banner-detik
MARRIAGE

Pasangan Gengsi Menunjukkan Sayang? Jangan Marah Dulu, Bisa Jadi Ini Penyebabnya! 

author

Fannya Gita Alamanda4 hours ago

Pasangan Gengsi Menunjukkan Sayang? Jangan Marah Dulu, Bisa Jadi Ini Penyebabnya! 

Jengkel sekaligus penasaran, kenapa pasangan saya nggak romantis? Alih-alih marah, cari tahu dulu penyebab pasangan gengsi menunjukkan sayang. 

Pasti ada dari kita yang punya pasangan ‘dinginnya’ 11-12 sama kulkas 4 pintu. Dipeluk nggak bales meluk, waktu kita bilang “I love you”, responnya cuma jawab “Iya”, dikirimin emoticon love, balasannya emoticon nyengir. Gemas, kan? Gemas sekaligus bikin kita bertanya-tanya, kenapa, ya, pasangan saya enggan menunjukkan sayang. Gengsi menyatakan perasaaan.

Sebelum ngomel panjang pendek dan menuduh pasangan nggak sayang, yuk, kita cari tahu dulu penyebabnya. Bisa jadi, sikap “dingin” itu bukan karena dia nggak sayang, tapi karena ada alasan psikologis di baliknya. 

Apa Penyebab Pasangan Gengsi Menunjukkan Sayang?

Ada banyak alasan kenapa seseorang enggan atau gengsi menyatakan perasaan sayang dan menunjukkan cinta. Berikut penjabaran lengkapnya:

1. Introvert dan tidak nyaman dengan ekspresi fisik

Introvert cenderung senang dan nyaman menyendiri. Ekspresi cinta seperti pelukan atau kata-kata manis bisa terasa mengganggu atau membuat mereka merasa canggung. Bukan berarti si Introvert tidak mencintai pasangannya, tapi cara dia menunjukkan sayang dan menyatakan perasaan cinta memang berbeda.

2. Pola asuh masa kecil

Jika seseorang dibesarkan di lingkungan yang minim afeksi, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak terbiasa menunjukkan kasih sayang. Ekspresi cinta bisa terasa asing atau bahkan memicu rasa tidak nyaman. Ini yang di kemudian hari menjadi penyebab, setelah menikah, pasangan mereka pun kekurangan afeksi. 

BACA JUGA: Man Child dalam Pernikahan, Ketika secara Emosional Suami Belum Dewasa

3. Perbedaan bahasa cinta

Menurut Dr. Gary Chapman, ada lima bahasa cinta: kata-kata afirmasi, waktu berkualitas, hadiah, tindakan, dan sentuhan fisik. Jika suami menunjukkan cinta lewat tindakan, sementara istri menunggu kata-kata manis, ujung-ujungnya terjadilah miskomunikasi. Suami dan istri sama-sama merasa tidak dipahami dan tidak dicintai.

4. Tak mau terlihat lemah

“Ekspresi cinta kerap dianggap sebagai kelemahan. Bagi sebagian orang, menunjukkan cinta dan menyatakan perasaan sayang berarti membuka diri terhadap kemungkinan ditolak dan disakiti. Ketakutan ini bisa membuat mereka menahan diri,” jelas Dr. Jennifer Caspari seorang terapis perilaku. 

5. Trauma masa lalu dan gangguan mental

Pengalaman buruk dalam hubungan sebelumnya, atau kondisi seperti depresi dan PTSD, bisa membuat seseorang takut membuka diri. Mereka mungkin menghindari afeksi sebagai bentuk perlindungan diri. Psikolog Diana Tutschek, konselor berlisensi yang mengkhususkan diri dalam konseling kesehatan mental, konseling pernikahan, dan terapsi pasangan mengatakan, “Trauma masa kecil yang tidak ditangani dengan benar akan memengaruhi keterikatan, kepercayaan, dan komunikasi seseorang ketika ia dewasa dan menjalin hubungan.” 

6. Norma sosial dan budaya

Di beberapa budaya, menunjukkan sayang secara terbuka dianggap tabu atau tidak sopan. Hal ini bisa membentuk kebiasaan menahan ekspresi afeksi, terutama di ruang publik.

7. Khawatir dengan penilaian orang lain dan diejek

Beberapa orang khawatir ekspresi sayang dan pernyataan cinta mereka akan dianggap berlebihan, norak, atau tidak tulus. Ketakutan akan penilaian orang lain bisa membuat mereka memilih untuk menahan diri.

8. Dinamika kekuasaan dalam hubungan

Ada yang merasa bahwa menunjukkan cinta berarti menyerahkan kendali atau posisi dominan dalam hubungan kepada pasangan mereka. Perasaan negatif ini membuat beberapa orang merasa perlu menahan diri dan enggan menunjukkan sayang agar dominasinya dan “keseimbangan kekuasaan” tetap terjaga.

gengsi menunjukkan sayang

Foto: stockking on Freepik

9. Masalah harga diri

Orang dengan harga diri rendah biasanya merasa tidak layak dicintai. Mereka bisa meragukan ketulusan cinta pasangan dan merasa canggung saat harus menunjukkan sayang dan menyatakan perasaannya.

10. Menghindari keterikatan

Seseorang yang enggan terlalu terikat terutama secara emosi cenderung akan menghindari kedekatan emosional. Mereka bisa merasa tidak nyaman dengan hubungan yang terlalu intim atau penuh afeksi.

11. Perbedaan persepsi tentang cinta

Ada yang menganggap cinta harus ditunjukkan lewat tindakan besar, bukan hal-hal kecil seperti pelukan atau kata-kata manis. Sementara pasangannya mungkin malah senang sesekali dirayu, sesekali dicium keningnya. Perbedaan persepsi ini bisa membuat pasangan terlihat dingin padahal sebenarnya dia peduli.

12. Sindrom impostor dalam hubungan

Beberapa orang merasa tidak pantas dicintai atau takut pasangan akan menyadari “kekurangan” mereka. Perasaan ini bisa membuat mereka menahan diri untuk mengekspresikan cinta agar tidak terlihat “lemah”.

13. Stres eksternal

Masalah pekerjaan, keuangan, atau keluarga bisa menyita perhatian dan energi seseorang. Dalam kondisi ini, ekspresi cinta bisa jadi bukan prioritas, meskipun perasaan cinta tetap ada. Dr. Claudia M. Haase dari Northwestern University dalam sebuah studi yang dilakukan bersama timnya menyatakan bahwa  kasih sayang bukan hanya ekspresi cinta, tapi juga kunci kebahagiaan dalam hubungan.

Namun, penelitian mereka juga menunjukkan bahwa afeksi lebih mudah muncul ketika suami dan istri dalam keadaan fisik dan mental positif, bukan saat terjadi konflik. Jadi, jika pasangan sedang stres atau hubungan sedang tegang, otomatis mereka enggan, bahkan berat hati untuk menunjukkan dan mengekspersikan perasaan.

Jadi, Apa yang Bisa Dilakukan?

Kalau punya pasangan yang cool-nya kebangetan, jangan langsung menyimpulkan bahwa dia nggak cinta. Coba, deh, lakukan beberapa hal ini:

  1. Kenali bahasa cintanya: mungkin dia menunjukkan cinta lewat tindakan, bukan kata-kata.
  2. Bangun komunikasi terbuka: tanyakan dengan lembut apa yang membuatnya sulit mengekspresikan perasaan.
  3. Ciptakan momen positif bersama: karena afeksi lebih mudah muncul saat suasana hati sedang baik, maka upayakan menciptakannya. Jangan sekadar menunggu.
  4. Pertimbangkan konseling pasangan: jika suami istri merasa butuh bantuan profesional, jangan ragu mencari bantuan ‘orang ketiga’ alias psikolog/ penasihat perkawinan.

BACA JUGA: Bertengkar Sehat: 15 Aturan Fair Fight agar Rumah Tangga Langgeng

Ingat, cinta bukan hanya soal kata-kata manis atau pelukan hangat. Kadang, cinta hadir dalam bentuk yang tak terduga seperti istri yang berinisiatif mengisi penuh bensin kendaraan suami, atau makanan kesukaan istri yang tiba-tiba muncul di meja makan.

Dr. Matthew D. Johnson dari Binghamton University dalam jurnal Problem-Solving Skills and Affective Expressions mengatakan, “Ekspresi positif seperti kasih sayang bisa menjadi pelindung hubungan dalam pernikahan dari konflik, karena perasaaan mencintai yang bersambut (dicintai) membuat pasangan suami istri puas terhadap satu sama lain dan punya perkawinan yang bahagia.”

Cover: Freepik

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan