banner-detik
#MOMMIESWORKINGIT

Joy Roesma: Ajarkan Anak untuk Tidak Membandingkan Dirinya dengan Orang Lain

author

Katharina Menge24 Aug 2022

Joy Roesma: Ajarkan Anak untuk Tidak Membandingkan Dirinya dengan Orang Lain

Memiliki anak yang udah beranjak remaja, Joy Roesma punya cara sendiri untuk mendidik putranya! Intip caranya berikut ini!

Masih aktif berkecimpung di dunia buku, Joy Roesma kini tengah disibukkan dengan persiapan launching ebook terbaru miliknya yang berkolaborasi dengan Nadia Mulya. Buku berjudul Livia Garnetta itu merupakan kolaborasi kedianya dengan brand Lavergne dan akan dirilis pada akhir Agustus 2022 ini.

Dia membagi waktunya dengan kegiatan sebagai host beberapa brand lifestyle dan fashion serta membuat konten di instagram kolaborasi yang berkerja sama dengan brand fashion dan lifestyle juga. Untuk tumbuh kembang anaknya, Joy juga aktif menjadi class mom supaya selalu terupdate dengan tumbuh kembang anak, yang mengalami learning disability atau sulit fokus dan memiliki masalah dengan executive functionnya.

Yuk, intip wawancara Mommies Daily dengan Joy Roesma di bawah ini!

BACA JUGA: Tips Parenting Nana Mirdad dan Andrew White: Selalu Utamakan Komunikasi

Bagaimana mengelola waktu antara mengurus pekerjaan, sebagai seorang ibu, me time, dan meluangkan waktu bersama pasangan?

Karena saya nggak bekerja kantoran, otomatis nggak terlalu susah sih. Kalau anak saya sedang sekolah, saya bisa keep up dengan urusan menulis saya dan tetap bisa olahraga. Untuk me time, bisa dengan olahraga ataupun kongkow dengan geng perempuan saya dua kali seminggu gitu, atau kalau lagi hosting untuk acara brand itu juga me time saya ketemu banyak orang sekaligus memperluas jejaring atau network.

Setiap hari sebelum tidur juga pasti ngobrol ngalor ngidul selama satu jam dengan pasangan. Kemarin ini juga sempat sesekali kabur pergi ke Bali berdua saat weekend atau sesekali dinner berdua saja tanpa anak ikut.

Siapa tiga support system terbaik Joy Roesma?

Tiga support sistem terbaik saya, pertama adalah orang tua, terutama ibu. Kalau saya sedang me time, bekerja or sesekali girls trip, ibu saya bisa diandalkan untuk memantau anak saya di rumah.

Kedua adalah suami saya tentunya. Dia bisa dibilang sangat jarang melarang semua aktivitas saya dan kalau sesekali aktivitas saya menuntut untuk meninggalkan keluarga, dia juga tidak masalah sesekali menggantikan tugas saya. Suami juga dalam kesibukannya tetap membantu anak dalam beberapa mata pelajaran, karena dia tahu saya bisa burn out kalau semua urusan pelajaran diserahkan ke saya sepenuhnya.

Lalu yang ketiga adalah my girls di geng cabe rawit atau happy-happy joy. Sebisa mungkin kalau suntuk atau burn out, minimal sekali seminggu cari waktu untuk hangout atau olahraga dengan mereka selama 3-4 jam. Refreshing girls time sangat membantu kewarasan dan mengusir stres hanya dengan ketawa-ketawa dan berbagi masalah atau saling support hingga tidak merasa sendirian apabila sedang menghadapi cobaan hidup.

Apa tantangan yang sekarang sedang dihadapi sebagai orang tua yang putranya memasuki masa pra remaja?

Tantangan zaman sekarang kayaknya soal sexuality, ya. Ada salah seorang teman anak saya menulis di bio media sosialnya, entah bercanda atau tidak, sexualitynya Bi. Banyak juga idola anak remaja sekarang yang memproklamirkan dirinya biseksual, LGBT, dan mengekspresikan hal ini sebagai sesuatu yang cool, dan hal ini bisa kita lihat dari film-film di Netflix dan Hollywood yang semuanya mempromosikan ini. Love is Love katanya.

Selain itu, jujur saya dekat banget sama putra saya, Rakshan. Tidur pun dia masih ingin bareng terus sama saya. Dia sangat nempel sama saya. Padahal dia sekarang sudah 12 tahun. Tantangannya, ya, bisa kuat-kuatin untuk tidak setiap saat memeluk dan sayang-sayang dia setiap saat, seperti yang masih saya lakukan setiap saat.

Tujuannya supaya dia bisa lebih mandiri, lebih tough karena dia anak cowok, tetapi saya jujur masih kurang konsisten menerapkan itu. Tantangan buat saya juga supaya tidak selalu tergerak cwpat mau membantu dia dalam menyelesaikan masalahnya. Supaya dia bisa jadi pribadi lebih tangguh.

Bagaimana Joy bersama pasangan mendidik anak laki-laki agar tumbuh kembangnya sempurna dan jadi pribadi yang bahagia? Dan apa hal yang diajarkan pada anak serta tidak diajarkan pada anak?

Sebenarnya saya bukan pribadi yang ambisius, menuntut anak saya harus berprestasi atau nilainya harus perfect apalagi menyadari anak saya juga ada kekurangan di urusan pelajaran. Namun saya lebih membiasakan dia untuk secara rutin belajar.

Saya berusaha menjadikan belajar sebagai gaya hidup, bertanggung jawab dengan les-les atau tugas-tugasnya dan terus berusaha. Karena usaha dan prosesnya itu yang penting, supaya dia dari kecil sudah belajar untuk berjuang dan nggak malas.

Tapi untuk hasil saya nggak tuntut harus jadi juara, nilai harus wow, harus masuk kelas advance atau gimana. Pokoknya setiap hari sekolah menyisihkan waktu untuk belajar dan membuat tugas, tapi of course tetap enjoy life, misalnya melakukan aktivitas yang dia suka seperti main bola.

Dari kecil saya sudah membiasakan dia dengan time management, ada waktu untuk belajar dan les, tetapi waktu mainnya juga tetap jalan.

Saya juga bukan orang tua yang banyak larangan, mengekang dan sering menakut-nakuti, karena kalau banyak larangan dan mengekang, malah yang ada dia penasaran dan sembunyi-sembunyi melakukannya di belakang dan malah tidak terbuka dengan saya.

Saya pun juga berusaha untuk dekat tapi tidak terlalu ikut campur dan tetap memberi anak saya space apalagi kalau dia sedang hangout dengan teman-temannya. Saya mengajari dia jadi pribadi yang bersyukur, jangan suka membandingkan kemampuan atau hidup dirinya dengan anak lain karena setiap manusia pasti diberi kelebihan dan kekurangan. Dan jadilah pribadi yang baik, yang tidak menjatuhkan atau menyakiti orang lain saat bertindak.

Tips mendidik anak laki-laki dari Joy Roesma untuk Mommies lainnya!

1. Mendidik dia sebagai pribadi bertanggung jawab dan mandiri

Mulai nya dari hal-hal kecil aja, sih. Misalnya kalau pulang sekolah membiasakan dia bawa tas sekolah dan printilannya sendiri, menyelesaikan tugasnya dulu baru boleh main, perlengkapan sekolah disiapkan sendiri, atau sesimpel menumpahkan sesuatu, ya, dia harus bersihkan sendiri. Jadi, meski ada mbak yang bisa membantu tapi dia harus mengerjakan sendiri.

2. Mendidik dia sebagai sosok berempati dan menghargai orang lain

Mengajari anak untuk bisa mengatasi emosi negatifnya dengan cara yg positif. Kalau misalnya kesal terhadap teman atau adiknya, jangan langsung mengambil tindakan agresif, seperti memukul atau marah dengan nada tinggi. Saya arahkan untuk mengekspresikannya kekecewaannya dengan berdiskusi.

Saya juga selalu memberi appraisal or pujian apabila ia melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan empatinya pada anak lain, misalnya memberi makanan apabila ada anak lain tidak membawa makanan. Kalau dia sudah terlanjur melakukan hal yang menyakiti temannya, kita bisa menyuruh dia membayangkan apabila hal itu dilakukan padanya apa ia akan kesal atau sakit hati.

Intinya: learning to stand in in somebody’s shoes. Kalau tidak mau diperlakukan seperti itu, jangan lakukan hal-hal tersebut ke orang lain.

3. Membiarkan dia untuk sesekali melakukan kesalahan, jangan semuanya terlalu cepat dikoreksi atau dibenahi

Karena dari salah, ia bisa belajar untuk bangkit lagi setelah jatuh. Karena dari kesalahan ia belajar tanggung jawab atas konsekuensi perbuatannya. Karena justru dari kesalahan itu ada kesempatannya untuk belajar sehingga di masa depan dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

Saat mengalami burn out, apa yang dilakukan untuk mengatasi hal itu?

Kalau saya burn out biasanya, sih, saya akan olahraga atau have my quality time with my girls. Kedua hal ini mampu menghilangkan rasa bad mood dan rasanya saya seperti mendapat suntikan berdosis-dosis endorfin.

BACA JUGA: Tips Parenting Para Artis Sultan, Dari Raffi Ahmad Hingga Atta Halilintar

Share Article

author

Katharina Menge

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan