banner-detik
ENTERTAINMENT

Pelajaran Hidup dari Serial Kotaro Lives Alone

author

Sisca Christina24 Aug 2021

Pelajaran Hidup dari Serial Kotaro Lives Alone

Serial Kotaro Lives Alone memberi pesan moral dari banyak perspektif, salah satunya parenting dari kaca mata seorang anak berusia 5 tahun.

Sebelumnya, saya mau spoiler alert dulu. Di dalam tulisan ini, mungkin saya harus reveal beberapa adegan atau jalan cerita serial satu season yang terdiri dari 10 episode ini.

Belum lama rilis di Netflix, Kotaro Lives Alone mengisahkan seorang bocah berusia 5 tahun yang harus tinggal sendirian tanpa orang tua. Oh bukan, ini bukan kisah hidup seorang bocah gelandangan. Sebaliknya, Kotaro Sato (Eito Kawahara) punya cukup uang (atau bisa disebut tunjangan) yang bisa menghidupinya dengan cukup layak. Setidaknya sandang, pangan, papannya amanlah. Bisa sekolah, pula.

Bukan gelandangan, bukan berarti tak terlantar. Ia punya asal usul orang tua yang dulunya baik-baik saja saja, namun singkat cerita, ia pada akhirnya harus hidup sendiri di usia kanak-kanak.

Serial yang terbilang ringan ini, dan berdurasi sekitar 20 menitan saja per episodenya, mengandung pesan yang amat dalam dari banyak perspektif. Berikut saya coba uraikan pesan moral yang bisa dipetik dari serial ini.

Pelajaran Hidup yang Bisa Dipetik dari Kotaro Lives Alone

Dari sisi anak-anak: pentingnya mengajarkan anak kemandirian dan keberanian sejak dini

Sejenak kita kesampingkan dulu beberapa hal-hal yang terlalu muluk di serial ini. Jujur di awal nonton mungkin kita bakal komentar: masa iya anak usia 5 tahun bisa tinggal sendirian (tak luntang-lantung?), pandai mengorganisir dirinya, tahu waktu kapan ia harus menonton TV, kapan ia harus mandi, dan seterusnya? Oh, jangan lupa, Kotaro sempat hidup di sebuah panti asuhan. Kebanyakan panti asuhan akan mengajarkan anak-anak untuk mandiri sebab kelak dewasa anak tersebut harus meninggalkan panti dan melanjutkan hidupnya sendiri. Kotaro terpaksa hidup sendiri di usia sangat muda, namun bisa melanjutkan hidup bagai orang dewasa. Tanpa kemandirian dan keberanian, tak mungkin Kotaro sanggup melakukan semuanya itu.

Di sisi lain, kemandirian dan keberanian Kotaro tumbuh dari pengalaman pahit saat keluarganya menjadi berantakan. Pesan terakhir ibunya yang begitu melekat di memorinya mampu membuatnya melanjutkan hidup dengan wajar.

Namun anak-anak tetaplah anak-anak. Walau sosok Kotaro ditampilkan kuat, berani, mandiri, teratur, dan dewasa, ia tetap punya rasa takut, rasa bersalah, cemas, merasa butuh perlindungan dan ingin ditemani dan disayang.

Dari sisi lingkungan atau persahabatan: rasa empati memperkuat hubungan

Usia tak menghalangi jalinan persahabatan antara anak TK dengan seorang artis manga Shin Karino (Yu Yokoyama) yang sudah dewasa. Malahan, kehadiran seorang anak TK bisa mempersatukan banyak orang dewasa lainnya yang awalnya tak saling kenal dan peduli dan cenderung individualis. Ingat, orang dewasa selalu dapat belajar dari seorang anak kecil, antara lain dari ketulusan dan kepolosan hati mereka. Pada akhirnya, seluruh penghuni apartemen Shimizu bisa saling memerhatikan, saling menjaga dan saling berempati satu sama lain. Hubungan persahabatan mereka pun semakin kuat.

Dari sisi orang tua: konflik orang tua bisa berdampak berat pada kondisi psikologis anak

Mommies nggak akan melihat semua ini dari awal episode. Kepiluan latar belakang hidup Kotaro ditampilkan secara perlahan-lahan. Terlepas dari ibu Kotaro yang mengalami KDRT atau pertengkaran hebat dengan ayah Kotaro, tetap keputusannya meninggalkan Kotaro adalah pilihan yang tak bertanggung jawab. Terlalu enteng, ibu Kotaro meninggalkannya hanya bermodal pesan: “hidup baik-baik dan wajar ya, Nak, walau ibu tidak ada.” Lalu clingggg: Kotaro benar2 menjalani hidupnya dengan wajar!

Akibat konflik orang tuanya, Kotaro menanggung beban psikologis yang amat berat. Ia dirundung perasaan bersalah telah menjebloskan ayahnya ke penjara. Ia juga hidup dalam bayang-bayang ketakutan untuk bertemu ayahnya, takut mengecewakan ayahnya lagi.

Hebatnya, tumbuh dari keluarga berantakan nggak lantas membuatnya berantakan juga. Dengan sisa-sisa apa yang ada padanya, ia mampu menyusun kepingan-kepingan hidupnya yang berantakan.

Too good to be true for a five-year-old kid? Well, we never know what life experience can turn a kid into!

Penasaran dengan keseluruhan ceritanya? Coba tonton serial yang juga ada unsur komedinya ini bareng anak di akhir pekan. Ceritakan juga pelajaran hidup dari Kotaro Lives Alone versi mommies di kolom komen, yaa!

Baca juga: Review Film Ali & Ratu Ratu Queens: Wajarkah Seorang Ibu Mengejar Mimpinya Sejauh Itu?

Gambar: Netflix

Share Article

author

Sisca Christina

Ibu dua anak yang berprofesi sebagai digital nomad, yang juga suka menulis. Punya prinsip: antara mengasuh anak, bekerja dan melakukan hobi, harus seimbang.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan