Bila kejujuran ternyata membawa kemudaratan dan berdampak negatif pada pernikahan, mungkin hal tersebut harusnya dirahasiakan saja.
Seyogyanya, keterbukaan antar pasangan suami istri itu sangat penting demi menjaga kelanggengan sebuah rumah tangga. Kejujuran sedikit banyak menumbuhkan rasa percaya terhadap masing-masing pasangan. Itu kata saya, tahun 2007, saat saya menikah dengan suami.
10 tahun kemudian, setelah mengarungi biduk rumah tangga, menerjang badai, menepis kerikil-kerikil tajam, dan sempat mengucap jampi-jampi demi mengusir sosok kuntilanak jadi-jadian :), prinsip kejujuran dalam sebuah rumah tangga jadi sedikit ‘patah’ di mata saya. Hahaha…
Bukan, bukan lantas saya nggak menghargai kejujuran. Sepanjang 10 tahun pernikahan, pengalaman pribadi, hingga pengalaman teman-teman terdekat, membuat saya berpikir, jika ternyata kebenaran itu menyakitkan dan membuat rumah tangga berada di ujung kehancuran, apakah kemudian kejujuran menjadi patut diperjuangkan? Ish, berat amat bahasan saya kali ini.
Jujur, saya menyimpan beberapa hal yang nggak ingin saya bagi pada pasangan saya. Mungkin juga dia begitu. Tapi apakah ini baik?
Rahasia Harus Dibagi
Jika sebuah rahasia malah menciptakan jarak atau kerugian yang lebih besar lagi antara kita dan pasangan, maka hal tersebut sepantasnya tidak boleh jadi rahasia lagi dan harus disampaikan. Contohnya, nih, ketika kita merasakan kebosanan luar biasa pada pasangan, atau misalnya (amit-amit) terlibat hutang, mungkin juga ketika dokter mendiagnosa ada kanker di tubuh kita. Menyimpan sendiri jenis-jenis rahasia di atas, saya jamin, pasti menyiksa. Dan ujung-ujungnya bisa bikin rumah tangga ada di ujung tanduk. Percayalah, rahasia sejenis ini, pernah saya alami sendiri. Dan harganya mahal.
Rahasia Nggak Usah Di-Share
Saya kaget sendiri ketika ibu dari teman saya nyeplos di depan saya, bahwa suami teman saya ini seharusnya bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik, karena merupakan lulusan cum laude dari sebuah universitas ternama di Amerika Serikat. Bukan hanya staf di sebuah televisi swasta dengan gaji (yang menurut dia) nggak besar seperti sekarang ini. Untungnya teman saya ini bisa dengan cepat meredam.
Berbekal ingin tahu, saya kemudian bertanya padanya, “Cici (bukan nama sebenarnya), kamu kasih tahu suami nggak, kalau ibumu ngomong seperti itu?” “Ya, nggaklah. Bagaimana pun itu pendapat pribadi mama. Kalau pendapat pribadi mama menyakiti hati (sebut saja) Didi, ngapain saya kasih tahu dia? Toh buat saya Didi adalah suami yang sempurna.” Ah, salut. Hal-hal yang nggak ada hubungan langsung sama hubungan suami istri memang sebaiknya nggak perlu di-share, sih, moms. Ini berlaku juga seperti misalnya Anda mengagumi seorang atasan yang ganteng, pintar, dan sekarang menjadi CEO di tempat Anda bekerja.
Sepanjang nggak ada pengaruhnya ke perasaan kita terhadap pasangan, simpan sendiri saja, ya. Menjadi berbahaya kalau rasa kagum tersebut kemudian berujung pada sebuah obsesi dan menciptakan jarak emosional (yang saya sebut di poin satu). Inilah saatnya Anda mengakui rahasia tersebut, dan kemudian bekerja sama berdua memperjuangkan pernikahan yang sudah dibangun bertahun-tahun.
Baca juga:
Yakin Mengumbar Urusan Rumah Tangga di Social Media?
Rahasia Mantan
Menyimpan kekaguman terhadap mantan pacar setelah menikah sah-sah saja. Apa lagi kalau dulu nggak jadi nikah bukan karena tidak cinta, tapi karena beda agama, misalnya. Kejadian putusnya pun ngenes. Sayangnya, kekaguman terhadap mantan ini seringkali justru menjadi api dalam sekam bagi beberapa rumah tangga. Ketika sang mantan, atau Anda sendiri (sengaja) bertegur sapa melalui inbox message di facebook, kemudian dilanjut bertukar nomor whatsapp atau id messenger, lalu rutin berhubungan, inilah hubungan yang berbahaya. Apa lagi kalo Anda atau suami tak bilang pada pasangan, dengan alasan yang dianggap sederhana: supaya nggak ribut.
Kebanyakan perselingkuhan dengan mantan terjadi bukan karena memang cinta, tapi hanya karena mengungkit kisah romantika masa lalu belaka. Detik mantan atau Anda pertama kali berhubungan, detik itu juga sampaikan pada pasangan Anda. Hindari merahasiakan hal ini. Ini sebenarnya untuk mengendalikan hubungan tersebut. Berteman dengan siapa pun itu boleh, tapi kalau sampai merusak rumah tangga, bukan berteman namanya. By the way, ini bukan saya, sih, yang ngomong. Ini hasil diskusi saya dengan seorang psikolog keluarga ;).
Rahasia Teman Bukan Berarti Rahasia Suami Juga
Oke, yang namanya perempuan, curhat dengan sesamanya merupakan sifat dasar. Udah dari sananya begitu. Ketika sahabat bercerita tentang perkelahiannya dengan suami, atau perasaan cintanya kepada orang lain, lalu berpesan,”Jangan bilang siapa-siapa, ya!” itu artinya beneraaaaan….jangan bilang siapa pun termasuk suami. Pikirkan bahwa, sangat tak nyaman baginya bila suami kita tahu tentang rahasianya. Jika kita sudah dipercaya, sebaiknya kita nggak perlu jadi pengkhianat, walaupun hanya kita bagi dengan suami sendiri.
Baca juga:
Apa yang Sesungguhnya Diharapkan Orang dari Sebuah Pernikahan?