banner-detik
SELF

Emotional Spending, Ketika Belanja Jadi Pelarian Masalah

author

annisast20 Dec 2019

Emotional Spending, Ketika Belanja Jadi Pelarian Masalah

Ada orang yang ketika stres jadi makan banyak, tapi ada juga yang malah jadi … berbelanja!

Ini mengingatkan saya pada satu episode “Friends” ketika Rachel stres karena tak kunjung dapat pekerjaan. Bukannya mengirim lebih banyak lamaran kerja, ia malah membeli sepatu bot yang sedang diskon.

Berakhir dengan kebingungan karena siapa yang akan membayar tagihannya? Pekerjaan tidak punya kok malah berbelanja? Rachel kemudian menggunting semua kartu kredit milik ayahnya itu.

belanja  uang diskon

Emotional spending bisa didefinisikan sebagai berbelanja sesuatu yang tidak dibutuhkan, bahkan kadang tidak diinginkan, karena seseorang sedang merasa stres, sedih, gagal, dan berbagai emosi lainnya. Emosi ini tak melulu negatif lho, bisa juga positif!

Contoh, terlalu senang dengan gaji di kantor baru maka kemudian kita berbelanja barang-barang yang tidak kita butuhkan atau malah terlalu mahal dibanding kenaikan gaji kita. Ini contoh emotional spending dengan emosi bahagia.

(Baca: Tak Sekadar Diganti Uang, Ini Tips Memanage Rasa Bersalah Sebagai Ibu Bekerja)

Sebetulnya belanja itu tidak salah, selama mampu dan punya budgetnya. Yang salah itu ketika kita tidak bisa mengontrol emosi dan melarikannya dengan berbelanja. Berbahaya karena bisa membuat keuangan kita berantakan atau lebih buruk lagi: Jadi terlilit utang!

Ini tanda-tanda seseorang emotional spending:

1. Belanja mendadak tanpa rencana untuk sesuatu yang sangat mahal

2. Berbelanja untuk melupakan masalah

3. Merasa kalau belanja adalah kompetisi, teman beli kok kita tidak beli juga?

4. Tiba-tiba banyak barang di rumah yang tidak terpakai

5. Stres karena penampilan lalu belanja barang yang tidak sesuai dengan personality kita karena ingin mengubah diri. Kemungkinan besar, barang-barang itu tidak akan terpakai. :)

(Baca: Begini Cara Investasi Ala Menteri Keuangan Sri Mulyani)

Pernah merasa demikian? Atau malah sering? Kalau memang sudah merasa sulit dikendalikan, begini cara memutus rantai emotional spending:

1. Sadar ketika berbelanja. Pikir ulang, apa benar saya butuh ini? Apa saya akan menyesali pembelian ini?

2. Jangan berbelanja saat lapar. Lapar membuat kita lebih kalap berbelanja lho! Jangan pernah berbelanja di saat lapar!

3. Sadari ketika ada teman kompor. Teman yang memanas-manasi untuk beli ini itu. Sudahlah jauhi atau tegur.

4. Jangan sengaja mendatangi musim belanja seperti Jakarta Great Sale, atau sale sale lain.

5. Buat budget berbelanja dan disiplinkan diri. Kalau tak tahan pada godaan online sale, jangan punya internet banking!

6. Cari kegiatan menyenangkan lain yang bisa mengalihkan perhatian dari belanja saat sedih.


Terakhir, sadari perasaanmu sendiri dan temukan sumbernya. Apa yang seringkali membuatmu stres, sedih, marah, kecewa, dan lainnya? Mungkin sudah saatnya menjauhkan diri dari sumber emosinya. :)

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan