Boleh, dong, sesekali bangga sama diri sendiri, sudah berusaha jadi istri idaman buat suami. Mungkin (eh, jelas), jalan hidup suami akan lain cerita jika tidak ketemu saya. Jadi, apa yang membuat suami beruntung memiliki saya?
Setiap pasangan punya cerita masing-masing, yang membuat mereka dipersatukan sebagai pasangan. Tidak selalu karena cinta romantis. Banyak faktor lain yang menentukan kenapa kita memilih dia. Itulah misteri jodoh.
Dalam hal penampilan fisik, saya merasa tidak ada yang istimewa. Jadi, bisa saya katakan, suami jatuh cinta sama saya bukan karena faktor fisik: cantik, manis, pintar dandan, berbusana serasi, elegan, sebagaimana gambaran perempuan yang banyak fansnyat. Bukan juga karena saya pintar memasak, jago rapi-rapi rumah, ibu yang hebat buat anak, atau partner yang bisa cari uang lebih banyak, ha…ha…ha….
Saya juga jauh dari jenis istri yang disukai stereotype pria chauvinis: submissive, penurut, gampang diatur, membuatkan kopinya setiap pagi, tidak pernah menentang pendapatnya. Saya juga bisa ‘galak’ ke suami jika menyangkut hal-hal yang prinsip. Bukan karakter seperti itu yang saya banggakan dari pribadi saya sebagai istri.
Baca juga: 10 Tanda Pernikahan Sehat
Kalau ada hal-hal yang membuat saya berani bilang, suami beruntung punya istri seperti saya, itu lebih karena saya punya ‘kualitas’ yang bisa mengimbangi kepribadian suami, dengan segala kelemahannya. Kira-kira gampangnya, “Kalau perempuan lain, belum tentu tahan, deh, sama dia.” ‘Kualitas’ yang saya maksud itu, seperti:
Dia bukan tipikal lelaki idaman yang bisa bikin perempuan termehek-mehek. Kado buket mawar di hari ulang tahun, jajanin tas atau sepatu bermerek, candlelight dinner di resto, seribu lilin atau seribu kelopak mawar di ranjang, membacakan puisi yang ditulisnya, segala hal romantis yang pernah dilakukan pasangan di film-film drama percintaan, sangat jauh dari benaknya. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukannya. Di satu sisi, kadang muncul juga rasa iri, tapi di sisi lain tidak sedikit juga pasangan yang terlihat dari luar bertabur romantika, tapi kandas dalam waktu singkat. Banyak deh, contohnya.
Menurut saya, ini prestasi, lho, buat orang seperti suami saya yang irit bicara. Saya merasa perlu dapat medali. Bayangkan saja, di zaman pacaran, suami bukan tipe orang yang bisa small talk model basa-basi. Dia harus dipancing dulu dengan tema-tema big talk sebagai ice breaker. Misalnya, “Sebesar apa sih otaknya Pithecanthropus?” Setelah menikah, butuh penyesuaian agak lama untuk membuatnya mau ‘mengeluarkan’ small talk. Di saat kami berjauhan untuk waktu yang cukup lama, ia suka bingung harus ngomong apa di telepon. Bisa-bisa, cuma bilang, “Udah makan? Oh.” “Pulang jam berapa? Ok.” Sekarang? Kalau saya pergi-pergi, dia yang rajin nelponin saya, sekadar untuk memastikan istrinya aman.
Baca juga: 8 Tanda Hubungan Suami Istri Hanya Hubungan Satu Arah
Ia orang yang blak-blakan, tanpa tedeng aling-aling. Kalau saya salah, ya salah. Salahnya di mana, bisa diblejetin sampai ke sumsum. Terdengar tajam dan nyelekit, walau seringnya benar (damn!). Saya akui, kuping sering panas dan hati baper waktu awal-awal dengarnya. Lama-lama, ya dikuat-kuatin aja. Karena saya tahu maksudnya baik. Terbukti, kritikannya itu yang membuat saya menjadi orang yang lebih baik karena tahu apa yang harus saya perbaiki. Di mata koleganya, ia juga sosok yang cukup ‘ditakuti’, karena nggak pernah sungkan mengungkapkan isi pikiran pada lawan bicara. Itu artinya, ketika dia memuji saya, pujian itu bermakna tulus. Bukan sekadar gula-gula rayuan manis.
Senang menabung, tidak gengsian, dan low maintenance, dijamin deh nggak bakal morotin dompetnya :p Apalagi, ia tipe orang yang tidak gampang tergoda iming-iming materi. Dengan kata lain, tidak mungkin kaya (lewat cara-cara yang mudah dan instan).
Baca juga: Tips Agar Hubungan Tetap Harmonis di Saat Pandemi
Baik di antara kami berdua dengan orang lain, atau bahkan di media sosial. Malah, jarang banget saya posting foto suami atau foto mesra berdua sehingga dia bisa leluasa menjaga kemisteriusannya di mata publik.
Sejujurnya, saya merasa lebih beruntung mendapatkan pasangan seperti suami. Bukan jenis orang yang menarik secara ‘kulit’ atau permukaan, tapi sosok yang punya keindahan menakjubkan yang tersembunyi jauh di lapisan terdalam diri. Sesuatu yang membuat saya merasa tertantang untuk terus belajar dan bertumbuh, sebagai pasangan.
Bagaimana dengan Anda? Apa yang membuat suami kira-kira beruntung memiliki Anda sebagai pasangan?
Baca juga: Meira Dikatakan Jelek, Ini Jawaban Ernest yang Bijak