Berteman baik dengan mantan suami atau mantan istri perlu dilakukan demi kebaikan anak. Ini beberapa tips menjaga hubungan baik yang bisa dilakukan.
Begitu palu diketuk dan pernikahan berakhir, semua berubah. Hubungan antara Mommies dan mantan pasangan tidak akan pernah sama lagi.
Ada begitu banyak emosi yang terlibat dalam proses perceraian seperti getir, marah, kesal, patah hati, dikhianati, merasa bersalah, atau dendam. Karena saling mengenal dengan baik, mantan suami istri jadi tahu caranya membuat mantan pasangan mereka terluka. Ini yang bikin mereka berlomba saling menyakiti.
Namun bukan berarti mantan suami istri tidak bisa memiliki hubungan yang baik dan saling menghormati. Terutama jika ada anak-anak yang menjadi tanggung jawab kalian berdua.
Masing-masing dari Mommies dan mantan suami atau Daddies dan mantan istri berhak bahagia. Tapi jangan lupa, ada pihak ketiga yang juga SANGAT berhak bahagia: anak-anak. Jika kebahagiaan mereka penting, mantan suami istri akan bekerja sama, mati-matian mengupayakan menjaga hubungan yang baik. Berusahalah menciptakan suasana di mana anak-anak dapat tumbuh dan berkembang, merasa kuat dan aman secara emosional.
Menjaga hubungan yang baik dengan mantan suami atau mantan istri harusnya juga menjadi tujuan demi kesejahteraan emosional diri sendiri. Logikanya, konflik menciptakan stres. Dan stres buruk bagi kesehatan, pekerjaan, dan hubungan dengan orang-orang lain.
Jika memiliki anak bersama, maka antar mantan suami istri akan menghadapi banyak situasi di mana keputusan-keputusan perlu diambil bersama. Bisa soal sekolah, pilihan minat dan pendidikan anak, masalah kesehatan, dan mungkin masalah perilaku anak.
Mampu menangani setiap situasi tanpa konflik tidak hanya akan mengurangi stres, tetapi juga akan memberi pesan yang jelas kepada anak-anak bahwa orang tua mereka bisa kompak, tidak dapat diadu domba, dan satu pendapat kalau demi kebaikan mereka.
BACA JUGA: 10 Penyebab Hubungan dengan Mantan Pasangan Memburuk Setelah Bercerai
Memiliki hubungan baik dengan mantan mungkin rumit, tetapi bukan berarti mustahil. Berikut beberapa tips menjaga hubungan baik antar mantan suami istri dari Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog, Psikolog Klinis Keluarga agar kita bisa punya hubungan yang tenang dengan mantan suami atau istri.
Sebetulnya penting ada persiapan perceraian yang baik. Isi persiapan misalnya memperjelas batasan-batasan, memperjelas pelaksanaan tanggung jawab setelah bercerai, pembagian tugas yang disepakati, bagaimana pengambilan keputusan apabila ada kedaruratan (misalnya apa yang harus dilakukan jika anak sakit), dan lain lain
Dengan penuh kedewasaan, bertemulah bersama untuk memperbaiki hubungan dan membuat kesepakatan-kesepakatan baru.
Minta bantuan orang lain yang bisa dipercaya dan bisa membantu untuk dapat menengahi pembuatan kesepakatan, sekaligus menjaga agar kesepakatan dapat berjalan.
Jika menghina mantan suami atau istri, apakah akan membuat situasi lebih baik? Ingat, anak-anak adalah perpaduan dari diri kita dan mantan pasangan. Menghina mantan istri atau suami berarti juga merendahkan anak-anak. Setiap kali mantan bikin naik darah, ingatlah bahwa kebahagiaan anak-anak di atas segalanya.
Anak-anak perlu melihat dan merasakan bahwa meski orang tuanya sudah tidak bersama lagi, namun tetap saling peduli. Hal ini akan bikin anak-anak merasa aman, dan ya, mereka PERLU merasa aman di situasi yang baru ini.
Perjalanan orang tua melalui perceraian jauh berbeda dengan apa yang dialami anak. Tugas mantan suami istri adalah membantu anak-anak menjalani dan melewati masa-masa sulit ini dengan baik. Sering-sering bicara dari hati ke hati. Tanyakan perasaan dan pendapat mereka. Jangan balik marah jika mereka marah dan kecewa. Dengarkan! Tanyakan apa yang mereka butuhkan dari Mommies dan Daddies untuk membantu mereka tetap kuat meski berat.
Salah satu hal terpenting yang perlu diingat adalah menjaga komunikasi tetap sehat. Itu berarti merespek mantan pasangan meskipun dia tidak melakukan hal yang sama. Jangan gampang tersinggung. Cobalah untuk menjaga percakapan tetap positif dan konstruktif. Meskipun sudah tidak lagi saling peduli, penting bagi kedua belah pihak untuk tetap tenang saat berdiskusi mengenai masalah pengasuhan anak atau keputusan keuangan. Ketika emosi mulai memuncak, sebaiknya tinggalkan percakapan dan kembali lagi saat sudah tenang.
Terlepas dari usia mereka dan betapa dewasanya mereka, mereka masih anak-anak! Mereka tidak memahami apa yang sedang dialami orang tua mereka dan mereka juga tidak seharusnya tahu, apalagi harus memahami masalah kalian. Carilah dukungan orang dewasa lain yang dapat membantu kalian.
Saling memaafkan itu penting banget, apalagi ketika masih punya tanggung jawab bersama. Bagaimanapun, berbagi tugas untuk tanggung jawab bersama itu lebih nyaman dilakukan ketika hubungan cukup baik, bukan hubungan yang penuh kemarahan dan permusuhan.
Ini sangat nggak mudah. Sudah bawaan kita gampang mengingat dosa orang lain. Tapi terus mengingat dan mengungkitnya tidak akan membantu kalian berdua bertumbuh menjadi manusia baru yang lebih baik. Jika dibahas sebagai sarana melakukan perenungan dan introspeksi, okelah. Harus malah. Tapi kalau hanya untuk saling menyakiti, lupakan!
Saat berurusan dengan mantan suami atau istri, penting untuk bersikap fleksibel. Jangan terlalu kaku soal waktu dan rencana (baik yang melibatkan liburan atau waktu mengasuh anak). Sebaliknya, pastikan bahwa setiap orang memberikan masukan mengenai bagaimana segala sesuatunya dilakukan dan dapat berjalan lancar serta aman. Bersikap terbuka akan membantu mantan suami istri menjadi kompak, saling menghormati, dan peduli kebutuhan masing-masing.
Saat menetapkan batasan, penting untuk memikirkan apa yang terbaik bagi semua pihak yang terlibat. Terutama anak-anak. Kuncinya adalah menghormati kebutuhan satu sama lain sambil menjaga komunikasi. Hal ini mencakup menetapkan topik obrolan yang sesuai (misalnya menghindari topik sensitif seperti keuangan atau hubungan masa lalu) dan menyepakati seberapa sering akan saling berkomunikasi (misalnya mengirim pesan seminggu sekali).
Jika anak-anak ingin menghabiskan waktu bersama ayah dan ibu mereka, penting juga untuk menetapkan batasan waktu bersama mantan pasangan. Apalagi jika sekarang masing-masing sudah memiliki pasangan baru.
Stres usai perceraian adalah hal yang wajar. Maka dari itu, meluangkan waktu untuk diri sendiri sangat diperlukan, lebih dari sebelumnya! Merawat diri sendiri juga akan memberi energi yang dibutuhkan untuk tetap bersabar selama momen sulit menghadapi mantan pasangan.
BACA JUGA: Perhatikan Syarat dan Cara Rujuk Ini Sebelum Balikan dengan Mantan!
Psikolog Nina mengingatkan, jika ternyata Mommies atau Daddies sama-sama nggak ingin memperbaiki hubungan, kalian harus konsekuen dengan keputusan tersebut. Jadilah individu dewasa yang betul-betul mengusahakan agar dapat menjalani semua tanggung jawab tanpa minta bantuan pasangan, tanpa mengeluh, tanpa memberikan dampak buruk kepada anak atau dirinya sendiri atau orang lain. Pilihan ini adalah yang paling berat dan paling rentan menimbulkan masalah di kemudian hari, terutama untuk anak.
Semoga tips menjaga hubungan baik dengan mantan suami atau mantan istri di atas bermanfaat, ya!
Cover: cottonbro studio on Pexels