Semua orang pasti punya masalah keluarga. Berikut ini 7 masalah yang paling sering dihadapi para anggota keluarga dan bagaimana cara mengatasinya.
Semua rumah tangga pasti ketemu sama masalah. Aneh saja kalau ada keluarga yang nggak pernah konflik. Yang paling penting, masalah apapun, baik besar maupun kecil, harus dihadapi dan dicari solusinya. Nggak didiamkan saja, nunggu kelar sendiri. Semakin cepat ditangani, semakin baik. Berikut ini 7 masalah keluarga yang sering dihadapi para anggota rumah. Plus bagaimana mengatasi masalah tersebut.
Mungkin bisa dibedakan, mana perdebatan yang membawa kebaikan dan keburukan. Apalagi kalau adu argumen terjadi untuk setiap permasalahan. Hal ini sudah bukan lagi berargumentasi dengan sehat. Tapi menuju kepada perusakan hubungan dan sudah pasti membuat pasangan semakin frustasi. Ketahuilah, dalam berargumentasi yang paling penting adalah caranya, bukan tentang apa yang diperdebatkan. Jika dua-duanya sudah sama-sama tinggi, mungkin mommies bisa mundur selangkah duluan. Cobalah untuk mencari ketenangan agar negative vibe perlahan menghilang. Tenang sejenak sangat membantu pikiran untuk lebih clear.
Seringkali pertengkaran yang terjadi antara suami istri dipicu tentang cara mengasuh anak. Mulai dari bagaimana mendisiplinkan anak, memilih sekolah, nilai seperti apa yang ingin ditanamkan pada anak, dan banyak hal lainnya. Sebenarnya nggak apa-apa, sih, berbeda pendapat. Namanya juga 2 kepala yang berbeda. Tapi baiknya, sih, mommies dan pasangan bisa membuat daftar prioritas dan lakukan diskusi yang matang tentang apa yang harus dilakukan. Supaya nggak berlarut-larut, sehingga keputusan yang menyangkut anak ini bisa segera disepakati bersama.
Adalah impian semua orang, sukses bekerja, dan hidup harmonis di tengah keluarga. Sayangnya nggak semua orang punya privilege itu, ya. Masih banyak pasangan, apalagi bila keduanya bekerja, struggling untuk menyeimbangkan waktu di rumah dan di kantor. Nggak ada yang lain selain pintar-pintar membagi waktu, sih. Nggak apa-apa banget kalau misalnya ada waktu-waktu tertentu, mommies harus memprioritaskan pekerjaan daripada keluarga. Tapi ketika bersama keluarga, mommies harus mindful dengan pasangan dan anak-anak tanpa gangguan. Quality over quantity.
Biasa terjadi di kota-kota besar. Hehehe… Ya, tapi nggak bisa dibiarkan begitu saja, sih. Bagaimanapun komunikasi adalah kunci dari sebuah hubungan. Kalau sampai terjadi miskomunikasi jadi banyak misleknya, kan? Hindari juga untuk menebak-nebak. “Aku pikir kamu maunya begini,” atau “Sepertinya kamu ingin begitu.” Nyatanya nggak. Karena itu, komunikasi yang jelas diperlukan. Semua bisa dibicarakan, kok, mommies. Jangan gengsi :)
Buat sebagian orang, terutama anak-anak, mengerjakan pekerjaan rumah tangga seringan menjemur baju, memilah cucian kering, hingga membereskan tempat tidurnya sendiri, adalah hal yang paling dihindari. Ya. kita sendiri juga kalau bisa simsalabim, deh, itu cucian bisa kering sendiri dan terlipat rapi di lemari, ya, kan? Tapi, bagaimanapun melakukan pekerjaan rumah tangga merupakan sebuah proses mengajarkan anak-anak mandiri. Mommies bisa membuat kesepakatan terlebih dahulu, kewajiban-kewajiban apa yang perlu dilakukan ayah, mommies, dan setiap anak. Tanamkan pada mereka manfaat melakukan pekerjaan rumah tangga dan berbagi tugas dengan anggota keluarga yang lain.
Ketika salah satu anggota keluarga memiliki mental health issue, memang jadi tantangan tersendiri. Isyu ini adalah masalah serius yang sedikit banyak pasti akan memengaruhi anggota keluarga yang lain. Namun begitu, anggota keluarga yang punya masalah mental, tentu butuh support atau dukungan dari orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga. Mommies harus mempertimbangkan bantuan profesional. Hindari untuk mengabaikan masalah mental tersebut. Selain itu mommies mungkin juga bisa meminta anggota keluarga lain untuk lebih bersabar dan bantu mendukungnya.
Baca juga: Saat Suami Terlilit Utang Pinjol
Nggak bisa dipungkiri, perceraian merupakan hal yang membuat hati siapapun hancur. Bukan cuma yang bercerai, tapi juga menghancurkan hati orang-orang terdekat, terutama anak. Tatanan keluarga sudah pasti terganggu karena ini. But, life goes on. Usahakan untuk tetap bisa bekerjasama dengan baik sebagai orangtua untuk anak-anak, walau tak lagi berstatus suami istri. Bagaimanapun anak-anak adalah yang paling terdampak. Pastikan mereka tetap memiliki ayah dan ibunya sepenuhnya. Dan untuk terakhir kalinya, jangan sampai anak diminta memilih. Perceraian memang sulit bagi semua orang. Jika diperlukan, dapatkan bantuan dari tenaga profesional seperti psikolog jika mommies sudah kewalahan.
Image by Freepik
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Anda Perlu Mengerang Saat Bercinta