Teman saya pernah bilang, perselingkuhan hanya akan ada dua akhir: Ketahuan atau berakhir, dan dua-duanya sama-sama menyakitkan. Maka, kenapa harus memulainya?
Sebelas tahun lalu, awal saya mulai mengenal mengenai perselingkuhan. Bukan, bukan saya yang selingkuh, tapi beberapa rekan kerja di kantor. Mulai dari orang dari divisi lain, atasan saya hingga salah satu sahabat saya yang berpacaran dengan suami orang. Yes, 11 tahun lalu hal ini ternyata sudah eksis, dimaklumi namun mungkin tidak seramai sekarang.
Dari situ saya belajar, bahwa kadang, keinginan untuk selingkuh sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, dalam hal ini lingkungan tempat kita berada. Ketika orang-orang di sekitar kita menganggap itu adalah hal yang lumrah, maka, sadar atau tidak, pola pikir semacam itu pun akhirnya masuk ke dalam value yang kita percaya.
Untuk saya pribadi, yang awalnya memaksa sahabat untuk mengakhiri hubungan dengan selingkuhannya, berakhir dengan saya bersikap bodo amat. Mungkin itu juga yang akhirnya membuat kami tidak lagi menjadi sahabat. Konon kabarnya semakin tua kita semakin selektif bukan dalam memilih teman?
Perkenalan saya dengan perselingkuhan pun semakin luas :D, karena entah kenapa, saya beberapa kali menjadi tempat curhat oleh mereka yang berselingkuh, menjadi korban selingkuh atau yang berniat selingkuh. Saya jadi paham bahwa selingkuh itu mudah banget memulainya, namun susah menyelesaikannya. Kenapa?
Ada keuntungan yang diperoleh dari perselingkuhan yang kita jalani, dan itu tak selalu mengenai seks. Banyak alasan ketika orang selingkuh, namun salah satu alasan terbesar dan paling banyak adalah karena merasa kosong dengan hubungan dan pasangan yang mereka miliki saat ini. Dan, instead of mencari akar masalah kemudian menyelesaikan, banyak yang memilih mengisi kekosongan itu bersama orang lain. Paham kan, tak harus pusing menyelesaikan masalah, namun bisa menutupinya dengan hubungan yang baru.
Baca juga: 10 Tanda Pernikahan yang Sehat
Mungkin, kehidupan seks kalian berantakan, atau percik-percik asmara dan gairah menghilang akibat kesibukan. Tidak siap dengan kenyataan, maka kenapa tidak selingkuh saja? Mencari jalan pintas mengeluarkan kita dari realita yang pahit. Maka, siapa yang mau mengakhiri sesuatu yang membantu kita menjalani hari demi hari terasa lebih indah?
Seringkali kita menganggap remeh kekuatan dari sebuah hubungan, pun itu hubungan yang bernama perselingkuhan. Padahal, selingkuh, apa pun alasannya, membuat kita menjalin relasi, ikatan atau hubungan baru, yang di dalamnya melibatkan emosi, rasa dan bisa jadi gairah. Mengakhiri hubungan di mana kita merasa nyaman menjalaninya, is not what we’re wired to do.
Selamat datang hormon oxytocin, serotonin dan dopamine yang membuat hati ceria dan wajah berbinar cerah. You feel like you are on top of the world. Dan siapa yang mau kehilangan semua hal ini?
Aneh memang, harusnya merasa bersalah dengan pasangan kita yang sah, namun kadang, perasaan bersalah juga muncul terhadap selingkuhan. Karena kita ketika mengakhiri ini semua, pasangan selingkuh kita akan tersakiti.
Nah, hati-hati ketika memutuskan untuk selingkuh karena bisa saja pasangan selingkuh mengancam akan membeberkan perselingkuhan yang dijalani kepada pasangan sah. Apalagi ketika ada anak yang dilibatkan di dalamnya. Perselingkuhan bisa jadi membuat kita kehilangan hak asuh anak ketika pasangan sah kita memutuskan untuk bercerai.
Ibaratnya, kita punya masalah internal nih dengan pasangan yang harusnya kita selesaikan. Tapi, kita memilih itu tadi, jalan pintas, selingkuh aja untuk mengalihkan kita dari masalah yang kita punya. Namun, saat akhirnya kita ingin mengakhiri, masalah utama kita tetap ada dan menanti kita untuk diselesaikan. They never disappear.
Baca juga: Samakan Persepsi Selingkuh dengan Pasangan Itu Penting!
Saya nggak mau panjang lebar memberi nasihat tentang perselingkuhan. Sudahlah, kita sama-sama tahu itu salah. Masalahnya, ini susah diakhiri karena pasangan selingkuh sudah menjadi bagian penting dalam hidup dan kita tidak bisa membayangkan jika dia tidak lagi ada bersama kita.
Pada akhirnya perselingkuhan membuat kita merasa bahwa dia adalah orang yang tepat, dia sejatinya pasangan yang kita car1 selama ini. Maka, ketika paham bahwa ini salah dan ada rasa ingin menyelesaikan, kita pun dilanda rasa bimbang, apakah benar keputusan yang diambil? Apa jangan-jangan ini jodoh saya, bukan pasangan saya saat ini?
Bagi saya, ketika memasuki gerbang pernikahan, kita sudah siap dengan segala baik dan busuknya pasangan kita. Jika ada masalah, cari solusinya. Solusi bisa macam-macam. Memperbaiki atau mengakhiri. Namun tidak menduakan.
Baca juga: Kenali Faktor Individu dan Situasi Pemicu Perselingkuhan
Teman saya pernah bilang, selingkuh hanya akan ada dua akhir: Ketahuan atau berakhir, dan dua-duanya sama-sama menyakitkan. Maka, kenapa harus memulainya?