Tanpa sadar ada beberapa tindakan mertua yang ternyata bisa membuat pernikahan Anda di ujung tanduk. Apa saja?
Selain punya sisi manis, pernikahan juga datang dengan masalah. Terkadang sulit menjaga hubungan yang seimbang dengan pribadi yang segala-galanya nyaris berbeda dengan kita. Tapi yang Anda perlu tahu, nggak selalu masalah muncul karena murni ada motif kebencian dari pihak ibu mertua, melainkan karena kurangnya penyesuaian.
Ingat, nggak semua ibu mertua itu kejam, sama seperti nggak semua menantu itu korban. Lalu gimana caranya meminimalkan friksi? Pahami akar masalahnya dulu sehingga Anda bisa menanganinya dengan cara positif dan tepat.
Baca juga: 10 Tipe Mertua, yang Mana Mertua Anda?
Melakukan semua dengan caranya (yang sayangnya bukan cara Anda)
Anda dibesarkan di dalam keluarga dengan budaya, kebiasaan dan rutinitas berbeda. Anda merasa baik-baik saja. Jadi, ketika nda menikah, kebiasaan, rutinitas, dan budaya yang sama Anda bawa dan terapkan di dalam keluarga kecil Anda. Sayangnya, ketika bertemu dengan Ibu Mertua, fakta baru pun mencuat: cara Anda beda dengan caranya. Pertikaian tak bisa dihindari. Apalagi jika ia pun merasa sukses mengurus keluarganya, dengan caranya. Kondisi ini bisa semakin parah jika suami memilih bungkam.
Agar tak berlarut-larut, Anda perlu bicara dengan suami bahwa Anda membutuhkan dukungannya. Mendukung bukan berarti ia berhenti mencintai dan memusuhi ibunya kan? Tapi di saat yang sama, Anda pun perlu berkompromi dengan menerima beberapa saran dari ibu mertua, apalagi jika cara atau kebiasaan dari keluarga suami ternyata besar manfaatnya.
Baca juga: 10 Tanda Mertua Toxic
Merasa anaknya masih miliknya seorang
Pada satu titik dalam kehidupan suami, ibunya adalah segala-galanya baginya. Begitu pun ibu mertua terhadap anaknya alias suami Anda. Apa yang salah dengan hal ini? Wajar jika berat bagi ibu mertua “membagi” putranya dengan perempuan lain. Karena ia terbiasa menjadi satu-satunya.
Jika mertua menyebabkan konflik dalam hubungan Anda, ketahuilah bahwa itu mungkin didasarkan pada rasa sakit ini –bahwa kehilangan putranya karena wanita lain adalah sesuatu yang harus dia biasakan. Apa yang bisa Anda lakukan? Bersikap baik dan sabar semampu Anda. Beri dia waktu untuk membiasakan diri dengan kenyataan baru.
Jika Anda bisa bersikap baik selama masa transisi ini alih-alih marah dan tersinggung, Anda akan merasakan bahwa hubungan dengan suami akan lebih kuat karenanya.
Membuat suami bingung memilih pihak
Sekali lagi, suami dan ibu mertua telah terikat sepanjang hidup dan selalu ada untuk satu sama lain. Jadi, bayangkan bagaimana rasanya tetiba hadirlah Anda di dalam hidupnya, wanita yang juga sangat ia cintai segenap jiwa. Maka saat suami dihadapkan pada keharusan memilih antara kebutuhan dua wanita yang paling dia cintai, bayangkan perasaanya. Di satu sisi, dia tahu dia harus memilih (berpihak), di sisi lain, ia tak ingin melukai perasaan ibu dan juga istri. Bisa jadi, dia akan menolak untuk memilih.
Jika menghadapi situasi ini, Anda berdua perlu berpikir logis. Jika kebutuhan Anda bisa dinomorduakan, mengalahlah. Tapi, jika keinginan mertua yang bisa dikesampingkan, maka suami harus mengutamakan Anda.
Membuat Anda dilanda cemburu
Hubungan seorang pria dengan ibunya bisa sangat solid dan sangat mengintimidasi. Tapi ada hal yang Anda perlu tahu, hanya karena suami sangat mencintai ibunya, tidak berarti dia tak mampu mencintai Anda sepenuh hati. Jadi, di sini, rasa cemburu itu bisa saja disebabkan oleh Anda sendiri, bukan oleh ibu mertua Anda.
Coba diingat, terakhir kali Anda dan suami terlibat pertengkaran karena konflik dengan ibunya, apakah Anda mengatakan, “Kalau kamu lebih mencintai saya, kamu akan mengutamakan saya”?
Jika jawabannya adalah ‘ya’ maka terbukti Anda yang menyabotase hubungan dengan suami. Mengapa? Karena Anda bersikeras bahwa besarnya cinta suami hanya diukur dari apakah dia memilih Anda atau tidak. Padahal cinta suami tidak ada hubungannya dengan keputusan dia ketika harus memprioritaskan ibunya.
Anda berdua hanya sepasang orang asing
Hanya karena Anda sekarang adalah menantunya, bukan berarti Anda wajib menjadi sahabatnya juga (toh Anda sudah punya cukup banyak sahabat), tapi nggak perlu juga menjadikannya musuh bebuyutan. Jika ibu mertua adalah tipe yang sulit dihadapi, perlakukan dia seperti Anda memperlakukan rekan kerja yang tidak benar-benar cocok. Bersikap sopan, tidak emosional, dan tidak konfrontatif.
Photo by 𝔥𝔦𝔩𝔩𝔞𝔯𝔶 𝔭𝔢𝔯𝔞𝔩𝔱𝔞 on Unsplash