Keunikan karakter anak tunggal bikin mereka sulit dihadapi sebagai pasangan, tapi di saat yang bersamaan juga worth it buat diperjuangkan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa masa kecil membentuk siapa diri kita saat dewasa. Pola asuh orang tua, lingkungan, dan terutama jumlah saudara kandung turut memengaruhi cara kita menjalin hubungan. Anak tunggal — baik anak tunggal laki-laki maupun anak tunggal perempuan — tumbuh dalam dunia yang berbeda dibanding anak-anak yang memiliki saudara.
Karakter anak tunggal sebagai pasangan sering kali terasa unik. Di satu sisi, memiliki mereka sebagai pasangan adalah tantangan, namun di sisi lain, jika Mommies atau Daddies berhasil mengenali dan paham menghadapi karakter pasangan, itu bisa bikin bahagia.
Menjalin hubungan dengan anak tunggal memang membutuhkan kesabaran ekstra, namun juga membuka peluang untuk memiliki cinta sejati. Mereka bukan pasangan yang mudah, tapi saat anak tunggal mencintai istri atau suami mereka, mereka akan mencintai dengan sepenuh hati.
BACA JUGA: 10 Karakter Anak Bungsu sebagai Pasangan, Kenali Baik-baik, Ya!
Banyak orang mengira bahwa menjalin hubungan dengan anak tunggal berarti berurusan dengan manusia egois dan manja. Namun sebenarnya, karakter mereka jauh lebih kompleks dan menarik daripada sekadar label tersebut. Berikut adalah dua belas karakter khas yang dimiliki anak tunggal, yang patut diketahui jika Mommies atau Daddies sedang menjalin hubungan dengan anak tunggal, sebagai kekasih atau sebagai suami atau istri.
Anak tunggal tumbuh dalam lingkungan yang memungkinkan mereka nyaman berada sendirian. Dalam sebuah hubungan, ini bisa menjadi kelebihan sekaligus tantangan. Anak tunggal prempuan dan anak tunggal laki-laki tidak akan menuntut waktu bersama pasangannya secara berlebihan, tapi di saat yang sama, sikap mereka bisa terlihat seperti nggak butuh pasangannya. Jika Mommies atau Daddies adalah tipe yang membutuhkan kehadiran konstan dari pasangan, sudah pasti akan butuh penyesuaian yang nggak mudah.
Tanpa kehadiran saudara yang menjadi ‘teman belajar’ berbagi, anak tunggal tumbuh dengan perhatian penuh dari orang tuanya. Hal ini dapat menumbuhkan ego yang kuat. Tidak semua anak tunggal manja, tapi perhatian eksklusif itu secara alami membentuk cara pandang mereka terhadap dunia, bahwa segala sesuatu berpusat hanya pada dirinya.
Karena tidak punya saudara, anak tunggal biasanya memiliki kedekatan emosional yang berbeda dengan orang tuanya. Beberapa sangat dekat, bahkan bergantung secara emosional dalam jangka panjang. Hal ini kadang terbawa ke dalam pernikahan, di mana istri dan suami dari anak tunggal laki-laki dan anak tunggal perempuan merasa perlu ‘bersaing’ dengan orang tua pasangan mereka untuk mendapatkan perhatian.
Kemandirian adalah ciri khas anak tunggal. Sejak kecil mereka terbiasa mengurus diri sendiri, membuat keputusan, dan mengisi waktu tanpa perlu bergantung pada orang lain. Dalam pernikahan, karakter ini bisa sangat membantu, tapi juga bisa memicu konflik jika istri atau suami yang lahir sebagai anak tunggal terlalu keras mempertahankan pendapat mereka.
Tanpa pengalaman ‘beradu argumen’ dengan saudara-saudara kandung, banyak anak tunggal tumbuh menjadi pribadi yang lebih sensitif. Kritik, candaan tajam, atau sarkasme bisa terasa lebih menyakitkan bagi anak tunggal laki-laki dan perempuan dibandingkan bagi mereke yang terbiasa bertengkar kecil dengan saudara kandung.
Meski mandiri, anak tunggal tetap terbiasa mendapatkan perhatian dari orang tua. Kebiasaan ini bisa terbawa dalam hubungan romantis. Mereka mungkin tidak selalu menuntut secara verbal, tapi secara emosional, sebgai pasangan, anak tunggal membutuhkan validasi dan perhatian terus-menerus dari pasangannya. Ini menjadi tantangan tersendiri karena, di sisi lain, anak tunggal juga menghargai ruang pribadi.
Karakter anak tunggal sebagai pasangan sering digambarkan seperti ‘benteng tinggi’. Mereka butuh waktu lama untuk membuka diri dan mempercayai orang lain. Jika Mommies atau Daddies sedang menjalin hubungan dengan anak tunggal atau memiliki suami atau istri anak tunggal, bersabarlah. Ketika sudah mempercayai pasangannya, mereka akan sangat setia.
Ketika seorang anak tunggal jatuh cinta, ia akan mencintai dengan segenap jiwa. Cinta mereka tidak setengah-setengah. Mereka memilih dengan hati-hati siapa yang mereka izinkan masuk ke dalam dunia pribadinya. Sekali Mommies atau Daddies berhasil masuk, kalian akan mendapatkan kasih sayang dan kepercayaan penuh dari suami atau istri yang adalah anak tunggal dalam keluarganya. Kepercayaan adalah sesuatu yang sangat berharga dalam pernikahan.
Dalam hubungan, anak tunggal laki-laki dan anak tunggal perempuan bisa bersikap posesif. Mereka terbiasa memiliki sesuatu secara eksklusif — perhatian, kasih sayang, bahkan waktu. Ini bisa membuat mereka tampak ‘terlalu menuntut’ jika suami atau istri mereka sangat senang ngumpul bareng teman-teman. Apa pun bisa dibicarakan kok, yang penting suami dan istri wajib tahu prioritas utama mereka adalah pasangannya. Titik.
Jangan panik jika pasangan Mommies atau Daddies yang anak tunggal tiba-tiba ingin ‘me time’. Itu bukan berarti mereka tidak mencintai suami atau istri mereka. Justru sebaliknya, mereka butuh menyendiri untuk mengisi ulang energi emosional. Memahami kebutuhan ini bisa membuat hubungan dalam pernikahan lebih sehat dan harmonis.
Tanpa saudara untuk diajak berbagi tanggung jawab, anak tunggal tumbuh dengan kebiasaan memikul atau menolak kesalahan sendiri. Hal ini bisa membuat mereka tampak keras kepala dan sulit mengalah dalam konflik. Dalam pernikahan, penting untuk membangun komunikasi terbuka agar suami atau istri yang adalah anak tunggal dapat belajar bahwa mengakui kesalahan bukanlah kelemahan.
Studi menunjukkan bahwa anak tunggal cenderung kurang terlatih dalam menyelesaikan konflik, karena mereka tidak terbiasa menghadapi perbedaan pendapat sehari-hari. Akibatnya, kompromi bisa menjadi tantangan dalam hubungan pernikahan. Namun, dengan empati dan latihan komunikasi yang baik, hambatan ini bisa kok diatasi.
Menjadi pasangan dari anak tunggal — baik itu suami maupun istri — bukanlah hal yang mudah. Tapi justru karena tantangan itulah, hubungan yang dibangun bisa jauh lebih kuat dan dalam. Mommies atau Daddies akan menjadi bagian dari lingkaran eksklusif yang sangat dijaga oleh pasangan.
Fakta menarik lainnya, banyak pernikahan dengan anak tunggal terbukti awet karena mereka menghargai komitmen, menghormati batasan pribadi, dan benar-benar memaknai cinta. Namun tentu saja, hubungan sehat memerlukan kerja sama dari dua belah pihak. Mommies atau Daddies perlu belajar memahami dan menghargai proses terbentuknya karakter pasangan yang lahir sebagai anak tunggal.
BACA JUGA: Waspada! 10 Ciri Financial Red Flag dari Pasangan, Serta Solusinya
Cover: cookie_studio on Freepik