Ada beberapa alasan mengapa saya akhirnya memercayakan anak saya untuk menimba ilmu di SD Al Fath Cirendeu. Mau tahu apa saja alasannya? Baca terus artikel saya ini, ya.
Ibu-ibu yang lagi sibuk pilih SD untuk anaknya, mana suaranya? Hahahahha…
Masa-masa saya merasa dilema menentukan SD untuk anak saya, Bumi, memang sudah lewat. Setelah survei ke beberapa sekolah, tahun lalu saya dan Pak Suami akhirnya memutuskan dan memercayakan SD Al Fath, Cirendeu sebagai tempat anak kami menimba ilmu.
Lho, kok, saat menulis artikel survei SD di wilayah Tangerang Selatan, malah nggak ada SD Al Fath? Sebenarnya tahun lalu SD Al Fath masuk masuk daftar list pilihan sekolah dan kami survei. Bahkan ketika itu kami sampai datang ke SD Al Fath baik di BSD ataupun di Cirendeu.
Terus terang saja, pertama kali datang ke SD Al Fath di BSD, saya masih kurang sreg. Nggak tahu gimana, feel-nya nggak dapat. Mungkin waktu itu lebih dikarenakan guru yang saya temui kurang bisa menjelaskan beberapa pertanyaan yang saya dan suami ajukan. Rupanya, pak suami pun merasakan hal serupa. Dan, begitu tanya ke Bumi, anak lanang saya ini juga bilang “Aku nggak mau sekolah di sini, Bu….”
Meskipun begitu, saya masih penasaran. Lah wong, banyak yang bilang kalau masuk sekolah Al Fath ini susah karena memang banyak peminatnya. Alhasil, beberapa minggu berselang saya dan suami memutuskan untuk balik lagi ke SD Al Fath. Dan ketika itu kami disambut salah satu guru yang langsung mengajak kami berkeliling sekolah. Guru tersebut pun memberikan gambaran kurikulum serta metode pelajaran yang diterapkan di sana.
Nah, kali ini benih-benih cinta akhirnya mulai muncul di hati saya, *hallah :D
Setelah puas mengetahui lingkungan sekolah yang berada di BSD, saya pun penasaran dengan kondisi SD Al Fath di Cirendeu. Mengingat kami masih tinggal di wilayah Lebak Bulus, memang lokasi yang masuk akal untuk dipilih adalah SD Al Fath yang yang berada di Cirendeu. Jarak tempuhnya hanya 4 km, jadi kalau kondisi jalanan lancar hanya butuh waktu 20 menit saja.
Singkat cerita, akhirnya kami menjadikan SD Al Fath sebagai salah satu pilihan. Dan setelah melewati proses observasi, Bumi dinyatakan lulus dan diterima jadi siswa SD Al Fath. Jadilah sekarang Bumi resmi jadi salah satu siswa SD Al Fath.
Baca juga : Menyiapkan Si Kecil Masuk SD
Yang paling menyenangkan, hampir 1 tahun sekolah, anak saya ini terlihat happy menikmati hari-harinya di sekolah. Nggak ada istilah mogok seperti zaman TK yang ujung-ujugnya bikin saya kesal sendiri. Malah, waktu libur akhir tahun kemarin,beberapa kali Bumi tanya, kapan masuk sekolah. Katanya, “Aku kangen, mau main sama temen-temen aku di sekolah, bu…”
Sebenarnya ada beberapa alasan yang membuat saya dan suami akhirnya merasa klik dan menjadikan Al Fath sebagai ‘rumah ke-2’ Bumi.
Sekolah dwibahasa yang berwawasan Islami
Bisa dibilang Ilmu agama yang saya miliki masih cetek. Makanya, salah satu pertimbangan ketika memilh sekolah anak adalah sekolah yang bisa mengajarkan nilai agama. Bagaimana anak bisa memahami dan mempraktikan ajaran yang sesuai. Biargimana, agama itu kan pondasi yang paling penting dalam hidup. Al Fath sendiri sebenarnya tidak pernah mengklaim kalau mereka sekolah Islam. Tapi memang sekolah yang berwawasan Islam. Oleh karena itu, murid perempuan di sana memang tidak diwajibkan menggunakan kerudung. Termasuk orangtuanya kalau memang sedang ke sekolah. Soalnya kan memang ada, ya, beberapa sekolah yang mewajibkan orangtua yang datang ke sekolah menggunakan kerudung.
Buat saya, sih, hal ini jadi salah satu nilai plus karena sekolah nggak memaksakan kehendak. Buat saya, urusan bekeredung termasuk buat anak-anak adalah hak pribadi. Alangkah baiknya kalau keinginan seorang anak berkerudung datang dari dalam hatinya sendiri, bukan dipaksa oleh orangtua ataupun sekolah. Untuk kelas 1 seperti Bumi memang belum menggunakan bahasa Inggris sepenuhnya. Namun, ketika anak sudah kelas 3, sehari-harinya memang sudah diwajibkan untuk menggunakan Bahasa Inggris.
Baca juga : Cara Asik Mengajarkan Bahasa Inggris di Rumah
Sistem belajar nggak bikin anak dan orangtua stress
Suatu kali ada teman yang tanya bagaimana dengan pelajaran dan sistem ujian yang diterapkan di sana. “Kalau Bumi ujian, bikin stress nggak, Dis?” Sejauh ini saya, sih, memang belum pada tahap merasakan stress, ya. Dan sepertinya hal yang sama dirasakan oleh Bumi.
SD Al Fath ini sendiri mengadopsi kurikulum 2013. Bisa dibilang kurikulum seperti ini memang sudah masuk kategori active learning di mana anak-anak lebih banyak diajak berdiskusi, baik dengan guru atau pun teman sekelasnya. Artinya, proses belajarnya lebih menyenangkan kerena dilakukan dua arah. Ya, kalau zaman saya SD kan hanya lebih banyak mendengarkan guru, dikit-dikit dikte. Pembelajarannya pun disesuaikan dengan tema, misalnya, tema keluarga, atau mengenal tubuhku.
Bagaimana dengan PR? Sejauh anaknya memang bisa mengikuti semua pelajaran dengan baik, PR memang nggak diberikan oleh wali kelas. Seingat saya, Bumi hanya pernah mendapatkan PR, itupun karena memang ada pelajaran yang ia lewati lantaran hampir satu minggu tidak masuk karena izin sakit. Home project yang diberikan juga sejauh ini nggak sampai bikin kepala mau pecah :D Setiap hari, Bumi juga nggak perlu membawa buku pelajaran bertumpuk-tumpuk. Soalnya, di SD Al Fath memang belajar menggunakan work sheet.
Baca juga : Cara Agar Anak Mau Belajar Tanpa Dipaksa
Penilaian yang diberikan bukan sekadar angka
Salah satu yang bikin saya naksir dengan SD Al Fath ini adalah system penilaian yang dinerikan oleh guru. Jadi, ketika anak mendapatkan raport, angka yang tertulis di raport tidak hanya diambil dari nilai atau angka hasil ujian atau pelajaran sehari-hari saja. Sistem penilaian yang diberikan juga berupa narasi, sehingga kita bisa tahu bagaimana nilai di luar pejalaran, seperti penilaian penilaian sosial juga ada.
Baca juga : Karena Nilai di Raport Anak Bukan Segalanya
Fasilitas yang komplet
Kalau ngomongin fasilitas, SD Al Fath Cirendeu ini punya fasilitas yang cukup komplet, kok. Setidaknya di area sekolah sudah ada kolam renang, football field, perpustakaan, ruang komputer, serta banyaknya pilihan ekskul. Ya, meskipun kolam renang ataupun lapangan untuk olahraga nggak besar-besar amat, tapi setidaknya sudah bisa dimanfaatkan sebagai tempat anak-anak olahraga atau melakukan aktivitas fisik serta kegiatan lainnya. Jadi, nggak perlu repot sewa kolam renang atau lapangan di luar sekolah. Intinya, sih, lebih aman saja karena berpusat di sekolah.
Biaya yang masuk akal
Well, terus terang saja sebenarnya saya, suami dan Bumi, sempat jatuh hati dengan sekolah lain di kawasan BSD. Sayangnya, kami harus realitis. Sekolah yang kami taksir itu bikin kami mau pingsan. Mungkin kami bisa mengusahakan uang pangkalnya, tapi bagamana dengan uang bulanannya? Biaya ini itu? Belum lagi kalau nanti punya anak lagi, apa iya kami mampu menyekolahkan semua anak kami di tempat yang sama? Kalau beda, kok, rasanya kurang adil juga ya. Buat kami biaya uang pangkal SD Al Fath termasuk dengan SPP-nya, paling cocok dengan kondisi keuangan kami.
Jadi, saat Bumi masuk tahun lalu, uang pangkal yang harus kami keluarkan Rp.15.000.000,- untuk seragam biayanya Rp. 550.000,- dan SPP setiap bulannya Rp. 1.200.000,-. Biaya SPP ini juga sudah termasuk katering makan siang. Jadi setiap hari saya hanya tinggal menyiapkan snack saja. Sebagai ibu bekerja, saya sih, sangat terbantu, ya. Sekadar informasi, anak-anak kelas 1 memang tidak diizinkan untuk jajan di kantin sekolah. Sementara untuk uang media yang dikeluarkan setiap bulannya 85.000,-
Untuk ajaran tahun 2017, saat ini Al Fath juga sudah membuka pendaftaran online. Kalau mommies berminat menyekolahkan si kecil, bisa langsung daftar dengan biaya formulir Rp 250.000. Sedangkan untuk uang pangkal tahun ini sebesar Rp 19.500.000, dan SPP sebesar Rp 1.400.000.