Yang namanya menikah dengan seseorang, pasti ada saja kagetnya, kan, ketika kita menemukan sifat-sifat, atau sikap-sikap, hingga kebiasaan yang menurut kita aneh. Meski pacaran lebih dari 5 tahun, kita nggak pernah tahu yang sebenar-benarnya pasangan kita punya kepribadian seperti apa. Perkara kebiasaan lempar handuk basah di atas tempat tidur, atau nggak pernah nutup toples krupuk dengan rapat mungkin masih bisa kita tolerir, tapi bagaimana kalau ternyata pasangan punya kepribadian macam psikopat, sosiopat atau narsistik. Waduh! Bagaimana cara mengenal tanda-tanda psikopat, sosiopat dan, narsistik tersebut, ya?
Menurut Sterlin Mosley, Professor of Human Relations at the University of Oklahoma and co-founder of Empathy Architects menjelaskan bahwa masih banyak orang yang suka ketuker-tuker tiap definisi dari ketiga jenis kepribadian tersebut. Seandainya mommies mencurigai bahwa pasangan memiliki kecenderungan terhadap 3 kepribadian tersebut, penjelasan berikut bisa dijadikan tambahan referensi. Tentunya mommies juga harus mengkonsultasikannya ke psikolog atau psikiater, ya.
Steril Mosley menjabarkan bahwa narsistik atau narsisme adalah seperangkat ciri kepribadian yang mencakup rasa percaya diri yang berlebihan sehingga empatinya terhadap orang lain atau lingkungan cenderung sedikit, bahkan tidak ada. Kita juga bisa mengenali bahwa pola perilaku seseorang yang narsis hanya akan mementingkan diri sendiri, memiliki rasa berhak yang tinggi, dan ketidakmampuan untuk menerima atau mengakui kritik.
PR besarnya adalah, kaum narsistik nggak bakal mencari mental treatment secara mandiri, karena, ya, ia akan merasa dirinya baik-baik saja. Beberapa contoh pribadi narsistik mencakup sifat atau sikap sebagai berikut:
Kepribadian sosiopat biasanya disertai dengan ciri-ciri gangguan kepribadian antisosial “Gangguan kepribadian antisosial terdiri dari serangkaian sifat yang mencakup kecenderungan yang meluas ke arah penipuan atau penyimpangan, impulsif, lekas marah, agresi, kecerobohan, dan kurangnya empati atau perlakuan tidak berperasaan terhadap orang lain,” jelas Mosley.
Yang harus diwaspadai, orang dengan kepribadian sosiopat cenderung menunjukkan pengabaian yang lebih luas terhadap hukum, aturan, atau norma yang berlaku. Beberapa contoh sifat sosiopat meliputi:
Psikopati merupakan gangguan neurologis dan psikologis seseorang yang menunjukkan impuls atau kontrol perilaku yang buruk dan kecenderungan memiliki perilaku tidak berperasaan atau tidak simpatik. Hasilnya orang dengan kepribadian psikopat memiliki kecenderungan penyimpangan sosial dan berperilaku kriminal. Psikopat lebih mudah melakukan kekerasan daripada sosiopat tetapi cenderung tidak memiliki pesona seorang sosiopat. Namun begitu sering menikmati bermain-main atau memanipulasi orang lain sebagai bentuk hiburan.
Yang perlu dicatat, seorang psikopat tidak selamanya menjadi seorang pembunuh berantai, atau pemerkosa seperti di film-film. Namun, lebih mudah bagi psikopat untuk melakukan kejahatan karena mereka tidak memiliki kontrol impuls, empati, atau rasa hormat terhadap batasan, hukum, atau norma yang berlaku. Contoh sifat psikotik mungkin termasuk:
Dr. Raffaello Antonino, senior lecturer di Doctorate in Counselling Psychology, London Metropolitan University and clinical director/founder of Therapy Central menjelaskan bahwa jika kita berada dalam hubungan dengan seseorang yang memiliki salah satu kepribadian di atas, bisa jadi sangat tidak menyenangkan, berbahaya, dan bahkan mengancam jiwa.
Saran dari dokter Antonino, jika mommies mengalami kekerasan fisik atau emosional, segera tangani permasalahan tersebut dengan berkonsultasi dengan psikolog. Anda bisa saja disarankan untuk mengakhiri hubungan dan menjauh dari pasangan yang kasar, meskipun itu pasti terasa sangat sulit, ya. Jika semuanya berjalan dengan baik tetapi [Anda merasa] ada sesuatu yang tidak beres, mommies harus mencari pendapat kedua. Apa yang orang lain pikirkan tentang pasangan Anda? Apakah mereka melihat masalah yang sama? Segera bertindak, agar tidak terjadi hal-hal yang disesali nantinya.
Photo by Zoriana Stakhniv on Unsplash
Baca juga: Kenali Jenis-Jenis Metode Pendidikan, Mana Yang Paling Pas Untuk Anak?