Ada saja hal yang bisa dijadikan bahan bertengkar. Hal-hal kecil kemudian malah jadi besar. Apa saja, sih, sumber pertengkaran orangtua yang baru punya bayi?
Katanya punya bayi itu adalah anugerah tak terhingga. Tapi kenapa, setelah bayi lahir mommies dan pasangan malah bertengkar terus nggak habis-habis.
Yang namanya punya bayi baru, ya, maka begadang adalah makanan setiap hari. Iya, iya, bayi bangun malam itu sebagian besar karena lapar mau menyusu, untuk itu mau nggak mau mommieslah yang harus bangun. Eh, tapi tunggu dulu, sebenarnya bisa saja, kan, ayah yang bangun untuk memberikan ASI perah, sementara mommies istirahat? Oh, ya nggak bisa, dong, ayah kan sudah kerja seharian. Butuh beauty sleep karena besok pagi-pagi harus berangkat ke kantor lagi.
Ayah memang nggak melahirkan dan menyusui, tapi paling punya beban berat menafkahi seluruh keluarga. Capek, lho, menghadapi kemacetan setiap pagi, sampai di kantor atasan ngasih kerjaan yang nggak kira-kira, lalu melihat bawahan santai-santai di kantor. Lha, memangnya mommies yang hamil 9 bulan nggak bawa beban berat? Memangnya menyusui nyaris tiap saat bukan peran besar? Belum nanti setelah 3 bulan cuti melahirkan harus kembali ke kantor. Apa nggak lebih besar peran istri, nih, dari suami? Yang kayak gini, nih, yang bakal jadi sumber pertengkaran nggak habis-habis.
Baca juga: Kenapa Perselingkuhan Sulit Diakhiri? Ini 10 Alasannya
Perasaan di kantor katanya nggak beranjak dari depan laptop, mulai pagi hingga petang. Sampai rumah, kok, masih mantengin layar smartphone? Main game? Nonton bola? Atau sekadar explore Instagram? Terus kapan, dong, waktu ayah buat keluarga? Sementara ada juga ayah yang mengeluhkan kalau istrinya sambil menyusui saja sibuk nonton drakor. Ketika bayi tidur, bukannya ngobrol, malah sibuk fangirling di Instagram sama entahlah siapa itu oppa-oppa Korea. Haish, kapan, nih, quality time berdua?
Suami punya prinsip kalau bayi nangis harus langsung disusui. Kan, itu pekerjaan bayi. Sementara, ya, nggak gitu juga kali. Bayi nangis kan banyak sebab. Lalu mommies juga punya aturan kalau siang si bayi sebaiknya bayi nggak dibiarkan tidur banyak-banyak. Iya, biar malam bukan cuma bayi, orangtuanya pun bisa istirahat. Lha, kok, sama suami malah nggak boleh. Bagaimana, sih, ini? Mommies merasa paling benar, pasangan pun demikian. Aturan setiap orang selalu paling benar, nggak ada yang mau kalah.
Pasangan merasa sudah bekerja sangat keras, pulang kantor yang sudah sangat melelahkan, lalu ikut bantu-bantu, malah dimarahin karena melakukan kesalahan yang menurutnya nggak esensial. Sementara mommies yang sudah berjibaku dengan bayi baru lahir seharian, sebenarnya hanya ingin sedikit saja dibantu, please jangan melakukan kesalahan karena sudah pasti kalau ada yang nggak benar, mommieslah yang ujung-ujungnya akan membereskannya. Lama lagi, deh. Masalah ‘kecil’ kayak gini yang bikin masing-masing pasangan merasa nggak dihargai kerja kerasnya.
Boro-boro having sex di kala bayi tidur, mau sekadar cuddling saja mommies sudah nggak punya energi. Sekalinya ingin disayang-sayang, suami bawa pulang kerjaan dan lembur sampai malam. Belum kalau si bayi tiba-tiba bangun dan mendominasi energi serta waktu ayah ibunya. Kurangnya romansa dan seks yang jauh berkurang setelah si kecil lahir, secara nggak langsung bisa jadi sumber pertengkaran. Soalnya kebutuhan ini jadi nggak terpenuhi seperti dulu.
Sebenarnya 6 sumber pertengkaran orangtua baru di atas adalah hal lumrah. Nyaris semua pasangan yang baru punya anak merasakannya, kok. Tapi, jangan juga dipanjang-panjangin, ya. Sumbernya harus segera diketahui dan ditangani. Komunikasi terbuka, itu yang paling penting. Kesampingkan ego dan gengsi, bicara dengan kepala dingin. Mommies dan pasangan harus mau saling terbuka, apa yang jadi uneg-uneg. Lalu kompromikan. Karena menikah itu bukan hanya tentang cinta, tapi hidup bersama dengan kompromi.