Apa sih sebenarnya yang bikin acara keluarga bisa menjadi momok menakutkan bagi kebanyakan orang (baca: Istri)? Banyak yang terusik secara mental dan bersumpah nggak mau datang lagi. Apa yang bisa suami lakukan?
Mendekati momen hari raya dan libur panjang, pasti disertai acara ngumpul bersama keluarga besar, yang masih diikuti juga nantinya dengan acara ramah tamah. Banyak yang menanti-nantikan momen ini. Wajarnya memang acara kumpul keluarga termasuk pergi liburan dengan keluarga besar menjadi kesempatan untuk menghabiskan waktu berkualitas, mensyukuri berkat yang telah kita terima, dan merayakan indahnya hidup. Tapi, ironisnya, kumpul-kumpul keluarga juga dapat menciptakan stres, kecemasan, dan konflik.
Bahkan bagi mereka yang ‘serba ada’ alias pasangan (suami/istri) punya, karier di kantor menjanjikan, anak sudah dua, harta berlimpah, tetap nggak kebal dari kritik dan pertanyaan-pertanyaan menghakimi, seolah-olah yang nanya hidupnya sudah paling beres sedunia.
Jadi, bisa dibayangkan betapa lebih ngenesnya nasib para jomblowan dan jomblowati, baik yang memang sudah usaha keras tapi belum kunjung dapet jodoh apalagi para lajang yang memang nggak berniat menikah dan tak hendak memiliki anak. Bagaimana dengan pasangan yang sudah menikah tapi nggak berencana punya keturunan? Habislah!
BACA JUGA: Bagaimana Menantu Idaman Para Mertua? Ini Jawabannya
Nah, biasanya yang sering kebagian apes dibombardir pertanyaan oleh para om, tante, mertua, pakde-bude, keluarga jauh, dan keluarga jauh banget adalah kaum istri. Entah kenapa, orang-orang kepo dan sok maha tahu ini lebih senang mencecar para istri.
Di sinilah support suami sangat dibutuhkan. Alih-alih pura-pura tuli, pergi menjauh dan meninggalkan istri menghadapi pertempuran sendirian, atau malah ikut-ikutan menyerang, hadirlah untuknya.
Istri nggak butuh dibela mati-matian sampai-sampai Anda harus terlibat baku hantam dengan anggota keluarga yang lain.
Dia hanya perlu Anda ada untuknya. Memahami kekhawatirannya, tahu kapan Anda harus bicara, sesekali membantunya menjawab pertanyaan-pertanyaan bernada menghakimi, dan paham kapan Anda hanya perlu menunjukkan dukungan penuh dengan merangkul bahu atau memeluk pinggangnya.
Namun, para istri juga perlu paham, Anda adalah wanita dewasa. Anda nggak bisa selalu bergantung penuh terhadap suami, terutama saat harus menghadapi komentar tajam dan kejam dari para anggota keluarga, yang kalau ngomong seringkali nggak disaring.
Suami nggak seharusnya juga terus-menerus berdiri di samping Anda, mewakili Anda menjawab semua pertanyaan menohok, memastikan Anda tak tersentuh. Akan ada saatnya, Anda harus mandiri. FYI, Mommies, seringkali, yang bikin kita kuat itu justru ketika kita memaksa diri menghadapi dan mengatasi sendiri situasi-situasi sulit, bukan menghindarinya.
Oke, karena Anda adalah suami dan istri, maka kalian harus kompak. Pastikan kalian berada di tim yang sama. Ini artinya, kalian berdua paham kalau anggota tim selalu saling support. Ibarat pergi ke medan perang, seorang prajurit nggak boleh berangkat dengan tangan kosong dan tanpa taktik. kalian bisa pulang dengan selamat apabila sudah mempersiapkan diri menghadapi kondisi-kondisi kurang menyenangkan di sana.
Istri perlu bicara terbuka kepada suami mengenai perasaan khawatirnya dan suami perlu mendengarkan. Ini mungkin masalah kecil, tapi ingat ya, banyak masalah besar muncul akibat dari kita mengabaikan atau terlalu menganggap remeh masalah-masalah kecil. Tak perlu juga menganggap masalah ini seperti persoalan hidup dan mati karena faktanya memang tidak. Hadapi dan atasi sesuai porsinya, berfokuslah pada cara-cara untuk mengurangi situasi buruk yang mungkin bisa timbul.
Anda berdua harus menciptakan “kode kabur” jika keadaan menjadi kurang menyenangkan. Meskipun Anda mungkin tergoda untuk nggak berangkat, memiliki rencana akan membuat acara keluarga menjadi nggak terlalu mengerikan. Buat “kata aman” dengan pasangan yang akan kalian gunakan jika merasa sudah waktunya mengakhiri percakapan dengan sopan atau meninggalkan acara.
Tentu saja, jika semua perlengkapan perang dan strategi ternyata tak dapat digunakan, Anda perlu menyiapkan backup plan: lawan!
Siapkan jawaban cepat dan cerdas jika seseorang terus mencecar tentang status perkawinan, rencana punya anak, kenaikan jabatan, dan topik sensitif lain yang sebenarnya bukan urusan dia dan Anda nggak punya kewajiban untuk menjelaskan. Katakan dengan tegas, santai, dan berlalulah dengan keanggunan ala Miss Universe.
Jika emosi nggak mudah terpancing dan Anda terlihat tangguh tanpa perlu merendahkan orang lain, para juliters tahu nggak ada gunanya mengusik Anda.
Sebagai pengingat, belajarlah untuk fokus pada hal-hal positif dan jangan terpengaruh dengan tindakan dan ucapan negatif orang lain. Kita bertanggung jawab atas kebahagiaan kita sendiri, Mommies.
BACA JUGA: 10 Tipe Mertua, yang Mana Mertua Anda?
Cover: Freepik