Menghadapi ipar perempuan yang tingkah lakunya ajaib kadang suka membuat kita nggak berhenti elus-elus dada. Ini tips-nya.
Keluarga suami hadir sepaket dengannya. Anda nggak bisa memilih. Mungkin ada ipar perempuan yang baik dan bagaikan kakak kandung untuk Anda. Namun tak semua beruntung, sebaliknya mendapat ipar yang masyallah.
Sayangnya, kita nggak mungkin menukar mereka dengan versi yang lebih menyenangkan. Tapi bukan berarti nggak ada apa pun yang bisa dilakukan. Berikut adalah 7 tipe ipar perempuan yang bisa menguji kesabaran plus cara menghadapinya dengan anggun dan bermartabat.
Hobinya mengeluhkan dan menyebarkan gosip tentang Anda! Semua yang Anda lakukan dianggap salah, lalu dia sampaikan itu ke telinga mertua atau suami. Yang lebih buruk lagi, dia juga tidak bisa menyimpan rahasia. Baginya, Anda dan keluarga Anda adalah sumber berita.
Solusi: Jangan pernah cerita rahasia apa pun kepadanya. Batasi interaksi dan masalah pribadi seminimal mungkin. Ini berlaku juga untuk media sosial: yang paling aman adalah nggak usah mengomentari postingannya dan hide story Anda dari dia.
Baca juga: 3 Alasan Kenapa Harus Unfollow Akun Ipar
Beberapa ipar perempuan punya kebiasaan menjengkelkan seperti mengklaim bahwa dia lebih tahu tentang kakak/ adik laki-lakinya lebih dari Anda. Dia bisa datang tanpa diundang pada jam-jam nggak semestinya. Masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk karena “dia tidak perlu izin Anda untuk bertemu kakak/ adiknya”.
Solusi: Selama kebiasaannya cuma di taraf ngeselin, tertawakan saja. Atau, jika dia lebih muda, bicarakan keberatan Anda dengan cara santai. Tetapi jika kebiasaan-kebiasaannya menjurus tidak merespek, sampaikan dengan kata-kata yang sederhana tapi tegas.
Ipar perempuan yang seperti ini bisa bikin Anda kelelahan, karena ia menuntut Anda untuk mematuhi peraturannya dan mengatur Anda. Kalau dia kasih nasihat, dia mau Anda menerimanya. Itu kewajiban.
Solusi: Tarik napas dalam-dalam ketika dia coba mendikte Anda lalu ingatkan dia bahwa di dalam rumah tangga Anda, yang berlaku adalah aturan Anda dan suami. Bukan peraturan orang lain.
Selalu kepingin tahu urusan dan yang terjadi dalam hidup Anda secara terperinci.
Solusi: Senyum sopan, gelengan kepala, dan pura-pura sibuk jika Anda tidak ingin memberi jawaban secara detail. Lakukan beberapa kali dan (semoga) dia bakal menangkap pesan bahwa Anda nggak berminat berbagi apa yang menjadi privasi Anda.
Entah itu tentang keterampilan memasak atau seberapa cepat Anda menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, saudari ipar menganggap Anda saingannya, mengklaim bisa “melakukannya dengan lebih baik”. Sesekali, itu bisa jadi motivasi. Tapi jika setiap kali, itu berarti menabuh genderang perang.
Solusi: Coba saja terima dulu dan anggap itu sebagai kritik yang membangun. Bukan undangan berduel. Tapi jika sikapnya mulai mengganggu dan bawa-bawa mertua, beritahukan keberatan Anda. Katakan bahwa Anda dan dia punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika mereka nggak mau dengar keluhan Anda, batasi interaksi dengan mereka.
Sebagai menantu perempuan, Anda kerap berkonsultasi dengan mertua tentang beberapa keputusan besar. Anda juga menunjukkan kepedulian terhadap semua anggota keluarga suami. Tetapi Anda merasa saudari ipar tidak menghargai kehadiran Anda, mengabaikan, dan mengucilkan terutama saat acara rapat keluarga.
Solusi: Ini salah satu masalah yang bisa bikin seseorang kecil hati. Anda berusaha keras untuk menerima keluarga suami tapi oleh mereka, tetap dianggap orang luar. Bicara dengan pasangan tentang situasinya dan perasaan, tanpa menyalahkan keluarga suami. Adalah tugas suami juga untuk membantu Anda diterima sebagai bagian dari keluarganya.
Baca juga: Akur dengan para Ipar
Jika dia kerap bersikap atau bicara kasar dan jahat, kemungkinan Anda berurusan dengan ipar perempuan yang cemburuan. Dia senang liat Anda susah, dan susah lihat Anda senang. Dia mungkin menganggap Anda orang asing yang menggantikan posisinya di hidup sang kakak atau adik laki-lakinya.
Solusi: Tunjukkan padanya Who’s the Boss. “Sikap dan ucapan kasar tidak boleh ditolerir dan beberapa orang bahkan mungkin tidak menyadari dampak buruk komentar jahat mereka,” kata Anita A. Chlipala, LMFT, pendiri Relationship Reality 312 di Chicago.
Anda bisa mengatakan ini, “Mungkin kamu nggak bermaksud, tapi waktu kamu mengatakan ‘X’ kepada saya, itu menyakiti perasaan saya.” Jika dia masih mengulangi lagi, Anda tegur dia lagi dengan bilang, “Ingat waktu saya negur kamu karena kamu bicara kasar ke saya?” Nah, barusan kamu lakukan lagi. Jangan ulangi. Saya nggak suka. Dan saya yakin kamu pun nggak suka kalau ada orang bicara kasar dan jahat ke kamu.” Kalau masih gagal, minta suami yang menegur orang itu.
Photo by Becca Tapert on Unsplash