Sorry, we couldn't find any article matching ''
Perlu Introspeksi, Ini Tanda Anda adalah Menantu Sangat Menyebalkan
Jika berpikir di dunia ini hanya menantu yang bisa teraniaya, Anda salah. Faktanya, mertua juga bisa menjadi korban sikap sengit dan mulut pedas menantu yang menyebalkan.
Di awal pernikahan, banyak menantu perempuan berjuang untuk memiliki hubungan yang manis dengan keluarga suami, teristimewa dengan ayah dan ibu mertua. Sikap dan ucapan sangat ditata dan dijaga.
Namun waktu berjalan, nggak sedikit pula menantu yang kemudian menunjukkan sifat aslinya. Merasa cinta suami sudah dalam genggaman, kalau dulu sabar, sekarang sedikit-sedikit menantu gampang banget mengeluarkan kata-kata sinis yang dibalut dengan senyum manis, bahkan mulai berupaya menjauhkan suami dari keluarganya.
Ini tidak baik. Kenali 10 tanda di bawah ini. Jika Anda ternyata menunjukan salah satu saja, segera perbaiki diri. Mengapa? Karena membangun pernikahan yang awet dan bahagia nggak cukup cuma mengandalkan cinta Anda dan suami.
Harus ada respek dan kasih sayang dari SELURUH anggota keluarga. Terutama tentu saja dari Anda, si anggota baru dalam keluarga suami. Alasan lainnya adalah karena salah satu kebahagiaan suami tercinta adalah jika dia tahu bahwa Anda dan keluarga intinya akur, kompak, saling menghormati, dan menyayangi.
BACA JUGA: 13 Tanda Mertua Bukan Penggemar Berat Anda dan Cara Mengatasinya!
10 Tanda Anda adalah Menantu Menyebalkan
Yuk, perhatikan tanda-tandanya di bawah ini!
1. Semua hal ingin Anda atur
Menantu menyebalkan cenderung melakukan kontrol berlebihan atas segala hal yang berlangsung di dalam keluarga. Cara lain yang Anda lakukan adalah dengan mendominasi dan mengabaikan pendapat dan otonomi pribadi mertua.
2. Bersikap manipulatif
Anda sering bersikap manipulatif untuk mencapai hasil yang Anda inginkan. Sikap ini bentuknya dapat berbeda-beda tapi dengan hasil yang sama, yaitu menghancurkan hubungan, mengikis kepercayaan, dan menciptakan ketegangan di dalam kehidupan keluarga.
Beberapa tanda tindakan manipulatif yang Anda lakukan bisa berupa sikap pasif-agresif (tindakan kasar yang dilakukan dengan halus), misalnya, memberikan silent treatment, memberikan pujian yang tidak sopan, melontarkan ucapan sarkastik, dan dengan sengaja membuat orang lain merasa bertanggung jawab atas situasi tertentu yang sebenarnya bukan kesalahan mereka. Anda juga memanipulasi secara emosional dengan memaksa secara halus agar orang lain menuruti keinginan Anda.
3. Selalu mengkritik anggota keluarga suami
Anda sering mengkritik dan tidak menghargai cara ibu mertua atau saudara ipar mengasuh cucu atau anak-anak mereka. Sikap ini akan membuat mertua dan saudara ipar jadi mempertanyakan keterampilan mereka dalam hal mengasuh anak dan perlahan menghilangkan kebahagiaan mereka.
Selain itu, kritik terus-menerus berpengaruh terhadap kesejahteraan mental dan emosi seluruh anggota keluarga, dan menciptakan ketegangan.
4. Tidak menghargai ruang pribadi mereka
Anda secara sengaja mengabaikan batasan pribadi, misalnya dengan ikut campur urusan rumah tangga ipar dan mertua tanpa diminta dan melanggar privasi mereka. Sikap itu bisa memicu pertengkaran di dalam rumah tangga orang lain.
5. Mengisolir suami dari keluarganya
Anda menggunakan berbagai strategi untuk mengisolasi suami dari support system-nya, yaitu keluarganya. Anda mengecilkan makna pentingnya keluarga yang guyub dan hangat. Perilaku ini adalah taktik manipulasi yang bertujuan membuat suami jauh dari keluarganya.
Akan lebih buruk lagi jika Anda bahkan mencoba menabur benih perselisihan di dalam keluarganya, menciptakan keretakan, dan merusak hubungan suami dengan orang tua dan kerabatnya yang lain. Dalam kasus yang lebih ekstrim, Anda juga mencoba memutuskan hubungan suami dengan teman-temannya sehingga sulit mendapatkan dukungan emosional selain dari Anda.
6. Melakukan permusuhan terbuka
Sikap bermusuhan secara terang-terangan yang Anda tunjukkan berarti ada masalah yang mengakar dalam hubungan Anda dan mertua. Mungkin ada konflik yang belum terselesaikan atau kebencian yang mendalam antara Anda dan keluarga suami. Anda menyimpan kekesalan yang belum terselesaikan sehingga menunjukkan tindakan negatif terhadap mertua.
Permusuhan terbuka sering kali melibatkan pola perilaku yang tidak sopan, sengaja menciptakan konflik dan mendominasi, sering ngajak bertengkar, ucapan yang meremehkan, melecehkan, dan tindakan pasif-agresif.
7. Sering keberatan jika mertua ingin berkunjung
Anda sangat mengontrol waktu bertemu mertua Anda dengan cucunya? Fix, Anda menantu yang menyebalkan. Anda mencoba mengatur frekuensi dan durasi kunjungan mertua yang kangen sama putra dan cucu mereka, memaksakan jadwal yang tidak fleksibel sehingga mertua sulit datang berkunjung sewaktu-waktu.
Ini tidak hanya akan berdampak pada kakek dan nenek tetapi juga pada anak Anda sendiri. Menghalangi pertemuan anak-anak dengan kakek-nenek mereka berarti Anda membuat anak-anak kehilangan cinta dan dukungan dari kakek dan nenek mereka, yang dapat memengaruhi perkembangan dan pemahaman anak-anak tentang keluarga yang hangat dan penuh cinta.
Ikatan keluarga yang sehat meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan, jika Anda menghancurkan hubungan ini, berarti Anda memecah belah keluarga.
8. Bersikap sangat tidak sopan
Rasa hormat adalah dasar dari hubungan yang sehat, dan tanpa rasa hormat sebuah hubungan adalah hubungan yang toxic. Jika Anda secara konsisten menunjukkan sikap kurang ajar bahkan secara halus, mengabaikan pendapat mertua Anda, atau meremehkan pengalaman hidup mertua, Anda adalah menantu yang menyebalkan.
Kurangnya rasa hormat tidak hanya mengikis kepercayaan dan komunikasi yang baik dalam lingkungan keluarga, juga menimbulkan kebencian dan permusuhan, ketegangan yang meningkat, dan putusnya ikatan keluarga.
9. Memicu konflik yang terus-menerus
Anda sering mendapatkan kepuasan dari menciptakan kekacauan dan drama, secara aktif dan sengaja mencari kesempatan untuk memprovokasi pertengkaran dan memicu perselisihan. Anda menyimpan dendam, memelihara kebencian, atau menggunakan taktik pasif-agresif untuk memperburuk situasi. Konflik yang terus-menerus ini menyebabkan ketegangan dan perselisihan keluarga.
Kecenderungan Anda terhadap konflik dapat berasal dari beberapa faktor, seperti kebutuhan untuk mengontrol, masalah pribadi yang belum terselesaikan, atau keinginan untuk menegaskan dominasi dalam keluarga.
Terlepas dari alasan yang mendasarinya, adanya perselisihan yang terus-menerus berdampak pada seluruh keluarga, menciptakan lingkungan yang tegang dan permusuhan sehingga sulit mewujudkan komunikasi dan koneksi yang tulus.
10. Setiap kali terjadi masalah, Anda tak berniat memperbaiki keadaan
Saat dihadapkan dengan konflik atau masalah, manusia normal akan berupaya mencari solusi agar minimal, masalah yang sama tidak terulang lagi. Namun jika Anda adalah menantu perempuan yang toxic, Anda akan bersikap keras kepala dan sok paling benar sehingga menolak mencari solusi, terlibat dalam percakapan yang positif, memaafkan dan bersikap hangat.
Keengganan untuk mencari penyelesaian seringkali berasal dari kesombongan, rasa insecure tak beralasan, atau keinginan untuk mendominasi pasangan Anda.
—
Mengatasi semua masalah di atas membutuhkan kemauan dari semua pihak yang terlibat untuk berkomunikasi secara terbuka, memahami perspektif satu sama lain, dan ada usaha untuk menemukan solusi, sehingga keadaan di dalam keluarga bisa damai dan harmonis.
Anda dan ibu mertua perlu saling mendengarkan, menghargai sudut pandang masing-masing, dan memvalidasi perasaan satu sama lain. Jika perlu, setelah pembicaraan baik-baik dilakukan, Anda berdua boleh, kok, menetapkan batasan-batasan pribadi, asal tidak berlebihan. Batasan dibuat untuk menjaga perdamaian dan menghargai privasi satu sama lain, bukan untuk saling mengasingkan diri.
BACA JUGA: Menurut Psikolog, Ini 7 Cara Mudah Menghadapi Mertua yang Menyebalkan!
Cover: Freepik
Share Article
COMMENTS