Perselingkuhan tidak selalu menjadi akhir kisah cinta, jika Anda dan pasangan berhasil ‘lulus’ ujian ini. Apakah alasan memaafkan perselingkuhan ini masuk akal? Nomor 10 paling penting!
Topik perselingkuhan memang nggak pernah ada habisnya. Pada artis atau selebgram, dia menjadi skandal dan buah bibir. Pada orang biasa, dia menjadi drama. Setiap orang bisa mengalaminya, baik itu sebagai korban (yang diselingkuhi oleh pasangan), ataupun pelaku yang terjerat cinta terlarang dan sulit keluar dari belenggu.
Tak terbayangkan rasanya jika biduk rumah tangga mengalami badai karena perselingkuhan. Seperti kasus perceraian Rachel Vennya beberapa waktu lalu, sejagat netizen turut bersimpati.
Baca juga: Pesan Untuk Perempuan yang Selingkuh dengan Suami Saya
Menurut penulis dan pakar infidelity, Danine Manette, ada beberapa alasan yang bisa dipertimbangkan untuk mempertahankan sebuah hubungan setelah diguncang perselingkuhan. Alasan yang terletak pada jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Apakah pasangan merasa bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan? Atau apakah dia membuat alasan dan malah menyalahkan orang lain?
“Andai saja, kamu tidak sibuk sendiri, aku pasti tidak akan selingkuh.”
“Andai kamu bisa punya anak.”
“Siapa suruh ambil pekerjaan di luar kota,”
Jika pasangan mencari alasan atau pembenaran atas apa yang dilakukannya, atau tak ada jejak rasa bersalah sedikit pun, ada kemungkinan kejadian yang sama akan terulang lagi.
Baca juga: 12 Tanda Perselingkuhan Emosional yang Anda Lakukan Tanpa Sadar
Sudahkah ia memutuskan semua kontak dengan pasangan selingkuhannya?
Yakin, dia sudah mengakhiri hubungan dengan orang ketiga? Atau, jangan-jangan masih berlanjut tapi lebih rapi lagi di bawah radar Anda.
Apakah pasangan mau lebih terbuka atau masih menyembunyikan sesuatu?
Hal yang rusak dalam hubungan kalian adalah ‘kepercayaan’. Padahal ini menjadi fondasi utama sebuah hubungan layak diteruskan atau tidak.
Apakah pasangan berkomitmen untuk proses penyembuhan luka hati Anda dan pemulihan hubungan?
Hubungan Anda berdua tidak akan sama lagi. Keretakan itu akan terus ada, jika Anda berusaha mati-matian menutupi dan menyangkalnya, bukan tidak mungkin di masa mendatang malah menjadi ‘bom waktu’.
Apakah ini insiden perselingkuhan pertama atau adakah riwayat perselingkuhan masa lalu?
Dari sini, Anda bisa menilai sendiri bagaimana karakter pasangan. Jangan mau dua kali terperosok ke lubang yang sama.
Apakah pasangan mendukung, memahami posisi Anda dan berempati pada Anda?
Perlu ada kesadaran dari pasangan bahwa Anda sebagai korban, punya perasaan terluka dan tersakiti. Untuk itu, Anda membutuhkan dukungan emosional sepenuhnya dari pasangan agar bisa bangkit dari trauma.
Apakah seorang anak lahir dari perselingkuhan tersebut?
Sejauh mana hubungannya dengan ‘WIL’ (wanita idaman lain), Anda tentu tidak ingin menambah kompleksitas masalah, bukan?
Apakah Anda bisa memaafkan perselingkuhan pasangan?
Proses memaafkan mudah diucapkan, tapi praktiknya sulit. Tidak bisa terjadi dalam semalam. Akan ada tahapan-tahapan yang harus dilalui, sebagaimana teori yang dikemukakan Elizabeth Kubler-Ross, yakni penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance). Setelah melewati fase-fase itu, umumnya barulah seseorang bisa move on kembali.
Apakah sebelum perselingkuhan hubungan Anda berdua solid dan sehat?
Dalam arti, tidak ada ‘pertarungan kuasa’ dan tarik menarik ego, pertengkaran yang saling merendahkan, intimidasi emosional, maupun hal-hal yang menunjukkan ketidaksetaraan dalam hubungan kalian. Jika melihat ke belakang, dan Anda bisa menemukan banyak momen indah serta harapan yang dulu pernah dipupuk bersama, mungkin layak diperjuangkan.
Apakah ia bersedia kembali?
Itu pertanyaan penting. Jangan-jangan, akarnya karena memang pasangan yang sudah tidak ingin berkomitmen lagi dengan Anda. Kalaupun ia ingin kembali, tentu perlu ada komitmen yang baru.