Ayah perlu membangun relasi yang baik dengan anak, agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang utuh, walau tanpa sosok ibu.
Idealnya, seorang anak dibesarkan dengan orang tua lengkap, yaitu ayah dan ibu. Namun, ada anak yang terkondisikan tumbuh tanpa salah satunya. Tentu ada perbedaan dan dampak ketika anak dibesarkan tanpa sosok ayah, maupun tanpa sosok ibu.
Mungkin kita bertanya-tanya, ketika anak tumbuh tanpa sosok ibu, apakah kondisi psikologis dan emosi anak dapat bertumbuh dengan baik? Akankah anak bisa menjadi individu yang utuh dan bermental sehat kelak dewasa? Apa iya, anak laki-laki yang tumbuh tanpa sosok ibu lantas jadi anak bermasalah?
Untuk mendapatkan wawasan mengenai hal ini, saya berkesempatan untuk bertanya kepada Psikolog Anak dan Remaja, Alia Mufida, M.Psi, Psikolog, seorang psikolog sekaligus ibu dua anak yang akrab disapa Fida dan sehari-hari berpraktik di Klinik Psikologi dan Pusat Terapi Anak Mentari Anakku.
Menurut beliau, tak ada penelitian dan kesimpulan yang memastikan bahwa ketika seorang anak, khususnya anak laki-laki dibesarkan tanpa sosok ibu pasti memiliki masalah terkait psikologi, emosi, sosial, atau yang lainnya. Demikian pula anak yang dibesarkan tanpa ayah. Namun demikian, tentu ada kemungkinan-kemungkinan risiko atau possible risks dan possible benefits yang timbul dari kondisi tersebut. “Karena, pada prinsipnya, tidak mungkin semua hanya jeleknya saja. Bisa juga lho, ada hal-hal baik yang muncul dari kondisi yang tidak ideal tersebut,” terang Fida.
Baca juga: Peran Ayah dalam Membentuk Anak Hebat: Secara Emosional, Sosial, dan Rohani
“Kalau ditanya apakah bisa berkembang dengan utuh, sebetulnya bisa. Yang perlu dibahas lebih lanjut yaitu apa saja kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada anak tersebut,” Fida melanjutkan.
Fida menjelaskan bahwa jika anak laki-laki dibesarkan oleh ayah saja, di mana peran ayah umumnya lebih banyak bertanggung jawab dalam urusan mencari nafkah, kemudian secara karakter lebih banyak berpikir logis, maka salah satu hal yang mungkin dialami anak adalah kurangnya ekspresi emosi, di mana umumnya aneka emosi lebih banyak diekspresikan oleh sosok ibu.
“Namun, bukan berarti anak nggak akan mendapat kelembutan dari seorang ayah, lho, ya. Karakter ayah itu bermacam-macam. Ada juga ayah yang justru lembut,” lanjut Fida.
Kemungkinan lainnya, anak sulit mendapatkan role model perempuan yang bisa dia lihat. Kemudian, apabila kebetulan anak memiliki seorang ayah yang tangguh dan memiliki pengalaman traumatis yang agak keras, itu mungkin saja diteruskan oleh sang ayah dalam mendidik anaknya, tanpa ada sosok ibu sebagai penyeimbang.
“Sementara, apabila seorang anak memiliki ayah yang cukup keras, namun ada sosok ibu yang bisa menyeimbangkan, maka anak akan bisa lebih stabil. Anak tak hanya mendapatkan dentakan saja,” kata Fida.
Lebih lanjut, Fida menjelaskan bahwa dari beberapa teori attachment atau teori kelekatan, disampaikan bahwa paling tidak anak-anak itu punya satu attachment figure dalam hidup mereka, yang mereka lekat secara fisik dan emosi, supaya mereka dapat tumbuh menjadi seorang dewasa yang bermental sehat.
Tentu anak akan menghadapi berbagai masalah dalam hidupnya. Namun, selama ada satu sosok yang yang selalu hadir dalam hidup anak, niscaya dia akan mampu melalui berbagai permasalahan hidupnya.
Bagaimana anak akan tumbuh tanpa sosok seorang ibu, perlu dilihat dari berbagai faktor, seperti, “Apa penyebab anak kehilangan ibu, apakah karena meninggal? Jika meninggal, meninggalnya kapan? Apakah karena bercerai dengan sang ayah? Kalau bercerai, seperti apa bercerainya, apakah benar-benar putus hubungan, atau tetap ada hubungan, kemudian hubungan ayah-ibu pasca perceraian seperti apa,” jelas Fida.
“Ketika sang ibu sudah tidak ada di rumah setiap hari, namun masih sangat terlibat dalam pengasuhan, tentu akan berbeda ketika orang tua bercerai lalu sering bertengkar hebat, sehingga anak tak punya hubungan sama sekali dengan sang ibu,” sambung Fida.
Faktor berikutnya, yaitu nature dari anak itu sendiri, nature ayah yang mengasuh dia dan ibunya (saat masih ada), bagaimana status sosial ekonomi mereka, adakah support system lain yang bisa mereka andalkan seperti kakek/nenek, om/tante, itu juga akan memengaruhi dinamika kehidupan anak tersebut.
“Bagaimana anak akan bertumbuh sebetulnya bukan hanya dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya sosok ayah atau ibu dalam hidup anak, namun juga dipengaruhi oleh kualitas hubungan dan kualitas pola asuh yang diberikan kepada si anak oleh orang tua tunggal tersebut,” jelas Fida.
Namun demikian, tentu ada risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam diri anak ketika dibesarkan tanpa sosok ibu.
Misalnya, anak jadi tidak tahu peran istri dan peran ibu itu seperti apa, karena anak tidak memiliki contoh langsung atau role model dalam hidupnya. Ini akan berpengaruh kelak ketika si anak memiliki pasangan hidup.
“Walau beberapa penelitian menyebutkan, bahwa anak juga bisa mengalami masalah perilaku, masalah akademis, namun itu merupakan hal yang belum konkulsif. Kembali lagi itu lebih dipengaruhi oleh kualitas hubungan ayah dan anak. Karena harus menjalani peran orang tua seorang diri, mungkin saja si ayah mengalami kesulitan mengatur waktu, tugas dan tanggung jawab, sehingga atensi ke anak menjadi kurang memadai,” sambung Fida.
Fida menjelaskan, bahwa pertama-tama, sang ayah harus menerima dulu bahwa ia akan mengemban tanggung jawab untuk membesarkan anak seorang diri. Selanjutnya, ayah dapat mempersiapkan diri untuk membangun relasi dan kerja sama yang baik dengan sang anak.
“Ketika ayah memiliki relasi yang baik dengan anak sejak kecil, ada kelekatan emosi yang cukup maka anak akan merasa aman. Dengan demikian segala tantangan yang akan muncul kelak di masa remaja akan dapat dihadapi dengan relatif lebih lancar.
Ayah butuh terus belajar untuk menjadi orang tua sebaik yang dia bisa tanpa menyalahkan kondisi atau status single parent yang dia sandang. Untuk mendukung ayah menjalani perannya mengasuh anak, sebaiknya ayah juga mencari support system yang lain. Misalnya, sekolah yang bagus yang bisa bekerja sama dengan baik, pengasuh atau ART di rumah yang bisa membantu saat ayah bekerja, agar ayah bisa menjalankan segala perannya, termasuk membangun relasi dengan anak, agar anak tetap dapat tumbuh dengan mental yang baik,” tutup Fida.
Baca juga: Dampak Psikologis Anak Perempuan tanpa Sosok Ayah, dan Cara Mengatasinya
Cover: Freepik