Pasangan tidak mau tidur sekamar? Ini sekian alasan sleep divorce bisa jadi solusi tidur nyenyak tanpa perceraian sesungguhnya.
Mommies dan Daddies, pernah dengar istilah sleep divorce? Sekilas mungkin terdengar menyeramkan, ya, karena ada kata “divorce”-nya. Padahal, sleep divorce sama sekali bukan perceraian sungguhan. Fenomena ini justru sedang ramai dibicarakan sebagai solusi modern bagi pasangan suami istri yang ingin tidur lebih nyenyak tanpa ribut-ribut dan harus bercerai.
Nah, biar nggak salah paham, yuk, kita bahas tuntas apa itu sleep divorce, kenapa makin banyak pasangan mencobanya, serta apakah pisah ranjang bisa membawa dampak positif bagi hubungan.
BACA JUGA: Seks saat Premenopause: Tips Nyaman, Nikmat, dan Memuaskan dari Psikologi
Sleep divorce adalah istilah untuk kebiasaan pasangan yang memilih tidur di tempat terpisah, entah itu di ranjang berbeda atau bahkan di kamar berbeda. Jangan bayangkan pasangan yang bermusuhan, ya. Faktanya, banyak pasangan tetap melakukan hal-hal romantis seperti makan malam bareng, nonton film, bahkan cuddling di sofa. Bedanya, saat tiba waktunya tidur, mereka memilih pisah ranjang demi kualitas tidur masing-masing.
Dengan kata lain, sleep divorce adalah pisah ranjang yang positif. Solusi tidur nyenyak tanpa perceraian.
Ada banyak alasan kenapa fenomena pisah ranjang yang positif ini makin populer. Yuk, kita kulik beberapa penyebab utamanya:
Mendengkur, sleep apnea, tendangan-tendangan, atau bahkan kebiasaan rebutan selimut bisa bikin pasangan jadi sulit tidur nyenyak. Akhirnya, alih-alih bangun segar, keduanya justru bangun dengan mood jelek dan tubuh lelah.
Bisa jadi Mommies tipe night owl yang suka begadang, sementara Daddies lebih nyaman tidur jam 10 malam. Atau salah satu masih harus lembur, sedangkan pasangannya sudah terlelap. Jadwal tidur yang nggak sinkron ini sering jadi alasan utama pisah ranjang.
Ada yang suka kasur empuk, ada yang suka kasur keras. Ada yang nyaman tidur dengan lampu menyala terang, redup, ada yang harus gelap total sehingga banyak pasangan tidak mau tidur sekamar dan memilih sleep divorce.
Sebagian orang cepat kegerahan saat tidur, sementara pasangan justru kedinginan. Suami kepingin nyalain AC, istri nggak mau. Akhirnya, tidur sekamar jadi tantangan tersendiri.
Ternyata salah satu efek suami istri tidur terpisah bisa menurunkan ketegangan kalau lagi ada konflik. Dengan pisah ranjang sementara, emosi bisa lebih reda, dan besok paginya pasangan bisa ngobrol dengan kepala dingin.
BACA JUGA: Tips Pernikahan dari Para Ayah Lama dan Ayah Baru, Inspiratif!
Tidak semua pasangan perlu mencoba sleep divorce, tapi ada beberapa kondisi yang bisa jadi pertimbangan:
Nah, ini pertanyaan yang sering diajukan: apa tidur terpisah akan membuat pasangan jadi jauh? Jawabannya: tidak selalu. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur sangat berhubungan dengan kualitas hubungan.
Bayangkan saja, kalau Mommies tidur nyenyak 7-8 jam tanpa gangguan, tentu paginya lebih semangat, lebih sabar menghadapi anak-anak, dan lebih mesra dengan pasangan. Tidur cukup juga terbukti bisa meningkatkan mood, energi, bahkan gairah seksual.
Sebaliknya, kurang tidur bikin cepat marah, gampang tersinggung, dan libido menurun. Jadi, daripada memaksa tidur sekamar tapi sama-sama menderita, sleep divorce justru bisa menjadi solusi tidur nyenyak.
Apa efeknya bagi suami istri yang tidur terpisah? Ini beberapa manfaat jika sleep divorce dijalani dengan kesepakatan bersama:
Bayangkan tidur tanpa mendengar dengkuran keras atau rebutan selimut. Tidur bisa lebih nyenyak dan menyegarkan.
Dengan tidur cukup, kalian akan lebih sabar dan lebih bahagia menghadapi rutinitas sehari-hari.
Anehnya, pisah ranjang justru bisa membuat hubungan lebih hangat. Karena kalian punya ruang pribadi, rasa rindu bisa tumbuh, sehingga momen kebersamaan jadi lebih berarti.
Kadang hal kecil seperti “kamu kebanyakan gerak waktu tidur” bisa jadi pemicu pertengkaran. Dengan pisah ranjang, masalah kecil ini bisa dihindari.
Tidur berkualitas terbukti menurunkan risiko obesitas, penyakit jantung, hingga depresi. Jadi, efek suami istri tidur terpisah bukan hanya ke hubungan, tapi juga ke kesehatan tubuh.
Kadang pasangan butuh waktu sendiri, entah untuk membaca, menulis jurnal, atau sekadar me-time. Dengan kamar terpisah, kalian bisa punya ruang personal tanpa merasa bersalah.
Dulu, tidur sekamar dianggap keharusan dalam pernikahan. Padahal, tidak ada aturan baku yang mengharuskan begitu. Sleep divorce membantu pasangan melepaskan standar sosial yang kaku dan lebih fokus pada kebutuhan mereka.
Kalau Mommies dan Daddies khawatir pisah ranjang bikin hubungan hambar, jangan takut. Ada banyak cara menjaga keintiman meski tidur terpisah:
Menurut American Academy of Sleep Medicine, kualitas tidur yang buruk bisa berdampak langsung pada kesehatan mental dan fisik, termasuk risiko hipertensi, stres kronis, hingga menurunnya daya tahan tubuh. Karena itu, banyak pakar menyebut sleep divorce sebagai langkah realistis untuk menjaga kesejahteraan pasangan.
Seorang psikolog keluarga, Dr. Wendy Troxel, bahkan menyebut tidur terpisah sebagai “strategi proaktif” dalam hubungan. Menurutnya, pasangan yang saling memahami kebutuhan tidur justru lebih mungkin bertahan lama, karena tidak menganggap pisah ranjang sebagai kegagalan, melainkan sebagai bentuk kompromi sehat.
Fenomena sleep divorce makin mendapat tempat di masyarakat modern, apalagi di kota-kota besar. Dengan gaya hidup sibuk, stres pekerjaan, dan kebutuhan istirahat optimal, banyak pasangan mulai lebih terbuka untuk mencoba pola ini.
Menariknya, sleep divorce juga dipandang sebagai bentuk kebebasan baru dalam pernikahan. Kalau dulu stigma “pisah ranjang” identik dengan konflik, sekarang justru dianggap tanda pasangan lebih dewasa dan mampu beradaptasi dengan kebutuhan masing-masing.
Kalau tidur sekamar sudah benar-benar mengganggu kualitas hidup, ini saatnya membicarakan tidur secara terpisah dengan pasangan. Pastikan obrolan dilakukan dengan nada positif, bukan sebagai bentuk penolakan. Ingat, tujuan utama bukan menjauh, tapi justru menjaga keharmonisan.
Fenomena ini membuktikan bahwa tidak semua “pisah ranjang” berarti hubungan buruk, pasangan suami istri yang tidak bahagia. Justru, bagi banyak pasangan, cara ini adalah solusi tidur nyenyak tanpa perceraian. Kuncinya ada pada komunikasi dan kesepakatan.
Jadi, kalau Mommies dan Daddies sering ribut karena tidur, mungkin saatnya mempertimbangkan sleep divorce. Siapa tahu, justru ini bikin hubungan makin harmonis.
Cover: Niels from Slaapwijsheid.nl/Pexels