Merasa kita terjebak di dalam hubungan toksik dan abusive namun merasa sulit untuk lepas? Cari tahu penyebabnya yuk supaya kita bisa mencari bantuan.
“ Kenapa sih nggak ditinggal aja? Masa begitu kok harus diajarin!”
“ Jangan bodoh ah jadi orang, masa pasangan udah toksik begitu kok tetap stay?”
“ Duh, kalau gue, nggak bakalan sih mau bertahan, apalagi pasangan sudah abusive!”
Seberapa sering mendengar orang berbicara seperti ini kepada kita? Si korban yang terjebak di dalam hubungan toksik. Korban yang sering dianggap bodoh karena memilih bertahan. Bisa jadi orang-orang itu nggak mengerti kalau kita juga ingin kok lepas dari hubungan toksik.
Buat kalian yang merasa sedang berada di dalam hubungan yang tidak sehat atau punya kenalan yang menjadi korban, mari cari tahu apa saja penyebab yang membuat seseorang bertahan di dalam hubungan toksik.
Baca juga: Ini Tanda Kamu Terjebak di Dalam Hubungan yang Toxic
• Menganggap diri kurang berharga
Sulit bagi mereka yang berada dalam hubungan yang abusive dan toksik untuk meninggalkan pasangan mereka setelah terus-menerus dibuat merasa tidak berharga dan seperti tidak ada pilihan yang lebih baik untuk diri sendiri.
• Berharap pasangan mau berubah
Banyak orang dalam hubungan yang abusive dan toksik tetap bertahan karena mereka berpikir bahwa segalanya akan berubah. Mereka menganggap perilaku pasangannya disebabkan oleh masa-masa sulit atau merasa mereka dapat mengubah pasangannya.
• Takut ditinggalkan dan kesepian
Bagi banyak individu yang tetap berada dalam hubungan beracun itu karena bagi mereka hubungan yang buruk lebih baik daripada tidak memiliki hubungan sama sekali.
• Malu bila menyudahi hubungan
Ada tekanan luar biasa untuk seseorang memiliki keluarga harmonis. Beberapa budaya dan media sosial kerap menonjolkan tekanan ini. Orang-orang dalam hubungan yang abusive sering merasa malu untuk mengakui bahwa pasangannya kasar karena takut dihakimi, disalahkan, dikucilkan, dikasihani, atau dipandang rendah.
• Terbiasa ada dalam relasi tidak sehat (relasi di keluarga dan orang tua)
Jika seseorang tumbuh di lingkungan di mana pelecehan adalah hal biasa, mereka mungkin tidak tahu seperti apa hubungan yang sehat itu. Mereka tidak punya contoh tentang relasi yang sehat. Akibatnya, mereka mungkin tidak menyadari bahwa perilaku kasar pasangannya adalah perilaku yang tidak sehat.
• Keluarga dan anak-anak
Pikirkan ini: apakah keyakinan bahwa anak-anak akan lebih hancur jika melihat orangtua berpisah, dibandingkan mereka setiap hari menyaksikan pelecehan dan perlakuan kasar yang terjadi, masih masuk akal?
• Takut
Seseorang kemungkinan takut akan konsekuensinya jika mereka memutuskan untuk pergi, baik karena takut akan tindakan pasangannya atau khawatir tidak mampu mandiri.
• Ketergantungan emosional
Merasa terikat secara emosional pada pelaku, tetapi di satu sisi juga merasa marah terhadapnya.
• Akui dan terima faktanya
Anda tidak bisa menolong diri sendiri atau menerima pertolongan jika Anda menolak mengakui tindakan ini benar-benar terjadi.
• Merawat dan membahagiakan diri sendiri
.Jika Anda tidak merawat diri sendiri, Anda akan sakit dan sulit beraktivitas. Luangkan waktu untuk diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang Anda sukai, memulai usaha, atau travelling.
• Cari cara untuk bisa mandiri
Jika Anda tidak bekerja atau cara untuk menghidupi diri sendiri, inilah saatnya. Ambil kursus keterampilan dan bekerja. Kemandirian finansial adalah salah satu jalan utama menuju kebebasan.
• Bangun jaring pengaman
Buatlah rencana tentang bagaimana Anda akan menghadapi transisi tersebut. Di mana Anda akan tinggal? Tabungan atau investasi apa yang Anda miliki? Jangan lakukan ini sembarangan. Proses ini harus dipikirkan dengan baik.
• Stop berkomunikasi dengan pasangan
Abusive people are very cunning. Mereka dapat memikat Anda untuk kembali. Hentikan segala bentuk komunikasi dengan mereka. Jika Anda perlu mengajukan perintah penahanan, lakukanlah.
• Carilah persahabatan yang sehat secara emosional
Jalin hubungan dengan orang-orang yang sehat secara emosional. Orang-orang yang bisa bahagia melihat Anda bahagia dan ikut sedih melihat Anda bersedih.
• Carilah bantuan profesional
Meninggalkan dan pulih dari hubungan yang abusive butuh usaha dan waktu. Carilah kelompok pendukung atau konselor atau terapis yang berpengalaman dalam masalah hubungan. Pengacara yang berpengalaman juga diperlukan jika Anda berniat bercerai.
Sumber artikel dari sini