnya. Apabila Anda punya prinsip sendiri utarakan, tapi ambil beberapa nasehat positif mereka sehingga mereka merasa dihargai.
3. Compromise!
Pahami karakter mereka, jangan berusaha mengubah karena tidak semua orang mau/dapat berubah. Kuncinya ya sama saja seperti kita menjalin hubungan dengan teman, rekan kerja atau suami: terima perbedaan, memahami, mencari jalan keluar apabila ada masalah, dan saling menghormati/menghargai.
Setiap orang punya karakter, kepribadian, dan prinsip yang berbeda-beda, wajar kalau ada yang tidak sreg dengan salah satu kepribadian atau prinsip orang lain. Kalaupun Anda ingin mengungkapkan ketidak setujuan Anda dengan keputusan mertua (yang biasanya berhubungan dengan pola pengasuhan anak), coba minta bantuan suami untuk menyampaikan atau sampaikan dengan baik di saat hati Anda sudah lebih tenang dari rasa kesal. Karena tetap ada trik khusus menyampaikan ketidak setujuan dengan mertua.
4. Selalu ada sisi positif di balik nasehat mereka
Bersiaplah dengan nasihat yang sudah pasti akan sering kita dengar, namanya juga orang tua. Dengarkan, tersenyum dan ucapkan terima kasih. Coba berkaca pada kita dan anak. Kita sering banget lho memberikan nasihat-nasihat sederhana ke anak -hati-hati bawa gelasnya, jangan lari-lari, aduh jangan lap di baju dong- kalau saja anak kita sudah pada usia dapat berdebat, kita pun akan mendapat lawan debat yang tidak menyenangkan.
Nah, kebayang kan posisi mertua? Contoh;
• “Pulang jangan malam-malam.” “Kenapa sih kalian bangun siang kalau weekend?' saya paham mereka khawatir kalau saya pulang malam, apalagi zaman saya bekerja saya bisa lembur sampai lewat tengah malam, dan kalau weekend biasanya balas dendam tidur seharian, padahal mungkin mertua ingin ngobrol, ditemani atau sebetulnya berharap saya bantu-bantu mereka.
• “Kalau pakai baju yang sopan, jadi wanita jangan mengumbar diri.” Ini nasehat yang baik sih, mungkin kalau kita sudah cukup nyaman dengan cara berbusana bisa berkata padanya kalau kita hanya mau ke tempat santai kita hanya mengenakan celana pendek dan kaus oblong. Untuk menghindari perdebatan? Kenakan saja outer dari rumah dan lepas begitu sudah keluar rumah.
Saya tahu beberapa pribadi mungkin sangat sulit untuk kita pahami, dan tinggal bersama mereka mungkin bukan ide yang bijak karena akan terjadi pertengkaran terus menerus, apabila memang sudah tidak bisa ditoleransi mungkin sudah waktunya Anda lebih mandiri dan hanya tinggal bersama mereka saat weekend saja. Dengan begini Anda tetap dekat dan menjalin hubungan positif.
TIDAK ADA orang yang hidup tanpa drama. Just enjoy them.
Baca juga:
Cara Menyampaikan Perbedaan Pendapat dengan Mertua
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS