banner-detik
PARENTING & KIDS

Tiga Alasan Time Out Tidak Efektif untuk Anak

author

?author?11 Apr 2018

Tiga Alasan Time Out Tidak Efektif untuk Anak

Jika di antara mommies masih ada yang memberikan time out, seperti hukuman untuk si kecil, berdiri di pojokan. Hmmm, coba sempatkan baca artikel ini sampai habis, ya.

Pernah dengar nggak istilah time out, sebuah bentuk 'hukuman' untuk anak yang baru saja melakukan kesalahan? Pada masanya, sempat tertancap di otak saya. Karena obrolan sesama ibu-ibu, atau mendengar teman saya melakukan hal tersebut.

Baca juga: Perlukah Memberi Hukuman kepada Si Kecil?

Tiga Alasan Time Out Tidak Efektif untuk Anak - Mommies Daily

Bentuk time out yang dimaksud, dengan cara meminta anak berdiri di titik tertentu, atau duduk, beberapa saat yang menegaskan dia sedang dihukum. Mau pengakuan dosa dulu, ya. Saya pernah melakukan ini ke Jordy, hiks, maaf ya, Jordy. Setelah saya konfirmasi ke Psikolog Anak dan Keluarga, Mbak Vera Itabiliana, dia nggak setuju dengan time out. Ini dia beberapa alasannya:

1. Di usia tertentu, misalnya di bawah 3 tahun, anak belum mengerti konsep hukuman atau konsekuensi. Jadi ketika disuruh berdiri di pojokan, dikasih time out. Anaknya malah asik dan main sendiri. Tidak dihayati sebagai hukuman. Karena dia nggak ngerti, melakukan ini karena ada sesuatu yang salah.

2. Karena time out nggak efektif, artinya sama saja melatih anak tidak berpikir, solusinya bagaimana? Jadi kalau saya menghadapi situasi yang seperti itu lagi, apa yang harus saya lakukan?

Contoh:

  • Pukul temannya, ajak untuk minta maaf ke temannya
  • Berantakin sesuatu, minta tolong dia untuk merapihkan
  • Mencoret dinding, minta dia untuk membersihkan dinding tersebut
  • Memecahkan sesuatu, ajak dia untuk memersihkan pecahan benda tersebut
  • Baca juga: 5 Alasan Anak Perlu Belajar Bilang, “Maaf!” dan Bukan Hanya di Bibir Saja

    3. Anak merasa disisihkan. Ketika dia merasa di luar kontrol dirinya. Dia disuruh berdiri, dia akan berpikir “Kalau aku sedang berulah, orang-orang akan menyingkirkan aku.” “Aku tuh, disayangnya, kalau aku lagi behave saja.” “Jadinya conditional love, bukan unconditional love,” terang Mbak Vera.

    Pesan penting dari Mbak Vera, yang saya garis bawahi, jika anak masih kecil, pilihan solusi pasti datang dari kita, orangtuanya. Kalau anaknya sudah besar, dia bisa mengajukan beberapa pilihan yang bisa dia lakukan. “Usahakan pilihan solusi yang dipilih anak, dilakukan sesegera mungkin, tidak didiamkan berlama-lama,” tutup Mbak Vera.

    Siap untuk komitmen, nggak memberlakukan time out ke anak-anak, mommies?

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan