banner-detik
SELF

Jagoan Kecilku Telah Pergi..

author

Mommies Daily19 Aug 2010

Jagoan Kecilku Telah Pergi..
Surga hati itu telah pergi

Saat ku tulis untaian kata ini

Butuh waktu untuk memahami semua

Dalam rasa yang tertumpah

Ku memulai sebuah kisah....

Ya.... itulah puisi yang saya buat untuk mengenang kepergian putra tercinta Muhammad Firdaus yang meninggal 12 Januari 2009 lalu. Saat itu  memang menjadi episode terkelam dalam hidup saya harus kehilangan darah daging yang sudah 9 bulan dalam kandungan....

Putra kedua saya itu meninggal sesaat setelah dilahirkan. Hanya 7 jam saja ia bertahan hidup. Diagnosa dokter menyebutkan bayi saya mengalami hipoksia (kekurangan oksigen) akibat banyaknya cairan di paru-paru karena banyak menelan cairan ketuban dan mikonium (kotoran bayi). Ya, bayi saya terpaksa harus lahir caesar karna letaknya yang oblig, sama dengan anak pertama saya yang juga ceasar.

Kronologisnya sendiri berawal saat saya merasakan mulas yang luar biasa pada tanggal 11 Januari 2009 pukul 01.00 pagi. Karna sudah terjadi kontraksi, maka saat itu saya langsung bergegas menuju rumah sakit tempat saya memeriksakan kandungan selama ini. Sampai di sana tim medis langsung meng-observasi dengan melakukan CTG (cardiotocography) untuk memeriksa denyut jantung bayi. Saat itu denyut jantung bayi saya masih baik dan stabil tak ada hal-hal yang mengkhawatirkan. Karena saya sudah dijadwalkan melahirkan secara caesar pada 12 januari 2009 pukul 8.00 pagi, maka dokter dan perawat hanya memberikan obat anti mulas agar kontraksi saya berkurang. Menurut mereka, saya dilarang mulas karena akan dioperasi caesar dan disuruh menunggu sampai tanggal gl 12 Januari sesuai jadwal operasi yang sudah mereka buat.

Setelah pemberian obat tersebut, kontraksi pun berkurang. saya dipersilakan untuk kembali ke ruang perawatan. Saya wajib memberitahukan kepada suster jika mengalami kontraksi lagi. Sepanjang minggu siang tanggal 11 Januari itu, kondisi saya aman alias tidak merasakan mulas-mulas lagi. tapi saat maghrib, tiba- tiba kontraksi itu datang lagi. Suami yang mendampingi saya di ruang perawatan segera melapor ke suster bahwa saya mengalami kontraksi lagi.  Saat itu, suster segera melakukan CTG lagi terhadap bayi saya. Saya pun kembali diberikan obat anti mulas. CTG pun terus dilakukan hingga malam karna RS sempat mati lampu  sebanyak dua kali. Saat itu dokter wanita yang menangani saya mulai mencurigai hasil CTG yang kurang baik, yakni denyut jantung bayi saya yang mulai melemah. Namun anehnya, walau begitu gerakan bayi saya sangat aktif menendang kesana kemari.

Karena hasil pantauan CTG yang dilakukan tak kunjung membaik, akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan cito. Operasi caesar pun akhirnya dilakukan dini hari pukul 03.00 pagi.

Operasi berjalan lancar, lahirlah bayi laki-laki yang telah lama kami dambakan. Mengapa demikian? karena sebelumnya kami sudah dikarunia anak perempuan bernama Nayla Adhwa yang kini berusia 5,5 tahun. Anak ke-2 ini juga menjadi kado terindah untuk kakeknya yang sudah lama menginginkan cucu laki-laki. Yah, maklum saja, bapakku mempunyai 4 anak perempuan dan 3 cucu perempuan. Jadi tak heran keluarga besar kami sudah amat menanti-nanti hadirnya jagoan kecil ini.

Bayi laki-laki yang lahir dengan berat 3,5 kg dan panjang 52 cm itu sempat  terdengar tangisannya sesaat setelah keluar dari rahim ini. Bahagia....tentu saja..! Puji syukur alhamdulillah tak putus-putusnya saya ucapkan kepada Allah SWT atas rizki ini.

Namun meski mendengar tangisannya, saya belum sempat melihat wajahnya karena tim medis segera membawa bayi saya dengan terburu-buru. Saat itu saya belum mempunyai pikiran jelek sama sekali kenapa dokter tidak memperlihatkan bayi saya ke saya. Hingga pagi harinya, dokter dan suami saya memberitahukan bahwa bayi saya dalam keadaan kritis. Saat itu hati saya masih tenang dan terus berdoa. Saya yakin Tuhan akan menyelamatkan bayi saya. Alhasil sambil menahan sakit paska operasi caesar dan infus yang  masih terpasang, saya pun terus menerus berdoa sepanjang hari itu memohon keselamatan untuk bayi saya.

13 januari 2009, setelah dipindah ke ruang perawatan, saya menyampaikan keinginan kepada suami untuk melihat bayi saya. Suami sempat terlihat sedikit bingung...ia keluar masuk pintu ruang perawatan. Kakak perempuan saya pun ikut-ikutan keluar ruangan tanpa alasan yang jelas. Tak lama, suami meminta saya menuju ruangan dokter. Dengan dorongan kursi roda akhirnya saya, suami dan kakak menghadap dokter. Saat itulah dokter menjelaskan perihal kondisi bayi saya yang tidak bisa diselamatkan.

 

Ya, jagoan kecilku telah meninggal dunia kemarin hanya berselang 7 jam  setelah dilahirkan.....:(

Duhh... Gusti....airmata ini pun langsung menetes. Tak ada raungan, tak ada jerit histeris, yang ada hanya isak tangis perlahan menahan duka mendalam dan perasaan kosong atas kehilangan hebat yang saya rasakan.....Rasanya tak percaya bayi mungilku telah tiada.....Terbayang perjuanganku 9 bulan mengandungnya...terbayang hari-hari bersamanya saat masih menghuni rahim ini.....teringat tengah malam terbangun untuk bersama-sama dengan bayi ini melakukan ibadah tahajud. Masih terasa gerakan dan tendangannya yang sering membuatku tersenyum... masih terbayang segala hal tentangnya....

Selepas penjelasan dari dokter, saya pun meninggalkan ruangan dengan hati hampa.  Suami pun meminta maaf karena baru berani memberitahukan kepada saya perihal meninggalnya bayi kami. Hal ini dilakukannya untuk menjaga kondisi psikis saya yang belum stabil paska melahirkan.

Suami yang sempat mengambil foto bayi kami, akhirnya memperlihatkan foto tersebut. Ya hanya lewat foto lah saya bisa menatap wajah buah hati saya. Subhanallah...sungguh bayi yang amat  tampan. Bayi yang besar, putih, berambut ikal lebat. Wajah dan hidungnya mirip dengan saya. Tapi keadaan bayi difoto itu amat miris....tak tega rasanya melihat bayi saya menderita berada di tabung  inkubator melawan maut.

Lalu segudang pertanyaan mulai muncul. Mengapa sampai bayi ini meninggal? Apa yang sebenarnya terjadi?

Selang beberapa waktu kemudian setelah kondisi fisik dan mental saya pulih, saya mencoba meminta second opinion dari dokter kandungan di rumah sakit lain. Dari dokter lain  itulah, saya dapatkan penjelasan bahwa tindakan penanganan operasi caesar yang terlambat lah yang menyebabkan bayi saya mengalami gawat janin. Karena saat saya mengalami kontraksi pada 11 Januari dinihari itu harusnya segera dilakukan tindakan operasi segera kepada saya, tidak perlu diberikan obat anti mulas segala. Dokter dan tim medis harus segera tanggap dan tidak perlu  menunggu hingga besoknya untuk  melakukan operasi caesar sesuai jadwal. Akibat ditahan terlalu lama selama satu setengah hari itulah, maka bayi saya yang sudah kontraksi dan ingin segera keluar akhirnya "stress dan berontak" hingga akhirnya mengalami hipoksia dan menelan mikonium dan cairan ketuban....

Itulah yang sebenarnya terjadi pada bayi saya. Akibat kelalaian tim medis, akhirnya bayi saya tidak bisa diselamatkan. Berat buat saya dan keluarga menerima musibah ini. Walaupun banyak pihak yang menyarankan kami untuk menggugat rumah sakit karena dugaan kelalaian, namun kami memutuskan tidak melakukannya. Kami memutuskan untuk tidak memperkarakan kasus ini. Kami memilih untuk lebih baik mengikhlaskan kepergian putra kami tercinta....mengikhlaskannya menghadap Illahi dan  menerima musibah ini sebagai ujian kesabaran dalam hidup kami. Seperti yang suami pernah bilang, "Semua ini titipan Tuhan, hanya titipan.....jika Tuhan ingin mengambil bayi ini, kita harus mengikhlaskannya. Semoga ini bisa menjadi ibadah kita sebagai orangtua"  begitulah penghiburan yang berusaha diberikan suamiku tercinta.

Berat memang menghadapi minggu-minggu pertama paska meninggalnya bayi saya. Sedih melihat tumpukan baju dan popok bayi yang tidak jadi dipakai. Belum lagi payudara yang membengkak karena ASI yang tak sempat dihisap oleh bayi.  Namun kini, walau kadang sesekali masih teringat, tapi alhamdulillah semua perasaan duka ini sudah bisa dilewati.

Yah... kini Firdaus sudah bahagia di surga. Walau saya, ibunya tidak bisa mencium, memeluk, merawat dan mengasuhnya saat di dunia, namun semoga saja di akhirat kelak saya bisa menemui dan memeluk buah hati saya tercinta.

*Dikirim oleh Achie, ibu yang bekerja di salah satu stasiun televisi. Thank you for sharing with us. Rest in peace, little angel.

PAGES:

Share Article

author

Mommies Daily

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan