banner-detik
GADGET & DIGITAL

Makin Banyak Ibu-ibu Bermental Netizen Julid, Tanya Kenapa?

author

annisast06 Sep 2018

Makin Banyak Ibu-ibu Bermental Netizen Julid, Tanya Kenapa?

Di dunia maya yang tertutup dan tak perlu bersalaman untuk kenalan, banyak sekali orang yang senang mengomentari orang lain. Kadang komentar bikin dahi saya berkerut saking terlalu absurd.

Berbagai komentar ini kadang tak sengaja dibaca dan jadinya bikin marah. Karena terlalu banyak komentar yang tidak perlu. Kalau komentar pujian okelah, tapi komentar soal bentuk badan, make up, bahkan menyarankan permak muka pada anak umur 13 tahun!

hate-comments

Yang saya pikirkan selalu sama: apakah di dunia nyata orang-orang ini berani bicara hal yang sama? Kata-kata yang ditulis di kolom komentar, diucapkan di depan orang yang bersangkutan?

Tidak yakin punya nyali.

Saya pernah punya pengalaman soal ini. Ada seseorang yang terus menerus berkomentar menyerang saya baik di blog maupun di media sosial sampai yang panas … suami saya. Hahahaha. Suami kemudian memention ibu ini dan meminta bertemu baik-baik dengan suaminya. Mau tanya aja sih, istri anda ada masalah apa dengan istri saya?

Si ibu menghilang. Sampai sekarang.

Di dunia maya berani karena wajah saja tak terlihat, akun bisa dilindungi di balik gembok private. Lagipula yang berkomentar julid banyak sekali. Jadi ya berani, karena keroyokan. Karena “ah dia juga komen julid didiemin tuh, ikutan ah”.

Atau lebih buruk lagi, mereka memang tidak tahu kalau komentarnya mengganggu dan tidak sopan. Kalau memang begini, saya mempertanyakan sekali sih. Di dunia nyata apakah mereka berpendidikan tinggi? Apakah diajari sopan santun?

Atau mungkin juga memang punya masalah hidup dan tidak punya teman bicara. Tidak punya teman yang bisa jadi tempat sampah semua masalah jadi ya semua perasaan negatif disalurkan lewat status di Facebook, lewat komentar julid di akun orang lain. Atau ya sesederhana terlalu senggang aja sih, terlalu banyak waktu luang.

Padahal waktu luang bisa jadi hobi, bisa jadi momen belajar hal baru. Daripada scroll timeline kemudian mencari-cari kesalahan orang lain? Contoh saja foto ini, foto keluarga Iko Uwais.

iko-uwais-audy

Ini foto keluarga biasa, menurut saya tidak ada yang salah sama sekali dengan foto ini. Tapi di komentarnya adaaaa, saja hal negatif yang yah, meski tidak julid tapi saya membacanya dari sebal sampai tertawa sendiri karena memikirkan: orang ini sungguh punya banyak waktu sekali ya sampai memikirkan rambut Iko Uwais. Ikonya sendiri bahkan tidak sadar eksistensi dia di dunia ini. :))))komentar-iko

Satu hal ya, sebelum berkomentar apapun, ingat saja jejak digital itu tidak akan pernah hilang. Komentar atau apapun yang dipost hanya 3 detik kemudian dihapus, bisa jadi sudah discreencapture dan disebar oleh orang lain.

“Kalau tidak mau dikomentari, ya ditutup dong kolom komentarnya. Risiko dia sendiri lah, kalau komentar dibuka ya terima aja kalau banyak komentar,” ada lho pola pikir seperti ini.

Darling, coba lihat rumah di sekelilingmu. Apa semua pintunya terkunci? Kalau pintunya tidak terkunci, apa lantas kamu begitu saja masuk ke rumah orang lain dan memaki pemiliknya? Tidak. Kecuali kamu orang gila

Jadi sebelum membuat status atau berkomentar, tanyakan dulu pada diri sendiri. Apa manfaat dari status dan komentar ini? Apakah bisa membuat orang tertawa? Atau membuat orang tersinggung? "Sekadar saran" atau "sekadar mengingatkan" itu seringkali tidak perlu lho. Tidak membuat anda jadi terlihat baik atau sopan juga.

Yuk pikir-pikir ulang sebelum komentar julid di media sosial.

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan