Sorry, we couldn't find any article matching ''
Untuk Ibu Rumah Tangga yang Ingin Kembali Bekerja, Jangan Ragukan Kualitas Kalian
Mom, don’t doubt yourself, karena kualitas seorang ibu rumah tangga, bisa menjadi nilai lebih dalam wawancara kerja.
Para perempuan yang memilih prioritas di rumah dan akhirnya keluar dari pekerjaan, seringkali merasa kesulitan untuk kembali ke jalur karier. Pasalnya, adanya gap yang kosong di CV selama di rumah ini kerap dianggap kelemahan yang bikin para ibu keder. Apalagi kalau ‘break’nya udah kelamaan.
Dalam fase kehidupan perempuan, terlebih setelah menikah, ada masanya ia mundur dari karier, entah itu karena pilihan pribadi ataupun dipaksa oleh kondisi karena tidak adanya support system yang memungkinkan ia tetap berkarier. Terlebih selama pandemic ini, di Amerika Serikat, jumlah perempuan yang keluar dari pekerjaan berjumlah empat kali lipat lebih banyak ketimbang pria. Hal ini disebabkan, di antaranya, karena tutupnya sekolah, anak belajar di rumah, dan tidak tersedianya layanan tempat penitipan anak. Dan, setelah situasi rumah memungkinkan, tidak sedikit yang ingin kembali ke profesi publik.
Belum lama, saya membaca paparan menarik dari Dan Jennifer Spraggins, seorang manajer di perusahaan IT di Washington, D.C., yang menulis dalam postingan LinkedIn, seharusnya IRT bisa membanggakan job desc-nya di rumah ke dalam CV mereka, sebagaimana CV para perempuan berkarier. Jennifer mengatakan, dirinya telah mewawancarai banyak perempuan, terutama mereka yang punya anak. Ia mengamati, para perempuan ini umumnya justru menutup-nutupi fakta tentang kesibukan mereka di rumah.
Ada yang mengatakan, misalnya, ‘Anak sudah sibuk sekolah, sudah bisa ditinggal, kok’ atau, ‘Anak sudah nggak bayi, nggak perlu disusui, jadi saya sudah bisa fokus kerja,’ dan sebagainya. Pandangan ini muncul seolah-olah ada ketakutan dari perempuan bahwa kantor akan menganggap keberadaan anak sebagai beban yang bisa mengganggu mereka untuk fokus bekerja, sehingga mengurangi peluang mereka diterima.
Baca juga: Bentuk Diskriminasi pada Ibu Bekerja
Pada kasus seperti itu, Jennifer menyayangkan, tanggung jawab sebagai ibu -dengan anak banyak sekalipun- tidak menjadikan seorang karyawan menjadi tidak kompeten dalam pekerjaan mereka. “Saya justru melihat, mereka adalah sosok pekerja keras dan bertanggung jawab."
Baca juga: 7 Cara Tampil Maksimal Saat Online Meeting
#Parentlife
Pengalaman saya bergaul dengan teman-teman para IRT, tidak sedikit yang hebat-hebat. Secara umum, ada beberapa keterampilan (skill) atau kualitas Ibu rumah tangga ini yang bisa dibanggakan. Misalnya:
Multitasking
Iyalah, ini sebetulnya kekuatan khas perempuan pada umumnya. Mereka seorang care taker yang sangat bisa diandalkan, baik bagi keluarga inti maupun keluarga besar. Di rumah, Sebagian besar pekerjaan domestik ada di tangan para perempuan. Perempuan juga yang menentukan pembagian tugas, seperti bagian mana yang bisa didelegasikan ke asisten rumah tangga, untuk dikerjakan anak, dan ‘job desc’ suami.
Customer oriented
Tidak pernah memikirkan diri sendiri, dan mampu melayani tuntutan customer -sesulit apa pun- dengan baik. Customer utama, dalam hal ini, tentu anak di rumah. Memenuhi setiap kebutuhan anak dan dengan sabar melayani kerewelan mereka, itu job desc yang berat.
Kualitas ibu rumah tangga sebagai homemaker dan budgeting
Memasak untuk seluruh anggota keluarga di rumah, merancang menu tiga kali sehari, tujuh hari seminggu, dan untuk hari-hari ke depan, sesuai budget. Tidak hanya menu utama, tapi juga snack, cemilan, maupun minuman. Belum lagi, sekarang karena alasan kesehatan maupun finansial, makin banyak perempuan yang sadar untuk membuat sendiri segala kebutuhan pangan, seperti keju, tempe, butter, kecap, butter, dan sebagainya.
Tutor dan coach
Membaca semua materi belajar anak dan menjadi tutor anak di rumah. Terlebih lagi, dalam situasi PJJ seperti sekarang. Mau tidak mau, ikutan buka bahan belajar anak. Ibu rumah tangga juga tidak segan untuk belajar hal baru, baik karena untuk diajarkan ke anak maupun untuk dirinya sendiri.
Kepemimpinan
Pemimpin yang baik artinya mau mengambil tanggung jawab, cermat dalam mengambil keputusan, memberi teladan, dan sebagainya. Seorang ibu rumah tangga punya kualitas soft skill yang dibutuhkan dan dicari oleh perusahaan.
Kemampuan berjejaring
Para IRT yang aktif di komite sekolah, menjadi relawan, aktif di komunitas religi, di lingkungan tempat tinggal, maupun komunitas-komunitas lainnya. Mereka punya waktu luang lebih tanpa tekanan deadline dan pekerjaan kantor, maupun karena kebutuhan pribadi untuk beraktualisasi dan selalu terhubung dengan orang lain. Bukan cuma buat ghibah dan diskusi drakor, kok.
Kualitas ibu rumah tangga juga memiliki jiwa sosial
Uang tidak selalu menjadi motif utama yang dikejar. Siapa yang mau repot-repot mengurusi event di sekolah anak, mengadakan seminar ini itu atau workshop bersama komunitas, tidak sedikit kegiatan yang menyita waktu mau dilakukan secara relawan tanpa bayaran, demi sebuah tanggung jawab sosial.
Sebagaimana saran Jennifer, saya setuju jika para perempuan membanggakan perannya sebagai orangtua dalam CV atau wawancara kerja. “Jangan ragukan dirimu sendiri. Tidak perlu sembunyikan #parentlife Anda.”
Baca juga:
Nilai Penting tentang Karier yang Ingin Saya Ajarkan ke Anak
Share Article
COMMENTS