banner-detik
SEX & RELATIONSHIP

Silent Divorce: Musuh Tak Terlihat dalam Pernikahan, Tanda-tanda dan Cara Mencegah

Silent Divorce: Musuh Tak Terlihat dalam Pernikahan, Tanda-tanda dan Cara Mencegah

Tak banyak pasangan yang bisa menyadari perceraian biasanya diawali dengan tanda-tanda samar terjadinya silent divorce. Apa itu?

Pernikahan idealnya menjadi hubungan yang penuh dengan cinta, komunikasi yang sehat, saling pengertian. Till death do us part. Namun, tidak semua pernikahan berjalan mulus. Salah satu fenomena yang sering luput dari perhatian adalah silent divorce. Berbeda dengan perceraian konvensional yang penuh dengan pertengkaran dan emosi meluap, silent divorce terjadi secara perlahan dan tidak terlihat oleh orang lain, meskipun dampaknya sangat nyata bagi pasangan yang mengalaminya.

Apa Itu Silent Divorce?

Silent divorce atau sering disebut juga invisible divorce merujuk pada kondisi di mana pasangan suami istri masih secara hukum terikat dalam pernikahan tetapi secara emosional dan fisik telah terpisah. Mereka menjalani kehidupan masing-masing di bawah topeng hubungan yang tampak normal.

Menurut Jacklyn Gulotta, L.H.M.C., seorang konselor kesehatan mental di Maitland, Florida, “Ketika Anda berada dalam hubungan ini, Anda mungkin menyadari adanya pergeseran dalam koneksi. Anda dan pasangan mungkin merasa terputus secara emosional, merasa kesepian, dan jarang menghabiskan waktu bersama.”

Dengan kata lain, silent divorce adalah bentuk perceraian emosional di mana pasangan kehilangan kedekatan dan rasa memiliki satu sama lain, meskipun masih hidup di bawah atap yang sama. Fenomena ini dapat berlangsung bertahun-tahun tanpa disadari hingga akhirnya hubungan pernikahan benar-benar hancur.

Mengapa Silent Divorce Bisa Terjadi?

Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya silent divorce. Di antaranya adalah:

1. Kesibukan yang berlebihan

Jadwal yang padat dan kesibukan dengan pekerjaan atau tanggung jawab lain sering kali menyebabkan pasangan suami istri kehilangan waktu berkualitas bersama. Tanpa adanya interaksi yang bermakna, hubungan menjadi kering dan berjarak.

2. Kurangnya komunikasi yang efektif

Ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaan dan kebutuhan secara jujur bisa menyebabkan kesalahpahaman yang berlarut-larut. Lama-kelamaan, pasangan suami istri akan berhenti mencoba berkomunikasi sama sekali.

3. Harapan yang tidak terpenuhi

Ketika ekspektasi terhadap pasangan tidak sesuai dengan kenyataan, perasaan frustrasi dan kecewa mulai muncul. Jika tidak diatasi, ini bisa menyebabkan rasa putus asa terhadap hubungan pernikahan.

4. Masalah yang tidak terselesaikan

Konflik yang tidak pernah benar-benar diselesaikan dapat membangun rasa dendam dan kebencian yang tersembunyi. Ini menciptakan jarak yang semakin jauh dan jurang emosional yang semakin dalam seiring waktu.

5. Kurangnya keintiman fisik dan emosional

Keintiman adalah aspek penting dalam hubungan pernikahan. Jika hubungan fisik dan emosional memudar, pasangan suami istri akan merasa kesepian meskipun secara fisik masih bersama.

BACA JUGA: 12 Cara Menjadi Pasangan yang Baik Setelah Punya Anak, Hubungan Tetap Romantis

10 Tanda Kita Mengalami Silent Divorce

Silent divorce adalah kondisi yang bisa terjadi pada perkawinan mana pun jika hubungan pernikahan dibiarkan tanpa perhatian dan komunikasi yang cukup. Dengan mengenali tanda-tanda awal dan mengambil langkah-langkah preventif, Mommies dapat mencegah hubungan pernikahan mengalami kehampaan emosional ini.

Kristin Davin, Psy.D., seorang terapis hubungan di New York City, menegaskan bahwa ada tanda-tanda yang dapat dikenali sebelum silent divorce terjadi. Berikut beberapa tanda utama yang menunjukkan bahwa pernikahan Mommies mungkin berada di ambang silent divorce:

1. Kurangnya komunikasi

Komunikasi adalah fondasi utama dalam hubungan pernikahan. Ketika percakapan yang dulu penuh dengan impian bersama berubah menjadi sekadar membahas tugas sehari-hari atau bahkan tidak ada komunikasi sama sekali, ini bisa menjadi tanda utama. Dr. Ridha Rouabhia dari Karabuk University, Turkiye menyebutkan bahwa kekurangan komunikasi dapat menciptakan jarak emosional yang memicu perceraian emosional.

2. Tidak ada penyelesaian konflik

Dalam pernikahan yang sehat, konflik diselesaikan dengan komunikasi terbuka. Sebaliknya, dalam silent divorce, pasangan cenderung menghindari konflik. Ketika masalah terus dibiarkan tanpa penyelesaian, ini menunjukkan bahwa hubungan tidak lagi menjadi prioritas.

3. Jarak fisik dan emosional

Menurunnya keintiman fisik dan emosional adalah tanda jelas lainnya. Hubungan menjadi dingin, di mana pasangan merasa seperti sekadar berbagi ruang dengan teman sekamar, bukan sebagai pasangan hidup.

4. Menghindari keintiman

Tidak hanya dalam hubungan fisik, keintiman emosional pun memudar. Momen-momen mesra seperti pelukan atau ciuman menjadi jarang. Kehilangan keintiman ini mencerminkan adanya keterputusan emosional yang mendalam.

5. Perubahan perilaku

Salah satu tanda lainnya adalah perubahan dalam rutinitas sehari-hari. Salah satu pasangan mungkin mulai menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah atau fokus pada aktivitas pribadi yang tidak melibatkan pasangan.

Foto: Freepik

6. Tidur di kamar terpisah

Ketika pasangan mulai tidur atau tinggal di kamar terpisah, ini adalah indikator kuat adanya jarak emosional yang signifikan.

7. Bertahan karena alasan hukum atau finansial

Beberapa pasangan memilih tetap bertahan dalam pernikahan yang mulai karam karena alasan keuangan, tunjangan asuransi, atau menjaga reputasi di depan masyarakat meskipun secara emosional mereka sudah berpisah.

8. Perubahan prioritas

Pasangan tidak lagi menjadi prioritas satu sama lain. Energi dan perhatian lebih banyak dicurahkan pada pekerjaan, anak-anak, atau kegiatan lain di luar hubungan pernikahan.

9. Hilangnya rasa hormat

Fondasi rasa hormat yang saling menghargai menjadi rapuh atau bahkan menghilang sepenuhnya. Kritik tajam atau sarkasme menjadi hal yang biasa.

10. Adanya dendam yang tidak terucap

Menurut Lisa Rabinowitz, seorang konselor berlisensi, dendam yang tidak terselesaikan menjadi salah satu tanda silent divorce. Ketidakseimbangan dalam tanggung jawab rumah tangga, kurangnya pengampunan, dan emosi yang terpendam sering kali memperburuk situasi.

Cara Mencegah Silent Divorce dan Memperkuat Pernikahan

Ingatlah bahwa kunci memperkuat pernikahan terletak pada komunikasi terbuka, saling menghargai, dan kesediaan untuk bekerja sama membangun masa depan bersama.

Meskipun silent divorce bisa terjadi tanpa disadari, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegahnya dan memperkuat hubungan pernikahan:

1. Berada di lingkungan hbungan yang sehat

Dikelilingi oleh pasangan-pasangan lain yang memiliki hubungan sehat dapat memberikan inspirasi positif. Melihat contoh nyata dari pernikahan yang bahagia dapat menjadi motivasi untuk memperbaiki hubungan pernikahan Mommies sendiri.

2. Belajar berkompromi

Pernikahan yang bahagia membutuhkan kompromi dari kedua belah pihak. Mulailah dari hal-hal kecil dan perlahan-lahan bangun kembali rasa kebersamaan.

3. Prioritaskan pernikahan kita

Hubungan pernikahan harus menjadi prioritas utama di atas pekerjaan atau tanggung jawab lainnya.

4. Bersikap lebih sabar dan hindari terlalu kritis

Hindari komentar menyakitkan, kritik berlebihan, atau sindiran sarkastik.

5. Cari bantuan profesional

Jika hubungan pernikahan Mommies mengalami tanda-tanda silent divorce, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari terapis pernikahan.

BACA JUGA: Perasaan Cinta pada Pasangan Mulai Berubah Setelah Menikah, Wajar?

Cover: Freepik

Share Article

author

Fannya Gita Alamanda

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan